Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 09 Mei 2025

Perempuan yang Suka Tersenyum di Perpustakaan

Oleh Rika Handayani, SMAN 2 Rantau Selatan-Rantau Prapat
- Minggu, 04 Mei 2014 20:58 WIB
262 view
Perempuan yang Suka Tersenyum di Perpustakaan
Setiap aku ke perpustakaan, pasti ketemu dengannya. Yang kudapati pertama kali bukan sosoknya tapi senyumnya yang mengembang. Dari wajahnya yang cerah itu baru aku menelusuri bangun tubuhnya yang indah. Hmm... memang orangnya ramah.

Namanya Kinara. Seindah namanya, orangnya pun ramah. Setiap aku butuh buku, dengan suka rela dicarikannya. Maklum, perpustakaan itu luas sekali.
Sama seperti hari ini, aku butuh untuk bahan ujian. Jika tidak ada Kinara manalah mungkin aku dapat buku yang sesuai dengan tema yang diberikan guru di kelas. Tetapi kalil ini, bukunya terlalu banyak. Padahal peraturan di perpustakaan, maksimal meminjam buku cuma 2 unit atau 2 judul. Pokoknya tidak boleh lebih dari dua.

Aku sudah mencoba pada petugas untuk meminjam lebih. Sebagai jaminannya, aku meletakkan buku diari. Tetapi, betapapun telah mencoba, jawabannya tetap tak bisa.

Sia-sia aku mencoba. Begitu kesalnya. Kinara pun datang mendekat. Seperti biasa, Kinara menawarkan membantu. Dipikirnya aku sedang mencari buku.
Ketika aku terdiam dan tertunduk lesu, Kinara terus memburu dengan pertanyaan. Kuceritakan keluhanku dan Kinara bersedia membantu. Ia meminjam buku yang kuinginkan. Risikonya, Kinara tidak meminjam buku seperti kebutuhannya.

Usai minjam, aku dan Kinara pulang masing-masing. Tetapi, belum sampai rumah, hujan turun. Deraaas. Tasku basah, termasuk buku yang kupinjam dari perpustakaan.

Sudah kuupayakan untuk mengeringkan tapi tak bisa. Sampai-sampai, waktuku untuk membaca dan mencatat, tersita hanya karena hendak mengeringkan buku dimaksud. Bahkan saat waktu tenggat meminjam habis, buku belum juga kubaca. Sedihnya, buku jadi rusak.

Aku meminta maaf pada Kinara. Dengan senyum diterimanya. Tetapi ketika buku dikembalikan ke perpustakaan, petugas memarahi perempuan yang telah membantuku. Sampai-sampai Kinara menitikkan air mata.

Aku jadi merasa bersalah bahkan berdosa pada Kinara. Tetapi petugas perpustakaan tidak menerima alasan apapun. Kesimpulannya, buku harus diganti.
Aku bingung. Dari mana duit untuk membeli buku semahal itu. Lagi-lagi Kinara menyelesaikannya. Aku jadi malu dan terpukul. Sejak saat itu, aku tak mau lagi bertemu dengan Kinara. Tekadku, sebelum duitnya kukembalikan, aku tidak mau berkomunikasi dengannya.

Sejak saat itu pula aku menyisihkan uang jajan. Kadang, aku sengaja pulang menumpang pada kawan sesekolah yang naik sepedamotor.

Setelah duit terkumpul, aku ke perpustakaan lagi, mencari Kinara. Duhai, sudah tiga hari ini tak pernah kujumpa dan kutemui perempuan yang baik hati. Setelah berputar dan mencari tahu alamatnya dari petugas perpustakaan, kuketahui alamat rumah Kinara.

Betapa bahagia aku tapi diberi kabar padaku, Kinara sakit dan opname. Aku jadi bingung lagi. Bila hendak bezoek, kan harus bawa buah tangan. Dari mana uangnya, misalnya membeli buah.

Tak mau kehilangan momen, sebagian dari uang pengganti buku yang rusak, kubeli roti. Dalam buah tangan itu kuceritakan kenapa aku belum bisa membayar seluruh hutang utuk membayar buku.

Aku tak tahu apakah Kinara akan marah karena aku tak berani menemuinya lagi. Tetapi aku berdoa untuk kesembuhan dan kemurahan hatinya. (f)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru