Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 10 Agustus 2025
Curhat

Biarkan Aku Sendiri

* Daniel Markodetta Pardede - Gang Dame Tanjungmorawa
- Minggu, 27 Agustus 2017 19:28 WIB
720 view
Aku sakit, rekan-rekan tak yakin. Soalnya, aku masih eksis di dunia maya. Aku diopname, kawan-kawan masih tak percaya. Sebabnya aku masih membalas chating. Aku sekarat, para sahabat masih bertanya-tanya kebenaran kondisi fisikku.

Seorang sahabat yang selama ini kuanggap terdekat pun tidak yakin. Orang itu masih terus bertanya-tanya aku sakit apa. Bahkan ketika kukirim foto tanganku diinfus, pun masih tak percaya.

Ah, nasibkulah. Mungkin karena sikap dan adapku membuat orang yang kenal padaku cuek padaku. Tetapi, sesungguhnya aku ingin berbuat yang terbaik pada mereka. Yang menghalangi langkahku untuk melakukannya adalah karena keterbatasan ekonomiku.

Sudah berulang kali kuceritakan di kolom ini bahwa aku hidup sebatang kara. Ibu-bapaku sudah dipanggilNya. Aku pernah tinggal di pastori peninggalan orangtuaku namun terakhir aku terpinggirkan menyusul kematian orangtua ibuku. Aku merasa, apa yang sudah diperbuat orangtua dalam melayaniNya, bukan hal anaknya lagi. Itulah yang membuat hatiku lapang.

Semula, ketika aku terpinggirkan dari pastori gereja yang dibangun orangtuaku, aku marah. Ingin rasanya berontak. Berbuat setimpal seperti apa yang kurasakan. Tetapi, dengan pikiran seperti di atas, aku bersabar dan bertahan dalam keterbatasan.

Tetapi, aku kini sakit. Fisik dan psikisku letih. Tubuhku ringkih. Kenapa semuanya tak percaya. Yang membuatku introspeksi adalah - mungkin - sikapku selama ini telah menorehkan luka pada rekan dan sahabatku.

Meski aku merasa sakit dan disakiti, aku sudah janji tidak akan membalasnya. Aku berpegang pada Roma 12:19: "Akulah yang membalas. Aku yang akan menghukumnya. Artinya, kanganlah aku sendiri menuntut balas!  (l)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru