Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 10 Agustus 2025
Cerpen

N g o p e k . . .

* Karya: Hera Novita Sari - SMAN 2 Rantau Selatan, Rantauprapat
- Minggu, 19 November 2017 13:57 WIB
786 view
N g o p e k . . .
Begitulah keadaan kelasku. Ngopek sudah menjadi tradisi, terutama Tinik. Tinik paling mahir kalau ngopek. Tak pernah kalau ngopek. Gak tahu bagaimana triknya.
Saat itu ulangan Fisika. Saya sudah menyiapkan kopekan di kantong rok, tetap pada saat ingin mengambil kopekan, jantungku berdebar-debar dan tanganku gemetaran.

Hampir semua teman-teman kelasku melakukan yang sama, apalagi pas gurunya yang tidak peduli kondisi ujian.

Seminggu kemudian, saat ulangan Biologi, gurunya galak. Saat berusaha nyontek, tanpa disengaja kopekan si Nita terjatuh dan ketahuan. Guru merobek kertas ulangan Nita. Kami hanya bisa melihat dan diam ketakutan. Nita sangat sedih dan mengadukan kami semua juga ngopek.

Guru pun menyuruh kami mengeluarkan kopekan. Kami tunduk dan diam ketakutan, hanya Tukneng yang mengeluarkan kopekannya dan mengasi kepada buk nenek.

"Hanya ini, "sambut Bu Guru".
Kami semua diam. Tidak ada satu pun yang berani berbicara. Bu Guru langsung datang ke meja kami masing-masing dan kertas kopekan kami semua diambil.

Kami dimarah habis-habisan. Kami hanya bisa tunduk dan diam.

Bu Guru melaporkan kejadian tadi kepada wali kelas. Kami ketakutan.Keesokan harinya, kami sangat ribut di kelas sambil menunggu guru  datang.

Apa mungkin ibu itu tidak masuk gara-gara kejadian semalam, kataku dalam hati. Tanpa kami sadari wali kelas kami datang. Yang tadinya ribut menjadi diam senyap. Ibu itu hanya diam dan geleng-geleng kepala. Kami hanya bisa diam tanpa satu kata pun keluar dari mulut.

Sudah 15 menit lamanya ibu itu diam. Dia hanya duduk dan melihatin kami semua. Kami hanya bisa diam dan tunduk ketakutan. Wali kelas menasehati kami untuk tidak melakukan hal itu lagi karena itu kesalahan yang sangat fatal. Kami pun tidak melakukan hal itu lagi. Setelah beberapa minggu, kami pun mengulanginya lagi saat ulangan Geografi.

Saat itu kami melakukannya dengan tenang dan santai. Tiba-tiba ibu itu mendatangi mejaku.  Cuma lewat, kataku dalam hati. Saat ibu itu sudah dekat dengan mejaku ibu itu berhenti seketika dan melihat laciku. Saya pun keringat dingin dan jantungku berdebar-debar dan kertas kopekan saya terlihat ibu itu "apa-apa'an ini?".

Mulai saat itu saya tak pernah mau lagi mengulangi kesalahan yang sama. Saya sangat malu dengan kejadian itu. Saya pun selalu belajar dengan giat dan sungguh-sungguh. Pada saat ujian saya mengerjakan tanpa ada  kopekan dan teman-teman saya melakukan hal yang sering kami lakukan. Mereka semua pun menanyakan kenapa nilai saya yang paling tinggi. Saya hanya menjawab, karena saya enggak ngopek.

Mereka terdiam mendengar jawaban saya. Saat itu saya memberi tahu kepada mereka tidak ada gunanya kita ngopek toh nilai kalian juga rendah. Apabila ketahuan kena marah, Saya mendapat nilai tinggi karena berdoa dan belajar sungguh-sungguh. Kalau terus-terusan ngopek,  akan menyesal.

Mereka pun mau mengikuti saya untuk tidak mengopek lagi kecuali  Tinik. Kami selalu mengingatkan Tinik untuk tidak mengopek tapi ia selalu menghiraukan. Kami pun hanya bisa mengingatkan kepadanya, kami tidak bisa memaksa Tinik untuk meninggalkan kebiasaan buruk yang kami alami sekian lama.

Tiba-tiba guru B Inggris datang."Kita ulangan hari ini. Baca buku kalian 15 menit, saya akan kembali lagi nanti". Kami semua terdiam. Semua teman-teman sibuk membaca buku untuk ulangan tapi Tinik tidak demikian. Ia sibuk untuk membuat kopekannya. Saya mengingatkan untuk jangan lakukan hal itu tapi dia tak memperdulikan.

Sudah 15 menit berlalu ibu itu pun datang. "Keluarkan kertas selembar  kalian", ujarnya.

Kami mengerjakan soal dengan tenang tapi lain dengan Tinik. Ia tidak bisa mengopek dan ia terlihat kebingungan menjawab soal yang diberikan guru B Inggris. Pada saat pengumpulan kertas ulangan saya melihat Tinik hanya menjawab cuma satu soal.

Saat pembagian kertas ulangan B Inggris saya dan teman-teman  semua merasa sangat senang karena mendapat nilai yang memuaskan. Dan saat saya melihat ke arah bangkunya, Tinik terlihat sangat sedih.

"Apa apa denganmu, Tin?"

"Enggak ada  apa-apa kok".

"Tapi kenapa kamu terlihat sedih begitu?"

"Aku dapat nilai rendah", ujar Tinik

"Yang sabar ya, Tin".
Saya pikir dengan kejadian ini Tinik mau berubah tapi saya salah, malah-malah Tinik juga melakukannya saat ujian semester. Gara-gara ngopek Tinik mendapat juara 3 di kelas. Saya merasa tidak adil tapi saya bisa berbuat apa. Saya mau ngadu sama siapa juga percuma enggak ada buktinya. Saya sangat sedih. Saat saya tidak dapat juara 3 besar, karena semangat dan suport ibu, saya tetap yakin semua yang saya lakukan dengan jujur dan selalu belajar keras akan terbayar pada waktu yang tepat.
***

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru