Aku terlahir di lingkungan guru. Bundaku, guru. Ayahku, guru meski core careernya di KAI, BUMN yang bergerak di transportasi massal menggunakan rel. Posisi itu bukan kurancang, tapi mengalir begitu saja.
Padahal, suer... aku melihat pengabdian sebagai guru adalah pekerjaan yang tersulit menurutku. Kukatakan sulit karena dari jerih payah gurulah bangsa ini dapat merdeka. Sebaliknya, bila pengabdiannya tidak menghasilkan yang terbaik, guru beroleh cemoohan.
Misalnya, seorang anak menjadi bandal bahkan begundal, tidak jarang dikatakan berasal dari sekolah mana anak itu? Artinya, didikan siapa si pribadi yang menjadi tengil tersebut?
Selain punya tanggung jawab mencetak generasi muda terpuji, guru masih punya tanggung jawab di rumah. Seperti bundakulah.
Setengah harian mengajari muridnya, pulang ke rumah masih harus mengurusi ayah dan anak-anaknya. Di jeda kepenatannya, Bunda masih harus menyiapkan bahan pelajaran untuk disampaikan di depan kelas.
Kupikir, jika tugas tanggung jawab itu diserahkan padaku, aku tak sanggup. Itulah sebabnya, aku selalu berikhtiar jangan sampai menjadi guru.
Ketika adikku mengarah hendak mengikuti jejak Bunda, aku sempat merayunya untuk mengurungkan niat tersebut. Apalagi masih banyak ladang pengabdian lain. Tetapi, upayaku tak berhasil. Soalnya, ia bersisikuh menjadi pendidik.
Tetapi, lamat-lamat aku kok jadi mengagumi profesi guru. Apalagi memerhatikan upaya keras bundaku dan adikku yang berkutat dengan buku-buku. Baik sekadar untuk menambah ilmu maupun menyiapkan bahan pelajaran di depan kelas.
Selain itu, kedua perempuan yang dekat denganku itu, selalu memiliki argumen ilmiah lebih seru ketimbang rekan-rekan wanitaku. Bahkan, bila ada aktivitas ekstra di luar rumah, keduanya pasti dijadikan narasumber untuk pencerahan.
Karenanya, lama-kelamaan aku jadi tertarik dengan profesi pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Begitu aku mengutarakan niat tersebut, orang-orang di sekelilingku langsung mendukung.
Uniknya, setelah berkecimpung menjadi guru, aku kok merasa home sweet home. Apalagi bila terlibat membimbing dengan metode bermain dengan anak didikku saat ini. Rasanya batinku plong.
(l)