Labuhan Hati
Gelap kelam tak kunjung terang
Raga dan roh lepas sejenak melayang
Saatnya berdiri di tempat ini
Memahami setiap bait yang kutemui
Kebasan angin gelap, menusuk kesepian
Menghempas, lilin lepas udara keaslian
Waktu kini merenggut manisnya kehidupan
Mengikis kisah keharmonisan
Kataku, harapan takkan pernah ternodai
Secercah senyum membuka pintu mimpi
Mulai...cari...
Temukan cinta yang menyelimuti
Kelam berubah
Muram kalah
Suram tak terjanah
Jiwaku menggebu haru bertalu
Menyentak senyap keterlenaanku
Pandangan optimis penuh dibenakku
Membuka pintu semangat baru
Wahai geloraku tebarkan pesona alami
Bersama mimpi dan cinta yang telah terpatri
Bangkit dan melangkahlah dengan pasti
Berani, tegak dan terus berdiri
Lihat masa depan
Bertengger dengan sejuta harapan
Berani hadapi tantangan
Labuhan baru penuh kebijakan
Kristina Nababan,
PBSI Unika - Medan
Rindu
Aku duduk di malam hari
Menyendiri menatapi bulan purnama
Aku tahu ini memang menyakitkan
Tapi apa dayaku, ini kehendakMu
Aku selalu teringat masa lalu
Di mana kita selalu bersama
Sekarang kita sudah berbeda
Engkau di sana aku di sini
Walau jauh di mata dekat di hati
Aku selalu rindu
Rindu segala kasih sayangmu
Rindu canda, tawa, amarahmu
Tapi semuanya itu tinggal kenangan
Selamat jalan ayah
Engkau tetap ada di dalam hatiku
Santha FL Bangun,
PBSI Unika
Melodi
Petikan senar gitar mengalun indah
Mengalunkan melodi kerinduan
Melodi gitar menjadi teman
Di kala sepi jiwa
Setenguk kopi pahit menghangatkan bekunya hati
Melodi gitar terhenti
Tanpa suara yang mengalun indah
Ku terbuai dalam hampa
Tubuhku terbaring terbuai dalam kehampaan
Bulir-bulir mengalir dari pelupuk
Namun, melodi kerinduan
Tetap menggema dalam relung hati
Kau telah tinggal direlung hati
Hingga tiada rindu lain yang kurasa
Liria Tarigan,
PBSI Unika
Alam
Bagiku tak lagi sejuk
Embunku tak lagi basah
Mendungku tak lagi hujan
Gunungku tak lagi hijau
Lautku tak lagi biru
Tanganmu tlah mengotori alam ini
Rakusmu tlah menggerogoti isi bumi
Ulahmu tlah merusak hidup kami
Jika nanti bumi ini murka
Kita pastinya yang menderita
Apalagi nanti anak cucu kita
Mari berdoa untuk keselamatan alam kita
Karena bumi ini milik kita bersama
Monica Elkana Tobing,
SMP Budi Murni 3 Medan
Pucuk
Menanti aku pukau
Melihat hamparan kosong
Hara huru camar
Tampak terlihat
Ku asa dari emas tempawan
Rendah ku tuturkan
Asa itu salah
Hakikat dari seteru
Aku patah pucuk
Firda Sinaga,
SMAN 1 Siantar Narumonda
Angin
Kau datang secepat angin
Menumpahkan perhatian
Mengucapkan kata manis
Melontarkan janji manis
Kau pergi secepat angin
Meninggalkan misteri
Meninggalkan harapan
Menumpahkan kepedihan
Bioshike Juniana Sirait,
SMAN 1 Siantar Narumonda
Tak Akan Bisa
Bergelut di ruang kecil
Kecil...
Tapi semua tertampung
Sesak...
Tak akan terjangkau
Apalagi kau rasa
Seperti mencari garam dalam laut
Menjaring angin
Menampung air di kain kasa
Mengatakan ingin
Mengatakan mau
Mengatakan bisa
Lalu kau rasa
Namun termuntahkan
Tak akan bisa!
Marc Cahaya Siagian,
SMAN 1Siantar Narumonda
Damai
Indonesia adalah tanah surga
Kolam susu ada di dalamnya
Takkan kelaparan juga merana
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman kita
Indonesiaku apa sudah sejahtera?
Tanah surga kita damai katanya?
Insan-insannya berdebat karena SARA
Hingga saling melukai sesama
Damai itu dimana?
Semua hanya omong kosong belaka
Perpecahan tengah melanda
Aps solusi generasi muda???
Melly Andriani br Ginting,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
Serang, Banten
Sahabat
Kau selalu ada didekatku
Ketika aku sedih kau selalu menghiburku
Ketika aku senang kau juga merasa senang
Tahukah kamu sahabatku?
Aku sangat menyayangimu
Tapi aku tak bisa mengatakannya
Karena tak ada kata-kata yang dapat menghantarkan rasa sayangku kepadamu
Adelia Kesia Nauli Naibaho,
SMA Nasrani 3 Medan
Kisah Klasik
Indahnya pertemuan kala itu
Suara burung bernyanyi meliputi
Aku saat ini merindukanmu
Hanya dikau yang menemaniku
Kala aku sepi hampa
Lagumu memberi kisah nyata
Antara saat kita berdua
Susah senang ditanggung bersama
Impianku tak terhapus selamanya
Kuat selalu indah dirinya
Vincentius Luthfin,
SMP Budi Murni-3 Medan