Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 10 Agustus 2025
Cerpen

Tak Berkhianat

* Karya: Afrilia Novita Sari, SMAN 2 Rantau Selatan - Rantauprapat
- Minggu, 10 Desember 2017 23:27 WIB
513 view
Tak Berkhianat
Sahabat menurutku adalah seseorang yang selalu ada saat suka maupun duka. Sama seperti Oca. Orangnya cantik. Di kelas, pintar. Bersahabat, supel. Aku merasa bahagia dapat menjadi rekannya.

Kami sekelas. Itu sebabnya,  aku dan Oca selalu bersama. Saking rekatnya, kawan-kawan menyebut kami seperti HP dengan casingnya.  Tetapi, ada juga rekan yang sirik. Memrediksi persahabatan kami tidak kokoh. Bahkan ada yang kejam, meramal suatu waktu persahabatanku dengan Oca akan berakhir.

Berita itu kusampaikan pada Oca. Tanpa banyak berpikir, ia ngakak bersama tawaku yang menggelegar.

Prediksi tentang posisi pertemananku dengan Oca pun kusampaikan pada Heru. Heru adalah sahabat dekatku. Lebih tepat dikatakan kawan istimewa.

Sama dengan Oca, Heru itu orangnya tampan. Supel dan berwibawa. Ia pintar. Meski tidak sesekolah denganku, karena sama-sama pintar seperti Oca, aku selalu membawa Heru bila jalan-jalan.

Oca tahu seberapa jauh hubunganku dengan Heru. Bahkan, jika ada sesuatu yang kusut dengan kekasihku itu, aku curhat pada Oca dan ia menyarankan aku untuk menyabarkan diri. "Jangan ego, Cyka. Mengalahlah demi perjalananmu ke depan lebih baik," nasihatnya.

Oca benar. Aku dan Heru sudah berjalan jauh. Dulu posisi Heru hanya di barisan ke berapa di hatiku. Tetapi sekarang, Heru sudah di urutan ketiga setelah orangtuaku. Kadang, Heru kutempatkan di barisan paling depan. Prioritas, bahkan.

Untuk yang satu ini, Cyka pun selalu mengatakan, jangan coba-coba menempatkan Heru sebagai yang paling istimewa karena posisi orangtua tak akan tergantikan.

"Tapi Heru begitu sayang padaku lho, Cyka!"

"Bentuknya?"
Aku ceritakan semua apa yang dilakukan Heru padaku. Mulai memerhatikan dari sisi penampilan hingga pelajaran. Aku dan Heru memang selalu cocok soal selera penampilan. Cyka pun sama hingga kami bertiga selalu sharing. Tetapi, jika untuk pelajaran, aku kalah. Cyka selalu sama dengan Heru. Soalnya, keduanya punya pengetahuan cemerlang.

Aku merasa diuntungkan dengan kepintaran Heru dan Cyka. Masalahnya, aku mendapat bantuan bila di kelas. Nilaiku bahkan dapat melewati Heru dan Cyka. Soalnya ya itu tadi... Heru membimbingku dan Cyka mengajariku. Jadi, plus.

Di lain hal Heru dan Cyka harus bersusah-payah memecahkan rumus-rumus pelajaran. Sekali lagi kukatakan, aku salut dengan keduanya. Jika sudah belajar, Heru dan Cyka tak pernah kenal lelah.

Beda dengan aku. Lebih dari sejam belajar, langsung ngantuk. Mengantisipasinya, aku selalu meninggalkan Heru dan Cyka belajar berdua. Aku nonton televisi atau mencari makanan ringan ke luar. Pulang jalan-jalan, pelajaran sudah siap dikerjakan Heru dan Cyka. Hal sedemikian membuatku semakin sayang pada keduanya.

Pada Cyka aku lebih salut. Dengan posisi mentereng, ia belum punya pacar. Padahal, siapa sih yang tidak suka dengan cewek cantik dan pintar? Tetapi, Cyka pun sepertinya tak suka digoda cowok.

Bila ada yang mendekat, ia menghindar. Pura-pura sibuk. Jika si cowok memburu, Cyka langsung menyodorkan aku. Jadilah aku dan si cowok bercengkerama serta Cyka berondok di kamar mandi atau pura-pura belajar.

Aku pernah menjodohkannya sama sepupuku, Cyka tetap ogah. Alasannya, hubunganku dengannya sudah seperti saudara. "Lalu, jika aku menjadi kekasih sepupumu, apa ceritanya? Famili kuadratlah!"

Aku diam. Cyka benar. Hubungan pertemanan yang tulus melebihi status persaudaraan. "Tetapi, sampai kapan kamu itu tidak suka sama lelaki?" kejarku. "Ntah kamu suka sama aku, LGBT... kwkwkwkw,"

Cyka mencubit pinggangku. Persoalan kesendirian Cyka pernah kudiskusikan pada Heru secara panjang lebar. Heru bersemangat kali membahasnya. Ketika kukatakan apakah Heru punya kawan yang tampan untuk dijodohkan dengan Cyka, ia marah. Untuk apa menjodoh-jodohkan orang lain!

Meski demikian, aku tetap berusaha mencarikan teman dekat untuk Cyka. Targetku, saat ia ulang tahun ke-18, harus punya pacar. Kan enak jika jalan-jalan berempat. Aku menggandeng Heru, Cyka dengan kekasihnya.

Sehari sebelum Cyka ulang tahun, aku diskusi bersama Heru soal kado untuk sahabat terbaikku. Tetapi, Heru sudah punya kado khusus yang terbungkus indah. Duhai, bahagianya aku karena Heru selalu mampu membuat aku senang. Apalagi untuk Cyka.

Hanya saja, aku heran, apa isi kado tersebut. Kutimang-timang. Kulempar ke udara, kutangkap. Saking girang, kado itu terjatuh hingga pembungkusnya koyak.

Aduh, takutnya aku. Takut Heru marah karena mengoyakkan bungkus kado untuk Cyka. Buru-buru kuganti. Saat mengganti, di luar kotak, Heru menulis for my soul mate.

Apa, untuk belahan jiwanya? Aku gemetar, dadaku berdegup kencang. Kuberanikan membuka ke dalamnya. Semakin terkejut karena isinya alat-alat make-up dengan ragam tulisan mesra. Di satu kertas Heru menulis the birthday of my soul is the same as our love affair.

Duniaku berhenti berputar. Pandanganku gelap. Aku meronta-ronta sendiri di kamar sambil berteriak histeris. Teganya...

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru