Nio jadi terbawa kesal. Kesal banget. Bahkan jadi merasa benci. Kenapalah di dunia olahraga yang dituntut sprotivitas ada mafia-mafiaan. Mulai dari mengatur skor hingga sogok-sogokkan.
Dulu, waktu masih berkutat di lapangan hijau, Nio bermain sekeras tenaga tanpa perhitungaan mengambil untung. Motifnya bertanding, harus menang.
Jika hasilnya tidak sesuai target, itu persoalan lain. Yang pasti, main hanya untuk meraih angka terbaik. Jika draw bahkan kalah, berarti pihak lawan lebih baik darinya hingga harus berlatih lebih giat lagi.
Seiring perkembangan waktu, Nio tertarik dengan dunia lain. Ia masuk ke seni tarik suara. Mula-mula hanya sekadar mengkover lagu dan memublikasikan di akun pribadi di media sosial. Tetapi, lama-kelamaan, jadi suka.
Ia mulai mengaransir lagu dan membawakan secara individual. Mengunggah di akun video berbagi. Tak diduga, diminati publik. Subscribe pun bertambah.
Keasyikan dengan dunia tarik suara di digital membuatnya mulai mengesampingkan si kulit bundar. Jika waktu itu minimal 3 jam ngerumput dalam sehari, sekarang seminggu sekalipun sudah lumayan.
"Jadi, gak ngerumput lagi?
"Sudah janji mau mengaransir lagu," jawab Nio. "Tapi Minggu nanti aku cobalah!"
"Sayang kali bakatmu tak diteruskan," rajuk Anton. Ia tahu benar kemampuan Nio di lapangan sepak bola.
Nio pernah menunda pendidikan formal hanya karena ikut sekolah sepak bola. Kala itu ia ingin menjadi pesepakbola handal. Bakat mengolah si kulit bundar terasah dari seringnya ia berlaga dan memenangi pertandingan.
Bila menang, pelatih tak hanya memuji tapi memberi uang lelah. Cara itu membuatnya semakin bersemangat latihan. Tetapi, sejak selalu dibawa mamanya ke dunia seni, Nio jadi betah. Apalagi, Nio memang punya bakat dan kualitas musikalisasinya membanggakan.
Buktinya, ketika ada audisi nasional menjadi penyanyi instant, Nio lolos. Selain itu, setelah kerap mengunggah kreasinya di akun pribadi hingga mendatangkan penghasilan, Nio jadi lebih fokus di industri seni berbasis digital.
Itu pula yang membuatnya kadang lupa dengan janji ngerumput. Padahal, sudah paku mati siap bermain.
"Tapi janjimu mau main?"
"Maaflah, Geng. Sikiiit lagi laguku selesai!" jawab Nio. "Aku minta maaflah. Aku melanggar janjiku. Maaf, ya!"
Anton kesal bukan main tapi ia tak mampu memaksa Nio untuk memenuhi janjinya. Di dalam hati ia janji tak mau lagi mengajak Nio main sepak bola. Apapun itu.
Lebih bagus tadi langsung ke lapangan. Ngak buang-buang waktu. Anjritlah... makinya dalam hati sambil ngegas sepeda motornya dengan sangat kencang.
Tetapi, ketika ada adu tanding dengan kesebelasan lain, Anton masih mengajak Nio. Ia yakin jika Nio ikut main, bakal menang. Soalnya skil Nio melebihi rekan sekebelasannya.
Kali ini ia bujuk lagi Nio. Ia bahagia karena Nio sudah siap kerja di bidang seni. Ia pun sudah menyaksikan hasil yang diunggah di YouTube dan di FB.
"Jangan bohong lagi, ya!" bujuknya. "Aku gak tau lagilah jika kau masih ngelak," ujar Anton mewanti-wanti.
Demi memastikan berlaga, Anton pun selalu mengontak Nio. Memastikan sahabatnya itu agar tak lupa. Tetapi, emang dasar apes. Sehari sebelum tanggal pertandingan, Nio mengontaknya. Sambil minta maaf, Nio bilang ada job konser!
Anton kesal alang-kepalang tapi mau bilang apa. Ya sudahlah. The show must go on. Apalagi panjar pertandingan sudah disetor.
Dan benar... kali ini kalah lagi. Geram dan benci. Ia janji tak mau lagi mengontak Nio. Tetapi, sekarang Nio yang menghubunginya.
"Ada apa? Mau ngabari aku bahwa kau mau konser lagi? Aku gak butuh itu!" repet Anton.
"Kok langsung marah?"
"Gara-gara kau aku kalah!"
Nio diam. Rasanya tak semangat bicara tapi kali ini ia mengalah. Ia utarakan kegelisahannya setelah mendengar kabar ada kasus pengaturan skor yang jadi pemberitaan semua media di Tanah Air.
Ia rindu lagi ngerumput. Semangatnya ingin menjadi pesepakbola profesional, mengemuka lagi. Jika nanti menjadi anggota kesebelasan, ia janji tak akan pernah berpikir pengingkari sportivitas yakni kejujuran.
Tetapi, ah... kualitasnya di dunia seni sudah terlatih dan memberi sensasi beda dari lapangan hijau. Nio tak menyesali pilihannya saat ini. (c)