Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 09 Agustus 2025
Cerpen

Ibu, di Kantin Sekolah Ini

* Karya: Pungga Yana Rambe - SMAN 2 Rantau Selatan
- Minggu, 23 Desember 2018 18:19 WIB
704 view
Ibu itu lagi... ibu itu lagi. Putri bukan sebal tapi merasa gak enakan aja jika tidak berbagi. Sedihnya, jika hendak diberi, ibu itu tetap menolak. Sampai harus merayu, membujuk bahkan memaksa barulah diterimanya.

Itulah satu alasan kenapa Putri dan gengnya selalu menghindar jika si ibu masih berada di kantin. Tetapi, kan tidak enak jika mengusirnya.

Ibu itu lagi... ibu itu lagi. Tiap makan di kantin, ibu itu selalu sigap melayani. Begitu hendak duduk, langsung merapikan kursi dan meja. Belum juga selesai, piring dan gelas langsung disingsingkan.

Putri tetap menolak tapi si ibu tetap ngotot. Sebab terus menampik ajakan, Putri langsung minta izin pada pemilik kantin. 

"Yah... tergantung ibulah," jawab pemilik kantin sambil menunjuk pada ibu yang dimaksud Putri. Tetapi, ya itu... ibu itu menolak untuk duduk bersama untuk istirahat dan makan.

"Aku ntraktir ibu karena ulang tahun!" Fitri melanjut dengan suara tinggi. Geram sih. Tak pernah mau menerima pemberiannya.

Padahal, kalau menelisik dari penampilannya, ibu itu butuhlah bantuan. Bukan mau menyepelekan tapi jika diukur dari pendapatannya sebagai tukang bersih-bersih di kantin, pasti butuh tambahan. Tetapi, ah... capek. Ibu itu menolak.

Kali ini, Putri memaksa. Disertai ancaman. Jika tidak mau duduk bersama, tak usah melayani.

Putri memesan makanan lezat. Karena dipaksa, dengan wajah tertekan si ibu mengonsumsinya. Keadaan mencair setelah Putri minta hadiah. Hadiahnya, si ibu harus bernyanyi.

Kali ini, tanpa beban, si ibu langsung bersenandung. Suaranya merdu. 'Mother How Are You Today' dibawakan dengan syahdu. Suara yang memelas itu membuat Putri ingin menitikkan air mata tapi ia membalikkan suasana dengan guyon.

"Pakai jogetlah!"

"Siapa takut," jawab si ibu.

Putri jadi terkejut. Kenapa selama ini si ibu tidak seriang yang sekarang.

"Tapi non Putri kan ulang tahun!" jawabnya. "Nanti kalau lagu sedih, nangis! Yeah lagu jogetlah!"

Kali ini yang dibawakan Ddu-du-ddu milik BlackPink. Mulai dari suara hingga gaya, diupayakan semirip girlband Korea Selatan tersebut.

Putri pun tak mau kalah. Ia ikut berdiri dan joget. Keduanya jadi tontonan orang di kantin. Gerakan disertai tepuk-tepuk dan tawa hingga ruangan jadi penuh.

Putri tak mau kalah gesit. Ia ambil waskom dan diletakkan di tengah ruangan. Ia minta penonton menyumbang. Walau sedikit tapi bermakna.

Ia kompromi sama si ibu untuk terus bernanyi dan joget. Sampai lonceng berbunyi, ada 4 lagu dibawakan. Dendangan era milenial.

Semua uang hasil ngamen diserahkan Putri pada si ibu. Semula ditolak tapi karena dipaksa, diterimanya juga.

Putri berharap uang itu dapat digunakan semaksimalnya untuk keperluan sehari-hari. Tetapi, betapa kecewa dan marahnya karena ternyata duit dimaksud dibelajakan si ibu untuk membeli kado.

Setelah berdebat panjang, Putri mengembalikan lagi. Ia semakin marah karena si ibu ngotot. Tetapi sejujurnya hatinya kagum. Gaun yang dibelikan si ibu pas dengan lekuk tubuhnya dan nyaman dipakai.

Tetapi si ibu berdalih, kan tidak mungkin seorang ibu pakai busan seksi. "Yang cocok ya... Non Putri!"

Lama membujuk, Putri baru tahu bahwa si ibu sangat menyenangi Putri. Soalnya, anak si ibu yang mirip dengan Putri, meninggal. Menurutnya, jika anaknya masih hidup, fisiknya sama seperti Putri.

Tetapi, jika Putri mengajak ngobrol soal anaknya, si ibu tak mau. Ia tak mau lagi membuka luka di hatinya. Ia ingin menikmati luka itu sendiri.

Karena sering komunikasi, Putri jadi bebas bicara. Meski berat hati, ia mencari tahu juga sebenarnya suami si ibu siapa?

Ditanya demikian, si ibu langsung terdiam. Wajahnya berubah jadi seperti marah.

"Maaf, Bu. Saya tak bermaksud."

Dari marah, si ibu menangis. Keras, sekerasnya. Bahkan seperti melolong histeris. Hal itu membuat Putri jadi bingung. Tetapi, karenanya ia ingin mencari tahu siapa sih suami si ibu cantik yang pintar menyanyi dan menari itu?

Uniknya, setiap ditanyain, si ibu bungkam seribu kata. Hanya saja, ia mulai mau merebahkan tubuh di badan Putri.

Terus saja si ibu ngelak. Kali ini kembali Putri mengancam. Bila tidak mau cerita, hubungan ibu dan anak, putus! 

Sekarang, Putri yang justru sedih mendengar jawaban si ibu. Ia mengaku korban perkosaan.... (d)

Editor
:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru