Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 10 Juni 2025

'Era Bullying' Harus Dibarengi Mental Berbasis Religi

Redaksi - Minggu, 23 Februari 2020 20:19 WIB
326 view
'Era Bullying' Harus Dibarengi Mental Berbasis Religi
Foto: SIB/Dok
Pdt Krisman Saragih STh
Medan (SIB)
Era media sosial menghadirkan bullying. Semua dinilai sepele karena sekadar membuat tawa tapi perundungan dapat menyebabkan mental breakdown. Bahkan, banyak studi yang menghubungkan bullying dengan perilaku bunuh diri. Contoh paling global dan menghebohkan yang ditunjukkan dalam ‘Joker’.

Demikian diuraikan Pdt Krisman Saragih STh usai beraudiensi pada Kapolrestabes Medan Kombes Johnny Eddizon Isir, Rabu (19/2) untuk melaporkan rencana kegiatan Badan Kerjasama Antar-Gereja (BKAG). Menurut pengerja di Gereja Pentakosta Sumatera Utara/Pinksterkerk (GPSU/P) Jalan Raja Sisingamangaraja XII - Simp Limun Medan itu, konsekuensi dari kemajuan teknologi banyak dan satu di antaranya bullying.

Di negara maju, praktik perundungan sudah lama. Menurut catatan Mozaic Science melalui World Economic Forum (WEF), kaum terpelajar di Inggris menyebutkan jumlah terpelajar di Inggris yang butuh pendampingi psikologi meningkat lima kali lipat sejak sedasawarsa belakangan. Jumlah penderita penyakit mental meningkat. Sama seperti di Amerika Serikat di mana kelompok di bawah 17 tahun penderita depresi dan kecemasan sangat meningkat.

Menurutnya, tak ada publikasi penyebab hingga timbul angka tersebut. Tetapi, simpulnya, pribadi yang mudah tertekan baik karena persoalan duniawi yang di dalamnya bullying, karena belum memiliki basis moral religi yang kuat.

Pdt Krisman Saragih menegaskan, sebagai pribadi harus memiliki moral yang standarnya adalah moral ilahi yaitu hidup kudus dan menjadi serupa dengan Kristus. Ia menunjuk Filipi 2:5 dan 8 di mana tiap individu harus menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. “Dengan pemahaman tersebut, bila berselancar di dunia maya dan andai beroleh bullying, atau di kehidupan nyata beroleh perundungan, moral religi sebagai perisai,” ujarnya.

Menurutnya, para pembimbing milenial dituntut mempersiapkan generasi muda dengan moral religi hingga saat masuk ke belantara digital, sudah siap mengalahkan hal-hal keduniawian. “Bahkan dengan kekuatan moral religi, si individu dapat menjadi penetralisir andai terjadi seperti yang diterakan di atad,” tutup pria yang menjabat sebagai Sekretaris PGPI -Pembaharuan Sumut tersebut. (R10/f)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru