Medan (SIB)
Ir H Amran Sinaga MSi mengatakan, melestarikan warisan leluhur nonbenda harus melibatkan milenial. Tetapi, menurutnya, tak mudah membawa kids era now menggemari hal-hal terkait budaya bila penerapannya kaku. Itu sebabnya, pendekatan terbaik pada generasi muda agar memahami dan ikut melestarikan kearifan lokal dengan pendekatan budaya nonstatik.
Penegasan itu diutarakannya usai pengukuhan dirinya sebagai Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Sumut masa bakti 2019 - 2023 didampingi Ronal Gomar Purba MSi sebagai sekretaris. Ia mencontohkan negara yang melestarikan budaya nonstatik adalah Korea Selatan. “Mengemas kearifan lokal dengan lentur sambil mengolah budaya pop baru dan mengekspornya. Setelah budaya popnya ngetop, unsur kearifan lokal Korea Selatan semakin berkembang dan dikenal dunia,†ujarnya.
Ia memastikan, tiap kegiatan yang diadakan tetap mengikutkan budaya leluhur. Sama seperti dalam pengukuhan pengurus Percasi Sumut dengan mengetengahkan budaya Simalungun. Meski dengan tata acara nasional dengan uniform Nusantara, tapi tetap mengetengahkan budaya leluhur nonstatik. Ada pemakaian busana asli Simalungun, penampilan seni dari ragam daerah yang ada di Sumut.
Amran Sinaga mengatakan, membangun untuk memperkuat budaya Indonesia harus dengan kerja sama. Mengadopsi budaya luar tapi dalam kehidupan merealisir budaya sendiri. Hal tersebut sebagai satu upaya menggali kearifan lokal secara lentur.
Ia memastikan, mengintegrasikan apa yang menjadi kesenangan kaum milenial dengan apa yang hendak diajarkan adalah satu upaya pelestarian.
Khusus untuk generasi muda yang ada dalam lingkup Percasi Sumut, Amran Sinaga mengajak untuk berpestasi dalam maksud membanggakan daerah tapi juga mengamalkan adat-istiadatnya.
Ia menunjuk pengurus Sarmuliadin Sinaga yang seorang pekerja seni tradisi dan Panusunan Tampubolon yang aktif di seni suara untuk membimbing milenial memacu prestasi tanpa menjauh apalagi meninggalkan tradisi. (R10/f)