Bunga bergegas. Masih ada waktu sih tapi hari ini harus lebih cepat sampai ke sekolah. Dah janji sama kawan-kawan.
Besok ualng tahun Salma. Bunga diminta datang. Ada juga rekan di sekolah yang dapat undangan tapi tak semua. Gak gampang lho dapat hal seperti itu. Berasa gimana gitu...
Siapa yang tak kenal dengan Salma? Ia cantik. Datang dari keluarga terpandang. Berprestasi. Followersnya segudang. Kan gak mungkin semuanya diundang. Lalu, karena Bunga dikategorikan istimewa, kan bahagia.
Yang jadi soal. Mau ngasih apa sama Salma. Kalau bawa kado murahan, malulah. Untuk beli hadiah mewah, mana Bunga sanggup. Itulah alasannya ia rembugan dengan rekan-rekan sekolah yang diundang.
Bunga mengusulkan menghadiahi Salma boneka. Bukan sembarang boneka karena koleksi boneka kawannya itu sudah banyak. Hendaknya memberi hadiah yang berkesan.
Usul Bunga diterima kawan-kawan. Salma dihadiahi bunga Edelweiss. Soalnya perempuan itu suka keabadian. Bunga dengan nama Latin Anaphalis javanica tersebut dikenal sebagai simbol keabadian. Banyak orang di Jawa menyebut dengan Bunga Sendur.
Gak soal namanya karena yang penting menyenangkan Salma. Bahkan sempat mengusulkan mengajak kawannya itu ke Gunung Rinjani untuk memetik langsung Eelweiss.
Bunga pun sudah ingin sekali bepergian. Sejak pandemi Covid-19, tidak ke luar-luar. Begitu bagi rapor dan semua dinyatakan naik, dapat undangan. Pagi inilah rembugannya.
Saking buru-buru Bunga lupa semua pesan ibunya. Mulai dari mencuci piring hingga mengambil baju kotor dari rumah tetangga. Ibunya memang diminta membantu mencuci sejumlah rumah di lingkungan rumah.
Soalnya ibunya punya usaha laundry. Semua itu dilewatkan Bunga dan membuat ibunya sedih. Kapanlah Bunga berubah. Terus saja abai dari harapan. Padahal, biaya sehari-hari itu dari usaha cuci strika busana tersebut.
“Gadis macam apa kau!†bentak ibu pada Bunga. Amarah itu beda dari biasanya. Kali ini punya tekanan yang menusuk ke jantung, melukai hati.
Bunga saja heran, kok ibu segitunya ngamuk? Tetapi ia pura-pura tak mendengar. Pergi saja secepatnya. Yang di pikirannya bagaimana Salma senang. Biar jikalau ada satu dan lain hal, tinggal connect. Klop.
Kesepakatan sudah bulat. Pokoknya harus hadir di HUT Salma. Bunga pun bersiap pergi. Hanya saja, ia jadi kesal, kenapa kalau hendak pergi buru-buru selalu saja ibu menambah tugas.
Sama seperti kemarin, malam ini ia diminta menjemput pakaian dari rumah kostumer di kompleks seberang. Langganan ibunya memang banyak sekali.
Usaha binatu keluarga Bunga memang sudah sangat terkenal. Terkenal dengan bersih dan berkualitas plus murah. Tetapi, pesta Salma lebih penting.
Bunga mengenyampingkan pesan ibunya. Ia langsung pergi berkumpul dengan kawan-kawannya dan langsung menuju kafe tempat lokasi acara.
Selain menghargai undangan kawan dekatnya, juga melepas kangen. Sudah lamaaa kali gak nyantai di kafe. Apalagi lokasi pestanya berada di satu tempat dengan hotel mewah.
Memang benar. Pesta Salma luar biasa meriah. Bukan... bukan dari ukuran tamu tapi persiapan yang punya acara. Lihatlah dekor megahnya. Belum lagi makanan yang serba lezat. Menggiurkan.
Bunga terkejut karena ketika hendak pulang, Salma membontoti makanan. Katanya, untuk ibu yang sedirian di rumah.
Bunga terkejut. Kenapa Salma tahu ibunya sendirian di rumah? Ibu Bunga sudah lama menjanda pasca suaminya meninggal karena kecelakaan.
Bunga jadi merasa bersalah. Tadi ketika hendak menghadiri undangan, sejumlah pesan ibunya diabaikan. Justru orang yang tidak ada hubungan dengan ibunya mengingat orang yang melahirkannya.
“Saya ingin seperti kamu lho, Bunga,†ujar Salma sambil memeluk sahabatnya. “Kamu berbakti!â€
“Terima kasih!†jawabnya sambil bergegas pulang.
Hari sudah malam. Bunga minta diantar kawannya. Biar cepat sampai. Agar tak kehujanan. Tapi, ketika sampai di ujung jalan, ia melihat ada beberapa mobil. Oh, itu kendaraan mewah milik kostumee usaha ibunya.
Hanya saja kok sudah malam masih ramai? Bunga teringat pada permintaan ibunya untuk mengumpulkan pakaian dari pelanggan. Oh, mungkin mereka ingin cepat.
Begitu ia masuk ke dalam, Bunga melihat keluarga ayah dan ibu ada di situ. Kenapa? Yang mengkhawatirkannya kok ada tangisan.
Cepat-cepat ia kejar ibunya yang dibaringkan. Dipeluknya tapi ibunya tidak bereaksi.
“Sampai hatinya kautinggalkan ibu kerja sendiri,†suara adik ibunya memukul jantungnya.
Keluarga yang lain ikut menyalahkannya dengan nada benci. Bunga tersudut. Ia tidak diberi kesempatan membela diri tapi ia pahami telah salah. (p)