Saat usianya baru 20 tahunan, Yovita Lesmana sudah berhasil mencetak penghasilan hingga ratusan juta rupiah per bulan berkat berwiraswasta sebagai motivator dan personality coach. Kini, ia ingin menularkan spirit yang sama kepada generasi muda agar mereka mendapatkan hidup yang lebih baik.
Wanita 30 tahun ini lantas mewujudkannya lewat Majoli Family. Bukan sekadar sebuah label yang menawarkan koleksi busana, Majoli Family hadir sebagai tempat bernaung bagi mereka yang ingin belajar mandiri secara ekonomi.
Perjalanan Majoli Family sebetulnya sudah mulai dari setahun silam. Kala itu, Yovita yang sudah dikenal terlebih dulu sebagai konsultan dan sukses ingin menciptakan sebuah wadah untuk mempersiapkan anak muda yang kurang beruntung agar bisa hidup tanpa bergantung kepada orang lain. Mereka di antaranya remaja-remaja putus sekolah, bahkan ada pula yang dulunya pecandu narkoba.
"Tentunya akan sulit bagi mantan pemakai narkoba untuk mendapatkan pekerjaan karena kemungkinan besar ia gagal saat tes kesehatan. Jadi kenapa tidak dia saja yang menciptakan lapangan kerja," ujar Yovita saat peluncuran koleksi terbaru Majoli Family di Artotel, Jakarta.
Seperti kompetisi pencarian bakat, ia lantas melakukan audisi terbuka untuk merekrut tenaga yang diinginkan. Syaratnya, pekerja keras, mampu bekerja di bawah tekanan deadline dan bisa berkarya dalam satu tim. "Kalau yang sudah mapan engga boleh (masuk). Jadi investor saja," guraunya.
Diakui wanita asal Bondowoso, Jawa Timur, ini, butuh modal yang besar untuk mewujudkan proyek tersebut. Pembelian mesin cetak kain saja menghabiskan dana hingga ratusan juta yang hampir semuanya berasal dari kantong pribadi. Namun keuntungan bukanlah orientasi dari label yang disebutnya sebagai 'non-profit' ini. Ia optimis, Majoli Family akan membuahkan dampak yang positif bagi masa depan mereka yang terlibat di dalamnya.
Keluarga menjadi konsep dasar dari Majoli Family. Adalah impian Yovita untuk mempunyai sebuah usaha yang dibangun dengan nilai kekeluargaan. Dalam keluarga, ada cinta tulus orangtua, begitu pula sebaliknya. Mereka mengasuh dan membimbing anaknya sehingga menjadi pribadi yang mapan. Tanpa keluarga, seseorang akan sulit mewujudkan impiannya. Itulah yang Yovita rasakan dalam perjalanan kariernya.
Sulung dari pasangan Andy dan Maria Lesmana ini yakin tidak bisa sesukses sekarang tanpa cinta kasih dan dukungan keluarganya. Oleh karena itu, ia menyisipkan kata 'Family' yang berarti 'Keluarga' dalam Majoli sekaligus sebagai identitas bahwa label ini menawarkan busana untuk keluarga, baik ayah, ibu, maupun anak.
Laiknya orangtua, Yovita pun memastikan 'anak-anak'-nya di Majoli Family mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang baik. Berbekal ilmu komunikasi serta pengalamannya sebagai seorang wirausahawati, ia mengajarkan mereka bagaimana caranya berbisnis, membangun relasi, dan memanfaatkan media sosial untuk berpromosi. Ia juga kerap mengundang pembicara berkompeten untuk memberikan sesi khusus kepada mereka. Beberapa di antaranya bahkan ia sekolahkan lagi sesuai bakatnya.
Produk Majoli Family tidak dijual secara eceran namun dalam partai besar dan hanya dapat dipesan melalui pembelian online. Pelanggannya adalah komunitas ibu-ibu yang masih memiliki anak usia sekolah. "Dari satu anak, akhirnya satu kelas memakai baju kami. Jadinya seperti seragam," cerita Yovita. Ia juga mendapat bantuan dari beberapa teman-teman selebritinya untuk mempromosikan busana yang dibanderol dari harga Rp 150.000 - Rp 300.000an.
Majoli Family yang awalnya hanya usaha kecil-kecilan pun semakin berkembang. Dalam satu pekan, Majoli Family bisa memproduksi 2.000 potong pakaian.
Keuntungannya pun cukup menggiurkan bagi mereka yang sebetulnya masih baru di dunia kerja. Satu anak binaan, kata Yovita, bisa mengantongi pendapatan mulai dari Rp 500.000 seminggu hinggu Rp 2 juta sebulan.
"Itu anak SMA lho, part time pula. Mereka terharu karyanya sangat dihargai," kata finalis Miss Indonesia 2007 itu. Saat ini, Majoli Family diawaki 31 karyawan, termasuk tim desainer, bagian administrasi, packaging, dan kurir. "Yang mau saya tekankan, lebih baik menciptakan pekerjaan, bukan menunggu pekerjaan. Jadi jangan galau kalau tidak punya pekerjaan dan jangan bangga bekerja di kantor yang menghabiskan waktu," tambahnya.
Jiwa entrepreneur sudah mengalir dalam diri Yovita bahkan saat ia masih duduk di bangku kuliah. Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, Jawa Timur, ia memilih menjadi seorang wiraswasta alih-alih mencari pekerjaan di perusahaan lain. Pilihan kariernya jatuh ke personality trainer dan konsultan. Seiring perjalan kariernya, Yovita sudah menangani klien dari berbagai latar belakang, mulai dari karyawan level biasa hingga sekelas CEO.
(Wolipop/d)