Pada Jumat (13/10), menjadi peringatan Hari Tanpa Bra atau No Bra Day. Diperingati sejak 2011 lalu, hari ini menjadi momen untuk mengunggah kesadaran publik, baik perempuan maupun laki-laki, akan kanker payudara.
Inez Nimpuno MPS MA, dokter yang juga penyintas kanker payudara menuturkan peringatan Hari Tanpa Bra mestinya bisa dijadikan momen untuk edukasi publik dan meningkatkan kesadaran akan deteksi dini kanker payudara.
Dokter yang tinggal di Canberra, Australia ini menuturkan, di sana selalu ada peringatan hari tertentu. Namun, fokusnya tidak sekadar perayaan saja, tapi lebih fokus pada 'raising awareness' atau menggugah kesadaran agar publik lebih memahami soal kanker payudara.
"Tingkat kesadaran akan kanker payudara cukup tinggi di sini," ujarnya saat dihubungi Jumat (13/10).
Terkait No Bra Day, Inez menuturkan hampir semua orang di sana mengetahuinya, tapi bukan berarti semua perempuan di sana tidak pakai bra hari itu.
Sementara, perayaan di Indonesia, kata dia, biasanya lebih cenderung menjadi ajang selebrasi sesama penyintas kanker. Inez menilai baiknya agenda peringatan itu juga dibarengi dengan edukasi buat publik.
Pada awal November tahun lalu, Inez pernah menebeng pameran fotografi temannya Maggy Horhoruw dengan turut menggelar seminar yang memberi pengetahuan pada publik mengenai kanker payudara. Ia mengundang setidaknya 20 pembicara pada saat itu dengan topik diskusi beragam.
No Bra Day
Hari Tanpa Bra diperingati setiap 13 Oktober, di pertengahan bulan Oktober yang juga menjadi Bulan Peduli Kanker Payudara.
Merunut sejarahnya, peringatan Hari Tanpa Bra ini dimulai pada 2011 lalu, di mana sejumlah perempuan menggelar aksi kampanye dengan menggunakan tagar #nobraday. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran publik akan kanker payudara, dan memeriksakan diri untuk melakukan deteksi lebih dini.
Tak hanya wanita, pria pun juga turut diajak turut serta dalam peringatan ini, dengan mengenakan busana berwarna ungu.
Sementara, untuk para wanita didorong untuk melakukan tes mamogram yang dapat menjadi deteksi dini kanker payudara. Selain itu, publik yang ingin berpartisipasi merayakan Hari Tanpa Bra, dapat berdonasi pada sejumlah organisasi peduli kanker payudara.
Kenapa dirayakan? Melansir The Sun, No Bra Day berawal dari Toronto, Kanada oleh dokter bedah, Mitchell Brown. Gagasan awalnya, BRA yang merupakan akronim dari Breast Reconstrucion Awareness (BRA) Day bertujuan untuk mengedukasi perempuan akan pilihannya ketika harus menghadapi mastektomi.
Pada 2014, BRA Day diperingati oleh 30 negara di dunia. Pada peringatan ini, kemudian muncul sejumlah diskusi tanya jawab akan kanker payudara, dan mendengar kisah inspirasi dari para penyintas kanker.
Deteksi Dini
Menurut data Departemen Kesehatan, pada 2013, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks sebagai penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia.
Total ada 61.682 pengidap kanker payudara di seluruh Indonesia, dengan estimasi jumlah penderita kanker payudara tertinggi terdapat di Jawa Tengah.
Jika kanker payudara terdeteksi pada stadium dini, kemungkinan untuk sembuh dan pulih kembali sangat tinggi.
Inez lewat tulisannya tentang Info Kanker Payudara, mengungkapkan deteksi dini bisa dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan memeriksa sendiri payudara kita secara teratur.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) ini dilakukan sebulan sekali, paling baik dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-10 dihitung dari hari pertama haid. Bagi yang sudah mengalami menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan, misalnya tanggal 10.
SADARI dapat dilakukan saat mandi ketika di depan cermin, dengan memeriksa daerah dekat puting hingga bawah ketiak selama 10 menit. Perhatikan setiap bagian payudara bila ada perubahan atau kelihatan lain dari biasanya.
Tindakan untuk memeriksa payudara sendiri ini sangat penting karena pada kenyataannya, hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri.
Apa saja gejalanya?
Tanda pertama yang umum dialami pada banyak perempuan dengan kanker payudara adalah adanya benjolan atau bagian yang menebal di payudara mereka. Perlu diingat bahwa kebanyakan (90%) dari benjolan pada payudara bukan kanker. Tetapi, bila menemukan benjolan di payudara, selalu cek dengan dokter untuk menentukan apakah pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan bahwa benjolan tersebut bukan kanker.
Lebih jauh, jika menemukan satu atau lebih dari tanda/gejala di bawah ini, dianjurkan untuk segera menemui dokter:
1. Benjolan/tumor atau ada bagian yang menebal di satu atau kedua payudara.
2. Perubahan besar/ukuran dan bentuk dari satu atau kedua payudara.
3. Ada cairan keluar dari puting payudara (cairan tersebut bisa bercampur darah).
4. Ada benjolan/tumor atau pembengkakan di bawah ketiak.
5. Ada bagian kulit payudara yang tertarik ke dalam, atau ada bagian yang bekerut seperti kulit jeruk.
6. Terdapat bercak, mengelupas, menyerpih, atau bersisik pada atau sekitar puting susu.
7. Puting susu kelihatan berubah, misalnya kelihatan seperti tertarik masuk kedalam payudara.
8. Rasa sakit pada payudara atau daerah di bawah ketiak yang tidak ada hubungannya dengan masa haid/menstruasi.
(CNNI/d)