Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 22 Juni 2025

Tak Tergantikan Robot, Wanita Punya Keunggulan di Dunia Kerja

Redaksi - Minggu, 02 Februari 2020 20:27 WIB
230 view
Tak Tergantikan Robot, Wanita Punya Keunggulan di Dunia Kerja
cnnindonesia.com
Bos BKPM Bahlil Lahadalia mengklarifikasi pernyataannya soal pekerja perempuan bisa tak laku, diganti robot
Ucapan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tentang kemungkinan tenaga kerja perempuan akan digantikan oleh robot menuai banyak reaksi.

Sehari kemudian dia mengklarifikasi bahwa ini hanya sebuah candaan. Namun para perempuan tak perlu takut dengan hal ini. Pasalnya di dunia kerja kini, perempuan memiliki beberapa keunggulan yang tak bisa diremehkan.

Perempuan memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dibandingkan laki-laki maupun robot.

Psikolog Personal Growth Talissa Carmelia menjelaskan perempuan dan laki-laki memiliki potensi yang sama di dunia kerja. Hanya saja, beberapa faktor membentuk kompentensi dan kualitas setiap orang.

"Berbagai faktor seperti keluarga, pola asuh, pengalaman hidup dan juga faktor di tempat kerja seperti pengalaman kerja, lingkungan kerja, budaya kantor dapat mempengaruhi terbentuknya kompetensi dan kualitas setiap individu. Sehingga tidak bisa mengatakan bahwa perempuan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki laki-laki, dan begitu juga sebaliknya," kata Talissa, Kamis (30/1).

Sejumlah penelitian menunjukkan perempuan memiliki sejumlah keunggulan di dunia kerja.

Berikut keunggulan perempuan di dunia kerja.

1.Kecerdasan emosional yang lebih baik
Studi menunjukkan perempuan cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Perempuan dianggap lebih mampu memahami situasi dan kondisi orang lain sehingga dapat menjalin hubungan yang lebih baik.
"Artinya perempuan akan lebih mampu melihat dan menyadari emosi orang di sekitarnya. Hal ini menjadikan para perempuan lebih baik dalam mengelola individu misalnya dalam melakukan coaching dan mentoring kepada anak buah," ucap Talissa.

2. Memiliki kepemimpinan yang menginspirasi
Studi juga mendapati perempuan cenderung memiliki sikap kepemimpinan yang dapat menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat membuat perempuan menjadi contoh atau role model.
"Secara umum, para perempuan biasanya lebih baik dalam managing people Sedangkan para pria cenderung lebih fokus dalam managing tasks," ucap Talissa.

3. Menyelesaikan masalah lebih baik
Talissa juga mengatakan perempuan mampu memiliki manajemen konflik yang dapat membantu menyelesaikan masalah di dunia kerja. Perempuan memiliki kepekaan dan kesadaran dalam organisasi sehingga memberikan manfaat pada tempat kerja.
"Sehingga dapat memberikan benefit kepada perusahaan dalam melakukan perekrutan, retensi karyawan, pelibatan karyawan bahkan dalam mengambil keputusan yang menguntungkan bagi perusahaan," tutur Talissa.

Lelucon yang Seksis
Sementara itu, Sekretaris KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) DKI Jakarta Mike Verawati juga menilai pernyataan Bahlil menunjukkan cara pikir yang bias. Karena itu Mike pun jadi sangsi Bahlil memahami akar masalah pekerja di Indonesia.
"Harusnya Bahlil justru punya tawaran strategis yang bisa menyelesaikan ketersediaan tenaga kerja dan tuntutan teknologi," tutur Mike, Kamis (30/1).

"Apalagi, klarifikasinya mengatakan ini cuma bercanda. Kalau menurut saya ini hanya excuse, tetapi aslinya Kepala BKPM enggak punya konsep yang solutif," sambung dia.

Lagi pula, lanjut Mike, sesungguhnya tak bijak menjadikan pernyataan isu pekerja perempuan itu sebagai bahan gurauan. Apalagi mengingat posisi Bahlil sebagai pejabat publik.

"Jika di awal bilang hanya perempuan, menurut saya itu tendensius. Lalu mungkin setelah diprotes, terus klarifikasi. Tapi ini catatan bahwa beliau tidak menguasai akar masalah pekerja di Indonesia," pungkas Mike.

Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Dian Kartika Sari pun senada. Kalaupun hanya guyonan, ia berpandangan lelucon itu tetap saja seksis. Kendati Dian tak menampik ada pula kekhawatiran mengenai tersingkirnya tenaga kerja -baik laki-laki dan perempuan- dengan teknologi.

"Iya, ini lelucon yang seksis. Tapi secara faktual memang mungkin terjadi," tutur Dian.

Ia melanjutkan, pada era digitalisasi ekonomi ini sebagian besar pekerjaan terbuka kemungkinan bakal digantikan mesin atau robot. Selain itu, kelak pun perubahan relasi perburuhan antara penyedia jasa, pengguna jasa dan pengelola aplikasi tak bisa ditolak.

Karena itu semestinya permasalahan tersebut yang harus ditangkap dan dicarikan solusi konkretnya oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah harus mulai menyediakan pendidikan serta pelatihan vokasi untuk alih profesi.

"Negara perlu riset tentang dampak digitalisasi ekonomi terhadap tenaga kerja laki-laki maupun perempuan. Melakukan kajian terhadap perubahan relasi perburuhan dan membuat kebijakan yang melindungi pekerja," kata Dian. (CNNI/d)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru