Jiwa sosial dr Jiwa sosial dr Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri terpanggil saat kota tempat dia lahir dan tumbuh terserang wabah Covid-19. Ditambah adanya penugasan khusus dari Universitas Brawijaya (UB) membuat dia semakin mantap bergabung bersama Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 UB.
"Sebagai dosen, ini adalah salah satu bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi. Apalagi saya mengajar soal kesehatan masyarakat," jelas wanita 27 tahun itu.
Di Satgas Covid-19 UB, Ayunda bertugas di bidang kesehatan. Kewajiban awalnya adalah memastikan bahwa UB aman dari Covid-19.
"Awalnya kami konsen ke civitas. Apalagi ada mahasiswa yang positif. Kami harus tracking jejaknya," kenang Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Pencegahan itu.
Selain itu, Ayunda juga bertugas membuat protokol kesehatan untuk lingkungan UB. Juga membuat media promosi pencegahan Covid-19. Serta pendampingan psikososial bagi civitas yang terkena Corona.
"Mahasiswa UB ini banyak sekali. Terbanyak se Indonesia. Kami harus memastikan UB aman," ucap alumni Universitas Gajah Mada itu.
Pasca banyak mahasiswa UB yang kembali ke kampung halaman, Ayunda mulai beralih perhatian ke warga Malang. "Oke kita udah mulai aman. Saatnya kita pengabdian ke masyarakat," ujar dara kelahiran Malang, 17 Juni itu.
Bersama Satgas Covid-19 UB, Ayunda melahirkan produk Kampung Tangguh. Sebuah gagasan untuk melatih warga Malang Raya melalui lingkup RW agar siap dan mandiri menghadapi pandemi.
RW pertama yang menjadi sasaran program Kampung Tangguh adalah Kampung Clempuk, di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Di sana, Satgas memberikan berbagai macam pelatihan dalam 9 bidang. Sebut saja bidang logistik, SDM (Sumber Daya Manusia), kesehatan, informasi, keamanan ketertiban, budaya, dan psikologis.
Kampung Tangguh bahkan menjadi perhatian khusus Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa. Dia menyebut bahwa Kampung Tangguh adalah bentuk kesiapsiagaan dan kemandirian menghadapi bencana alam maupun non alam. Termasuk yang saat ini terjadi yakni pandemi Covid-19.
Di bidang kesehatan, Ayunda bertugas mengajarkan tata cara penanganan pasien Covid-19, cara evakuasi, cara karantina pendatang, dukungan psikologis pasien, hingga memandikan dan memulasarakan jenazah Covid-19.
Kini, dari 500-an RW di Kota Malang, 69 di antaranya sudah menjadi Kampung Tangguh. "Target kami semua RW di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu) menjadi Kampung Tangguh," ujarnya optimis.
Otomatis, keseharian Ayunda menjadi berubah 180 derajat. Dia yang awalnya mengajar di kelas, setiap hari keliling dari satu RW ke RW lain mengajarkan protokol kesehatan kepada warga. Selain itu, dia juga terus memberikan pendampingan pada warga via daring 24 jam sehari.
Terkait kesulitan, Ayunda mengaku tak banyak mengalaminya. "Saya tidak banyak kesulitan. Malah edukasinya lebih tepat sasaran," ucapnya senang.
Namun Ayunda tak memungkiri menemui kendala. "Lebih kepada ada tokoh-tokoh masyarakat yang merasa dilewati, tidak dilibatkan. Namun itu sudah teratasi dengan adanya perantara di antara UB dan warga," jelas putri dari Jilan dan Sukemi itu.
Dengan program Kampung Tangguh ini, Ayunda berharap, ke depannya warga dapat menerapkan pola hidup baru dan pola hidup bersih sehat. (Kumparan/f)