Ini bukan pertama kalinya seorang presiden datang ke Danau Toba. Mulai dari Presiden Soekarno hingga Presiden SBY sudah pernah berkunjung melihat karunia Tuhan yang luarbiasa berupa panorama alam yang sangat indah di Tapanuli. Kunjungan Presiden Jokowi kali ini mungkin kurang lebih sama, layaknya orang nomor satu di negeri ini berkunjung.
Seperti lazimnya, sebelum datang, kesibukan sudah terlihat di mana-mana. Jalan rusak dirapikan, sampah dibersihkan dan eceng gondok dibabat. Gladi resik penyambutan digelar di Bandara Kualanamu meski rombongan hanya transit di sana, sebelum bertolak ke Bandara Silangit.
Orangpun banyak menunggu kedatangan Jokowi di Tapanuli. Bukan semata karena daerah ini merupakan lumbung suara bagi mantan gubernur DKI itu saat Pilpres lalu, tetapi karena rasa penasaran rakyat Tapanuli untuk bertemu presidennya yang terkenal dekat dengan masyarakat dan penampilannya bersahaja serta kepeduliannya terhadap Danau Toba. Bahkan dirinya pun mau mengarungi jalan darat dari Tapanuli ke Medan dengan pendampingan Menko Polhukam, Luhut Panjaitan.
Daripada sibuk membahas seremonia kunjungan dari istana, jauh lebih penting hasil dan dampaknya. Apakah Danau Toba masih tetap kesepian dengan infrastruktur yang buruk? Atau akan menjadi titik balik bagi kebangkitan pariwisata Danau Toba? Tergantung tindak lanjut dari program yang dibuat.
Memang ada yang berbeda kali ini dari program yang pernah ada sebelumnya. Sekarang anggaran sangat besar dikucurkan untuk membenahi infrastruktur. Jalan-jalan yang sudah bertahun-tahun rusak, kini sudah mulus. Memang belum semua rapi dan bagus, tetapi ada progres yang signifikan di lapangan.
Pembenahan kelembagaan juga disiapkan untuk sinergisitas dan efektivitas pengembangan pariwisata Danau Toba. Dalam waktu dekat akan dibentuk Badan Otorita untuk mengurusi kawasan tersebut. Lembaga ini masih dalam penggodokan, diharapkan akan diisi orang-orang yang visioner, kompeten dan mencintai Danau Toba.
Bagian tersulit mengembalikan kejayaan Danau Toba bukanlah besarnya anggaran yang dibutuhkan. Walau memang tak mungkin membangun tanpa adanya anggaran, tetapi jauh lebih penting bagaimana sikap dan mental warga sekitar Danau Toba untuk menerima serta ambil bagian saat daerahnya menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Setelah Presiden Jokowi berkunjung, bukan berarti pesta sudah usai. Saatnya mewujudkan harapan masyarakat untuk membangun Danau Toba. Semua pemangku kepentingan mesti bekerjasama sesuai tugas masing-masing. Pemerintah daerah sebaiknya membuka diri melakukan koordinasi demi kepentingan bersama.
Mari menghargai apa yang dilakukan pemerintah untuk Danau Toba. Bagaimanapun, tidak bisa semuanya dibebankan kepada pemerintah. Pemerintah juga manusia ! Maka mulailah dari diri sendiri, apa yang sudah kita perbuat. Jangan lagi ikut menjelek-jelekkan dan merusak Danau Toba. Bukan mustahil, kawasan yang sangat indah tersebut akan menjadi obyek wisata kelas dunia.
(**)