Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 15 Juli 2025

Waspadai Masuknya Tenaga Kerja Asing di Era MEA

- Sabtu, 12 Maret 2016 09:49 WIB
575 view
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah mulai berlaku pada akhir tahun 2015. Namun ternyata, Tenaga Kerja Asing (TKA) yang masuk dan bekerja di Indonesia jumlahnya malah menurun. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah TKA yang masuk dan bekerja di Indonesia berdasarkan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) per akhir Februari 2016 ada 5.339 orang.

Data TKA sebanyak 5.339 orang itu terdiri dari periode Januari 2.067 orang untuk TKA yang bekerja lebih dari 6 bulan dan 516 orang untuk TKA yang bekerja di bawah 6 bulan. Pada Februari 2.303 orang (lebih dari 6 bulan) dan 453 orang (di bawah 6 bulan).Jadi pasca pemberlakuan MEA, jumlah TKA yang masuk ke Indonesia terlihat turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

MEA membuka peluang bekerja bagi 8 profesi yang bebas bekerja di lintas negara-negara Asia Tenggara. Delapan profesi tersebut meliputi insinyur, arsitek, tenaga pariwisata, akuntan, dokter gigi, tenaga survei, praktisi medis dan perawat. Dari 8 sektor tersebut, sejumlah profesi berkaitan erat dengan pelayanan dan interaksi langsung pada masyarakat, seperti perawat, dokter gigi dan praktisi medis.

Selama ini penerapan MEA banyak disalahpahami dan dipenuhi mitos yang kadangkala membuat khawatir. Seolah-olah semua terbuka untuk TKA padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu. Profesi yang disepakati sangat terbatas. Jabatannya juga spesifik dan tidak umum serta hanya diperbolehkan bagi pekerja asing terdidik yang mempunyai keterampilan (skill) khusus dan profesional. Lebih banyak prosedur yang harus dilewati ketimbang bekerja di negaranya sendiri.

Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri berpendapat dibebaskannya peluang bekerja bagi 8 profesi tersebut akan berdampak sangat positif di sektor tersebut. Pada gilirannya yang untung adalah masyarakat.

Beberapa daerah dilaporkan mengalami kekurangan tenaga ahli, dan membutuhkan sebagian dari 8 profesi yang dibuka tersebut. Tenaga-tenaga tersebut sangat diperlukan. Itu yang menjadi dalih mengapa MEA membawa manfaat bagi Indonesia, terutama daerah yang membutuhkan. Tetapi benarkah demikian?

Tak sedikit yang khawatir sebab respons daerah dinilai terlalu santai dalam menghadapi era MEA. Bagaimana nasib anak bangsa ini ke depan jika tak ada persiapan serius. Balai Latihan Kerja masih minim dan sangat sedikit peminat yang mau dididik di sana. Harusnya semua lembaga pendidikan sudah bergerak untuk menyasar pasar tenaga kerja di sesama negara ASEAN. Bukan hanya merebut lowongan yang di dalam negeri saja.

Takutnya karena terlalu santai, Indonesia hanya menjadi penonton saja. Sebab dalam era pasar bebas tak cukup hanya pendidikan formal saja yang dimiliki, tapi harus memiliki kompetensi di bidangnya. Hal inilah yang harus diantisipasi, misal dengan meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan pelatihan ketrampilan lainnya.

Benar belum ada peningkatan yang signifikan dari tenaga asing di Indonesia. Bisa saja semua masih tahap menjajaki dan menunggu situasi yang tepat untuk masuk. Pemerintah sebaiknya jangan lengah dan lakukan sesuatu untuk mengantisipasinya. MEA harus memberi manfaat, bukan sebaliknya membawa bala untuk bangsa. (**)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru