Pengalihan sebagian rute penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta ke Halim Perdanakusuma bukanlah solusi jangka panjang. Menurut beberapa pakar, ini hanya solusi instan yang suatu saat bisa menimbulkan masalah lagi. Spirit mengutamakan keselamatan penerbangan yang selalu dikampanyekan dan digadang-gadang Komite Nasional Keselamatan Transportasi tidak diimbangi dengan pembangunan fasilitas pendukung.
Saat Bandara Halim Perdanakusuma yang punya sejarah tersendiri di negara ini dioperasikan untuk rute komersil mengantisipasi padatnya Bandara Soekarno Hatta, bisakah ini jadi solusi jangka panjang? Pertanyaan ini hendaknya jadi bahan pemikiran bagi Kementerian Perhubungan, khususnya yang membidangi transportasi udara agar melakukan antisipasi jangka panjang.
Sebuah perencanaan pembangunan lahir dari proses yang matang yang penuh dengan pertimbangan cermat dengan melibatkan semua stakeholder. Dengan demikian program yang dirancang akan berkelanjutan (sustainable). Perencanaan pembangunan di Jepang sangat matang dan hasilnya selalu berada di titik maksimal. Apa yang dibangun hari ini 100 tahun kedepan sudah bisa dievaluasi dampak yang ditimbulkannya. Dengan demikian pembangunan apapun yang dilakukan selalu berkorelasi positif dengan kualitas hidup masyarakat Jepang.
Sudah saatnya kita belajar dari Jepang dalam hal perencaan pembangunan, khususnya pembangunan transportasi udara karena ini menyangkut kemaslahatan bersama. Tingginya kecelakaan penerbangan selama ini karena tidak didukung fasilitas pendukung dan sumber daya yang canggih. Seringnya kecelakaan penerbangan seharusnya jadi masukan untuk terus mendukung kualitas infrastruktur penerbangan udara.
Kembali kepada masalah komersialisasi Bandara Halim Perdanakusuma, apakah ini akan jadi solusi jangka panjang dalam mendukung keselamatan penerbangan di negara kita? Coba kita lihat ulasan dari ahli penerbangan di negara ini Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim yang mengatakan sekaligus mengingatkan, ada dua masalah besar yang dihadapi Bandara Soekarno Hatta yakni over kapasitas dan delay. Pemindahan sebagian penerbangan komersial dari Cengkareng ke Halim Perdanakusuma yang dimulai Jumat (10/1) dinilai bukan solusi atas kedua masalah tersebut.
Menurut Chappy, terjadinya kelebihan kapasitas karena pengelola bandara terus memberikan izin kepada maskapai penerbangan untuk membuka rute baru. Akhirnya penumpang pun berlebih. Chappy mengungkapkan pada tahun 2012 , tercatat bandara menampung lebih dari 50 juta penumpang. Padahal kapasitas bandara sewajarnya hanya 22 juta penumpang. "Over itu terjadi karena izin diberikan terus walaupun sudah melebihi kapasitas hampir 300 persen."
Pemerintah seharusnya sudah merancang bandara yang baru dengan perencanaan matang untuk masa mendatang.
Mari membuat program jangka panjang dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama (public good). Solusi-solusi yang bersifat instan sudah saatnya disingkirkan karena itu hanya jangka pendek. Mobilisasi manusia atau lintas negara yang semakin tinggi sudah saatnya diantisipasi oleh pemerintah demi kenyamanan dan keselamatan bersama.
(#)