Akhirnya, musim kampanye pemilihan presiden (Pilpres) pun tiba. Saatnya bagi kedua pasangan calon bersama tim suksesnya masing-masing untuk "mengenalkan diri" kepada khalayak. Sesuai rencana, kampanye PilpresĀ diadakan sejak 4 Juni hingga 5 Juli mendatang. Itu artinya, kedua pasang calon beserta tim suksesnya hanya punya waktu sebulan untuk mensosialisasikan diri kepada publik negeri ini. Meski sebelumnya - terutama sejak pendaftaran dan penetapan kedua pasangan calon oleh KPU, publik sudah dijejali berita seputar kedua pasangan ini baik melalui media televisi, cetak maupun dunia maya, namun kesempatan resmi untuk menyampaikan visi-misi dan program-program strategis baru berlaku saat ini. Inilah saatnya bagi kedua pasangan untuk bertarung gagasan, negeri macam apa yang hendak dijadikan kedua pasangan ini nantinya jika kelak terpilih.
Tak hanya kedua kubu,pihak penyelenggara (KPU dan jajarannya) juga harus aktif dalam kampanye, publik sebagai pemegang suara juga harus aktif untuk mengenali calon pemimpin negeri ini. Publik -terutama pemilih, harus mengenali kandidat pasangan Capres/Cawapres yang akan dipilihnya, agar tak sepertiĀ "membeli kucing dalam karung". Hanya dengan cara demikian kita bisa mewujudkan pemilihan umum yang cerdas dan berkualitas. Oleh karena itulah masa kampanye ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Secara umum, keempat tokoh nasional yang terbagi dalam dua pasangan ini memang sudah dikenal khalayak. Tetapi apa visi-misinya, kemana mereka akan membawa negara ini, perubahan seperti apa yang hendak mereka tawarkan jika terpilih kelak, itu yang perlu dicermati.
Hal ini penting agar pemilu kali ini tidak lagi hanya berbasis primordialisme atau fanatisme sempit semata. Di era yang mengharapkan dimana negara dipimpin oleh orang yang berkualitas dan berintegritas, pilihan berbasis primordialisme dan fanatisme semata tak lagi bisa menjadi andalan. Memilih hanya karena agama, suku, status (militer atau sipil), ataupun hanya karena rasa suka semata tanpa pengenalan yang mendalam, bakal mendegradasi makna pemilu yang diselenggarakan sekali lima tahun itu. Yang lebih mengkhawatirkan dengan preferensi pemilih seperti itu adalah negeri ini akan dipimpin oleh orang yang terpilih bukan karena kualitasnya, tetapi karena alasan-alasan yang sifatnya remeh-temeh. Sementara pasangan yang lebih baik misalnya, gagal karena tidak terpilih secara rasional dan cerdas.
Tujuan kampanye bukan hanya pemenangan salah satu kandidat semata, tetapi kesadaran/pemahaman politik masyarakat harus dididik secara cerdas. Publik harus mengerti dan memahami secara utuh, apa yang akan dilakukan para kandidat ini jika kelak terpilih sebagai RI-1 dan 2. Apa program-program konkrit mereka dalam membangun bangsa ini minimal dalam lima tahun ke depan, seperti kedaulatan pangan, penyediaan lapangan pekerjaan, pendidikan dan kesehatan, pemberantasan korupsi dan dalam bidang-bidang lain. Tentu saja bukan hanya janji-janji manis, tetapi program-program konkrit dan aplikatif yang akan dilakukan segera. Karena itu pula, kampanye negatif (black campaign) tak boleh dibiarkan, alias harus dihindari. Dan yang tak kalah penting, keamanan selama masa kampanye pun harus dijaga.
(# #)Simak berita lainnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru (SIB). Atau akses melalui http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap hari pukul 13.00 WIB.