Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 14 Juli 2025

Mencegah Politisasi Agama

- Minggu, 22 Juni 2014 14:01 WIB
388 view
Mencegah Politisasi Agama
Himbauan Ketua Umum PGI Wilayah Sumatera Utara supaya semua warga gereja memberikan pilihannya dengan jujur, bertanggung jawab dan penuh kesadaran. Siapa pun yang menjadi pilihan jemaat tidak masalah sepanjang diberikan dengan jujur dan ikhlas pada pilpres 9 Juli 2014.

Saat ini para tim sukses Capres sedang giat-giatnya mendekati para tokoh agama supaya umat mau memberikan dukungannya. Bahkan beberapa tokoh agama secara pribadi sudah menyatakan dukungannya, seperti Ketua Umum PBNU saat ini KH Said Aqil Siraj yang secara pribadi memberikan dukungan pada Prabowo-Hatta. Demikian halnya dengan mantan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi juga sudah menyatakan dukungannya kepada pasangan Jokowi-JK. Sementara di tokoh Muhammadiyah Prof Dr Amien Rais ada di pihak Prabowo-Hatta. Bagaimana peran dan pengaruh mereka pada umat dalam menentukan pilihan Capres tentu menjadi pertanyaan bagi kita.

Ada kalanya kita mengikuti pemikiran Din Syamsudin Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Tanwir Muhammadiyah mengatakan PP Muhammadiyah secara organisatoris tidak terikat pada salah satu Capres dan Cawapres, sekalipun ada kader Muhammadiyah yang maju. Din Syamsudin mengatakan bahwa umat Muhammadiyah bebas menentukan pilihan dan Muhammadiyah adalah organisasi sosial yang berdiri pada semua kepentingan umat. Muhammadiyah hanya mendorong umatnya menjadi pemilih yang jujur dan bertanggung jawab. Siapa pun pilihan umat Muhammadiyah adalah hak konstitusional umat. 

Apa yang dikatakan Din Syamsudin dan PGI Wilayah Sumut ini sangat mendidik dan menyejukkan. Idealnya semua tokoh agama harus berdiri di atas kepentingan bangsa. Aksi dukung mendukung atas nama organisasi yang dikendalikan oleh sekelompok orang hanya akan memperburuk citra agama. Politisasi agama harus dihentikan karena ini akan membuat persoalan lain di belakang. Semua tokoh agama harus menyerukan pilpres yang adil, jujur dan mengajak semua warga memilih dan menghargai hak pilih yang berbeda. Tokoh agama harus jadi motor penggerak utama (driving forces) untuk membangun etika politik.

Tokoh agama dan organisasi agama hendaknya menyarankan supaya capres jika terpilih harus memperhatikan apa saja yang jadi kepentingan umat, memimpin dengan nurani, dan fokus pada penyelesaian masalah bangsa, dan mengupayakan kehidupan bangsa dalam semua aspek harus lebih baik.
Proses politik yang baik dengan etika  dan moral politik harus diutamakan dalam pilpres 2014 ini. Siapa yang terpilih asalkan dengan konstitusi yang benar dan sesuai mekanisme aturan yang jujur harus kita dukung bersama. Dalam rangka mendorong pilpres yang jujur, adil, transparan, tanpa mendukung si calon tertentu, kehadiran tokoh agama sangat dibutuhkan sebagai penyejuk, bukan menyeret umat untuk mendukung salah satu calon yang pada akhirnya akan menjadikan agama sebagai alat politisi untuk nafsu berkuasa sesaat.

Kita harus mendukung PP Muhammadiyah yang dengan tegas mengatakan memberikan hak konstitusional kepada umatnya dalam memberikan pilihan dengan jujur dan bertanggung jawab. Dengan demikian tokoh agama sudah memberikan pendidikan politik dan menginginkan pembangunan sistem politik yang lebih beradab dan bermartabat. Tokoh agama dan juga organisasi keagamaan harus netral pada pilpres 2014 ini dengan mengajak semua umat untuk menghargai pilihan yang berbeda, dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sebagai hal yang harus didahulukan. (#) 


Simak berita lainnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru (SIB). Atau akses melalui http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap hari pukul 13.00 WIB.

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru