Pemerintah telah menetapkan Ramadhan dimulai Minggu, 29 Juni 2014. Dengan demikian, mulai akhir bulan ini, umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Apa yang kita harapkan di bulan suci ini sungguh banyak karena Pilpres akan jatuh di bulan puasa ini. Harapan kita di bulan puasa ini, kampanye yang tinggal sepekan lagi, akan lebih sejuk. Harapan tersebut bukan tanpa alasan karena beberapa pekan ini, kompetisi Pilpres terjadi sangat kencang. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa persaingan pada Pilpres kali ini sungguh sangat kompetitif dan cenderung negatif. Isu dan kampanye hitam dimainkan sedemikian rupa untuk mempengaruhi pemilih.
Bukan hanya itu. Kompetisi Pilpres seolah tak mengenal ruang dan waktu. Apa-apa selalu mengenai Pilpres. Dimana-mana kita menjumpai masalah mengenai Pilpres. Di berbagai tempat dan lokasi publik, semuanya hanya mengenai Pilpres. Tak heran, masyarakat seolah dikepung oleh berbagai informasi mengenai Pilpres ini sehingga menyebabkan kejenuhan.
Karena itulah, ada semacam kejenuhan. Apalagi media televisi yang ada juga berpihak. Menonton saluran tertentu sudah bisa ditebak beritanya mengenai apa. Tidak ada lagi independensi media, karena pemilik media ikut-ikutan berkompetisi seolah media adalah milik mereka sendiri.
Belum lagi ketika kita menyaksikan aksi-aksi tidak simpatik terjadi. Entah benar entah tidak, masyarakat kita diberikan hal-hal yang tidak perlu. Menyorot mengenai karakter seseorang, memperhatikan cara berpakaian seseorang, menyaksikan cara berbicara dan berjalan seseorang, menurut kita adalah hal-hal yang sama sekali tidak relevan dengan makna Pilpres.
Yang merugikan malah mudah terjadi. Beredarnya kabar mengenai pasangan tertentu dalam bentuk tabloid yang kemudian isinya tidak pernah bisa dipertanggungjawabkan, adalah sebuah penyalahgunaan tanggung-jawab yang sudah sangat tidak masuk akal. Kembali, ketika hasrat lebih tinggi kedudukannya daripada akal sehat, maka di saat itulah diperlukan yang namanya saat untuk mengendalikan diri.
Dalam setiap pertandingan, selalu ada jeda. Beruntunglah, jeda itu terjadi dengan lebih religius. Bulan puasa ini menjadi sebuah periode jeda yang menyejukkan karena sarat dan penuh dengan ibadah.
Kita berharap bahwa tim masing-masing kandidat lebih memperhatikan materi yang akan mereka sampaikan. Tidaklah elok membiarkan fitnah terjadi di bulan yang penuh dengan perilaku menahan dan mengendalikan diri ini. Tidak menginginkan aksi debat kusir yang tidak menyejukkan terjadi di media televisi.
Bulan puasa ini sebaiknya diisi dengan pernyataan yang menyejukkan hati. Ibadah yang berlangsung kita harapkan tidak akan terganggu dengan komentar, pernyataan atau kampanye yang jauh dari unsur kebaikan dan kesejukan. Kita berharap banyak bahwa saat seperti ini masing-masing tim kampanye akan berlomba-lomba melakukannya, yaitu memberikan contoh melakukan persaingan sambil tetap beribadah.
Tidak mudah memang. Karena itulah masing-masing pihak harus menghentikan provokasi dan aksi yang tidak mendukung maksud di atas. Harus ada jeda dan pengendalian diri supaya kompetisi yang ada ini tidak semakin lebih buruk keadaannya. Harus ada keinginan untuk melaksanakan sebuah kompetisi Pilpres yang lebih mengedepankan niat baik dan bersaing sehat daripada kompetisi semata.
Kita mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa. Kita juga berharap Pilpres ini tetap mengedepankan pengendalian diri dan menyampaikan perilaku yang menyebarkan kebaikan.
(***)