Tanggal 1 Juli setiap tahunnya selalu diperingati sebagai Hari Jadi Kota Medan. Tahun ini Kota Medan telah genap berusia 424 tahun. Itu bukan usia singkat. Itu berarti sudah lebih dari 4 abad Kota Medan membangun sejarahnya.
Saat ini, Kota Medan bisa dikatakan maju. Bagaimana tidak? Setiap saat, terjadi pertumbuhan bisnis dan jasa yang luar biasa, dibandingkan dengan kota lain di Pulau Sumatra. Pertumbuhan Kota Medan menyebabkan 3 juta warga Kota Medan menikmati kemegahannya, mulai dari pusat perbelanjaan sampai tempat hiburan warga. Kota Medan juga sudah menjadi ibukota pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang semakin sibuk memberikan layanan kepada seluruh wilayah di Sumatera Utara.
Beratus tahun yang lalu, jalanan di Kota Medan amat lengang. Tetapi hari ini kita menyaksikan Kota Medan sangat sibuk. Pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi menyebabkan banyak warga menggunakan moda transportasi publik maupun memiliki kendaraan pribadi. Semuanya mendukung kepada peningkatan aktivitas Kota Medan yang semakin ramai, termasuk di malam hari.
Kita apresiasi seluruh keberadaan Kota Medan kini. Yang paling penting adalah roda pemerintahan masih berjalan meski beberapa kali pimpinan tertinggi di Kota Medan, yaitu Wali Kota Medan tersangkut kasus korupsi. Meski terjadi hal demikian, jajaran pemerintahan Kota Medan tetap bekerja dengan baik dan seperti biasanya memberikan pelayanan kepada warga masyarakat.
Namun perlulah diperhatikan bahwa Kota Medan juga jangan sampai menjadi kota glamour. Selama ini memang Kota Medan memang telah menjadi kota yang bersinar sampai pada malam hari. Berbagai fasilitas jasa bertebaran dari pagi sampai subuh. Semuanya meningkatkan pendapatan Kota Medan sekaligus memberikan lahan pekerjaan kepada para penduduknya. Tetapi harus diwaspadai bahwa pada saat yang sama, bertumbuhan subur pula proses dehumanisasi warga. Mudah menyaksikan bagaimana kawasan prostitusi semakin menjamur di Kota Medan. Di pinggir-pinggir beberapa ruas jalan aksi ini bahkan berjalan begitu terbuka. Ini menjadi beban berat bagi pemerintah Kota Medan.
Belum lagi aksi kejahatan yang semakin marak. Aksi penjambretan, pembunuhan dan kekerasan menjadi salah satu ciri Kota Medan kini. Warga masyarakat mulai was-was. Tiada lagi kenyamanan karena setiap saat warga terancam harta benda bahkan nyawanya. Ini merupakan peristiwa yang alami, tetapi seharusnya bisa dicegah sejak dini dengan mengaktifkan peranan warga.
Pada titik inilah kita menyaksikan peran warga terhadap Kota Medan, kotanya sendiri yang semakin minim. Warga Kota Medan kini cenderung merasa semakin individualis dan merasa bahwa Kota Medan adalah kota pemerintah, dan bukan kotanya masyarakat. Warga Kota Medan, semakin tidak perduli pada keberadaan kotanya.
Buktinya mudah. Sampah yang masih berserakan meski tong sampah telah ada, ketertiban lalu lintas yang semakin sulit diperlihatkan, dan kerjasama warga dalam membenahi lingkungannya yang semakin longgar, adalah bukti bahwa Kota Medan semakin tidak dimiliki warganya sendiri.
Pemko Medan harus segera melakukan pembenahan dan perbaikan. Usia yang bertambah seharusnya semakin membuat Kota Medan menjadi lebih segar dan lebih bermakna bagi warganya. Yang namanya Kota Medan, seharusnya diatur oleh warganya sendiri dan bukan sebaliknya, situasi yang mengubah perilaku warga. Semakin bertambah, semakin Kota Medan perlu dibenahi. Pemerintah Kota Medan harus bisa menjadikan kota ini menjadi kota bersama.
(***)