Dunia- saat ini sedang menyorot dua hal. Pertama krisis kemanusiaan yang terjadi di jalur Gaza. Krisis ini melibatkan Palestina dan Israel. Yang terjadi justru rakyat sipil jadi korban. Masyarakat yang tidak tahu apa-apa, umumnya dari pihak Palestina, menjadi korban roket-roket yang ditembakkan Israel.
Ratusan nyawa sudah, melayang sia-sia untuk yang namanya ambisi berkuasa di kawasan itu.
Pihak Palestina menyatakan bahwa mereka menyerang Israel karena Israel telah melakukan pembakaran dan penyiksaan terhadap seorang pemuda Palestina. Pihak Israel bersikukuh bahwa mereka juga sedang membela diri dan menuding pihak Hamas menggunakan tameng manusia. Sampai saat ini, dua pihak tidak bisa meredam keadaan yang terjadi.
Yang terakhir adalah krisis kemanusiaan yang terjadi di Ukraina. Akibat konflik dua kubu yang bertikai, pemerintah Ukraina dan milisi pro-Rusia, sebuah pesawat milik Malaysia Airlines ditembak jatuh. Seluruh penumpangnya, tewas, termasuk warga negara Indonesia. Pihak Ukraina menuding hal itu dilakukan oleh milisi pro-Rusia, sementara yang disebut menuding bahwa mereka tidak melakukan apa-apa. Kedua pihak, merasa tidak bersalah atas jatuhnya korban. Bagaimana mungkin ada sebuah pesawat yang jatuh dari langit tanpa ada sebab?
Nyawa manusia menjadi tidak penting ketika ambisi kekuasaan dan perang berkobar di hati pihak yang terlibat. Inilah esensi dari krisis kemanusiaan yang terjadi. Uniknya, dalam keadaan sekarang ini, hampir tidak ada pemimpin dunia yang dipercaya untuk melakukan upaya perdamaian.
Presiden Barack Obama tidak mendapatkan kepercayaan dari Rusia karena Rusia merasa dikorbankan dalam kasus Ukraina.
Pemerintah Amerika malah memberikan sanksi atas keterlibatan Rusia di dalam konflik Ukraina, berupa pencekalan perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintah Rusia. Sementara kalau menunjuk Putin, ia sama sekali tidak dianggap oleh Amerika dan sekutunya di Uni Eropa.
Bagaimana dengan China? Xi Jinping memang sedang menjadi sosok populer sekarang ini. Pemerintah China bahkan turut pula dalam pembentukan dan perintisan Bank Brics yang beranggotakan Brazil, India, China, Rusia dan Afrika Selatan, untuk menandingi Bank Dunia dan IMF. Sayangnya, konflik dengan beberapa negara di Laut China Selatan juga membuat China tidak beruntung legitimasinya dalam menciptakan perdamaian dunia.
Dulu pernah ada sosok-sosok seperti Jimmy Carter, Nelson Mandela bahkan Paus Paulus Yohannes II. Sayangnya, dunia kehilangan sosok-sosok besar dan dihormati seperti itu. Pada posisi inilah, Indonesia seharusnya memunculkan perannya.
Selama ini posisi dan peran Indonesia memang masih belum terlalu dominan, meski juga tidak terlalu pasif. Tetapi perlu kita sampaikan supaya pemerintah lebih intensif lagi di dalam mengupayakan perdamaian dan keamanan dunia ini. Nampaknya, dunia bukan semakin lebih baik. Dimana-mana selalu ada konflik dan selalu saja ada potensi konflik.
Seharusnya negara-negara di dunia bahu membahu melakukan perlawanan terhadap kelompok ini. Salah satu yang menonjol adalah munculnya aktivitas kekerasan menggunakan senjata, sebagaimana terjadi di Afrika oleh Boko Haram dan di Timur Tengah oleh elemen ISIS.
Mereka menggunakan senjata untuk melawan pemerintah, tetapi kemudian mengorbankan masyarakatnya sendiri.
Negara-negara di dunia seharusnya mengumpulkan tenaga untuk bekerjasama dengan lebih baik lagi, supaya masyarakat sipil tidak menjadi korban.
Kita khawatir, tanpa ada sosok atau negara yang bisa meredam keadaan ini, maka konflik yang semakin panas tidak akan terhindarkan. Tentunya kita tidak ingin hal itu terjadi, karena warga negara kita pun bisa menjadi korban di dalamnya
(***)