Siapa yang kalah dan siapa yang menang dalam Pilpres 2014 tentu bukan masalah kalau kita masih berpikir bahwa kita adalah saudara sebangsa dan setanah air. Filosofi terdalam dari konsep negara sebangsa dan setanah air (nation state) adalah, siapa pun yang duduk di pemerintahan, duduk di posisi jabatan publik adalah saudara kita. Artinya, kita tidak usah mempertanyakan kenapa seseorang bisa duduk di sana. Yang perlu kita tunggu adalah apa capaian dan prestasinya setelah duduk di sebuah jabatan yang berguna untuk bangsa dan negara atau berguna untuk kemaslahatan bersama (bonum comune).
Pasca pengumuman oleh KPU dimana Jokowi-JK memeroleh suara sebesar 70.997.833 (53,15 persen) dan Prabowo-Hatta 62.576.444 (45,85 persen) sangat rentan menimbulkan berbagai konflik di akar rumput. Mengingat ketidaksiapan elite politik dari kubu yang kalah menerima hasil Pilpres, analis berbagai ahli mengatakan dapat menimbulkan konflik di tingkat bawah. Tentu ini hal yang tidak kita inginkan.
Mengingat masyarakat yang telah dewasa, tentu masyarakat kita tidak akan mudah terpengaruh dengan apa yang dikhawatirkan banyak orang. Saat ini saja masyarakat menyikapinya dengan dewasa. Mungkin masyarakat telah berpikiran maju, apa yang harus dikonflikkan hanya karena ketidaksiapan salah satu kubu?
Kedewasaan masyarakat perlu dikuatkan dengan konsep politik membangun. Istilahnya masyarakat kita harus didorong untuk berpikiran maju. Apalah gunanya berkonflik hanya karena salah satu pihak tidak siap kalah. Sistem nilai dan tatanan norma yang telah di bangun di bawah akar rumput tentu tidak ingin hancur hanya karena masalah ketidaksiapan elite dalam berpolitik.
Dan yang perlu ditanamkan media yang masih independen, akademisi dan kalangan rohaniawan pada masyarakat adalah kemenangan Jokowi-JK bukan hanya kemenangan kubu Capres No 2 dan tim suksesnya. Ini adalah kemenangan rakyat, kemenangan kita bersama. Lebih dua bulan penuh energi kita habis terkuras untuk Pilpres, hasilnya adalah kemenangan Jokowi-JK. Tetapi kubu Prabowo-Hatta tidak mengakuinya dengan berbagai alasan. Berbagai komentar pun muncul. Tetapi semuanya perlu kita sikapi dengan dewasa secara politik.
Jokowi-JK kini telah diumumkan oleh KPU setelah melalui proses politik yang sangat panjang. Rakyat telah memberikan kepercayaan pada kedua Capres dan Cawapres yang dimajukan PDI-P, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI. Sejatinya ini kemenangan rakyat dan bukan hanya kemenangan satu pihak. Pihak pemilih Prabowo-Hatta sepatutnya juga merayakan kemenangan ini karena konsep persaudaraan yang telah kita anut selama ini perlu diterapkan dalam berpolitik. Boleh-boleh saja kita berkompetisi secara politik, tetapi nilai dan aturan yang telah kita sepakati bersama mari kita tegakkan.
Dulu sudah deklarasi Pemilu damai dimana kedua kubu siap kalah dan siap menang. Untuk itu kedewasaan elite politik sangatlah penting dalam rangka membangun politik yang mendidik. Kemenangan Jokowi-JK adalah kemenangan bersama dan kemenangan rakyat. Siapa saja boleh merayakannya tanpa harus terkotak-kotak. Masalah kita yang paling besar bukan siapa yang terpilih, tetapi, mampukah nantinya menempati janjinya sebagaimana yang telah mereka ucapkan dalam kampanye? Bisakah Jokowi-JK mewujudkan Indonesia hebat dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dimana mereka sudah punya modal sosial dari rakyat. Jangan terlena dengan euforia kemenangan rakyat, tugas maha berat menanti Capres dan Cawapres pilihan rakyat di depan.
(#)