Entah- mengapa persiapan mudik tahun ini seperti berada dalam bayang-bayang kesemrawutan. Dua jalur strategis mudik di Pulau Jawa berada dalam kondisi memprihatinkan. Di Utara, jembatan amblas, sementara di Selatan, kondisi tidak jauh berbeda. Para pemudik terancam menderita di jalan.
Upaya pemerintah meningkatkan keamanan dan kenyamanan mudik kembali kita sesali. Dalam waktu singkat saja, korban tewas sudah terjadi.
Di suasana mudik tahun lalu, korban tewas mencapai 700 orang, hingga H+6 lebaran dengan jumlah kecelakaan mencapai 3000-an kasus. Angka ini adalah angka yang sebenarnya bisa dicegah jika saja pemerintah memiliki persiapan yang jauh lebih matang.
Persiapan jalan raya bukannya tidak dikebut oleh pemerintah. Kementerian PU misalnya kabarnya telah lama mempersiapkan jalur utara dengan cara melakukan perbaikan aspal dan kemudian menambal dengan aspal baru. Jalan berlubang juga kabarnya telah diisi dengan tambalan. Pekerjaan perbaikan jalan terus menerus dilakukan.
Tapi sayangnya kita lemah dalam kualitas. Buktinya, jalan-jalan yang sudah diperbaiki itu kini berada dalam kondisi krisis karena digunakan secara serentak oleh kendaraan yang luar biasa banyaknya. Jembatan yang amblas adalah salah satu contohnya.
Bagaimana mungkin jembatan tersebut bisa amblas jika seharusnya telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh sebelumnya?
Selain itu, antrian pun tak pernah bisa terhindarkan. Di media massa kita menyaksikan bagaimana para pemudik mengalami antrian yang sangat panjang. Padahal pemerintah katanya sudah mengalokasikan begitu banyak upaya. Di antaranya menyediakan jalur mudik menggunakan kapal laut.
Pemerintah juga menyediakan kereta api di dalam mendukung perjalanan para pemudik.
Sayangnya pemerintan lupa memperhitungkan beban mudik yang harus ditanggung.
Situasi seperti ini memang benar-benar sangat tidak menyenangkan. Bagaimana mungkin para pemudik bisa menikmati perjalanan mereka jika kondisi dan situsi jalur mudik seperti demikian?
Secara tidak langsung, kondisi yang sangat buruk di jalur mudik mungkin berkontribusi bagi kehilangan konsentrasi pada pemudik. Berjam-jam mengalami kemacetan dan gangguan, tentu saja mereka akan kelelahan. Kondisi lelah menyebabkan mereka menurun kondisi kesehatan fisik dan pada gilirannya akan menyebabkan penurunan konsentrasi, dan ini bisa memicu kecelakaan. Maka pemerintah tidak perlu heran jika angka kecelakaan ini memang seolah sulit untuk ditekan.
Yang patut diherankan juga, seolah pemerintah lepas tangan dari upaya semaksimal mungkin untuk meredam masalah di berbagai jalur macet dan rawan kecelakaan mudik ini. Pemerintah seolah lupa bahwa di dalam menyediakan keamanan dan kenyamanan, tanggung-jawab pemerintah amat besar. Bahkan bisa dikatakan jika pemerintahlah yang memegang kendali atas pelayanan yang diberikan tersebut.
Rasanya percuma jika pejabat hanya melakukan sidak ke tempat yang tidak terlalu menunjukkan lemahnya peran pemerintah ini. Mereka seharusnya mengalami penderitaan para pemudik dan menjalani rute "maut" yang selama ini merenggut nyawa dan korban dari mereka yang ingin bertemu keluarganya dalam ritual mudik sekali setahun ini.
Kita mengingatkan para pemudik supaya berhati-hati dan tetap waspada
(***)