Tanggal- 17 Agustus 2014 besok, kita akan merayakan HUT ke-69 Kemerdekaan RI . Peringatan ini unik karena dirayakan oleh pemerintah yang segera akan menyelesaikan tugasnya di bawah kepemimpinan Presiden SBY. Maka tidak heran jika terkadang perayaannya berisi suasana tantangan dan harapan pemerintah yang sebelumnya.
Salah satu pesan yang berhubungan dengan kemerdekaan adalah harapan Presiden SBY untuk menjaga NKRI. Harapan ini tentunya muncul dari pengalaman Presiden SBY selama 10 tahun terakhir mengenai masih maraknya kemungkinan disintegrasi yang terjadi di berbagai wilayah.
Di usia ke-69 tahun ini memang upaya untuk memajukan masing-masing daerah di Indonesia pasca desentralisasi semakin kencang. Bukan hanya itu, karena tahun depan diterapkan UU Desa. Pemerintah telah mengalokasikan dana Rp. 9,1 triliun untuk ditransfer ke desa-desa, maka pembangunan akan semakin berkonsentrasi di masing-masing wilayah. Maka tidak heran nantinya masing-masing daerah akan sangat maju dan memiliki ikon pembangunan sendiri-sendiri.
Pada saat yang sama, karena kebutuhan dan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan kegiatan menjadi seolah tanpa sekat lagi. Setiap daerah akan lebih mandiri dan berdiri sendiri serta mampu melakukan berbagai aktifitasnya secara digital, tanpa harus lagi melewati hubungan dengan pemerintah pusat.
Inilah yang menjadi cikal bakal nasionalisme ala dunia modern, yang seolah menjadi imagined community versi modernnya Ben Anderson. Ketika setiap wilayah, bahkan setiap orang tidak lagi bisa berhubungan secara fisik dan tidak lagi memiliki kedekatan geografis, maka itulah yang menjadi tantangan bagi keutuhan NKRI sebagaimana telah diperingatkan oleh Presiden SBY.
Usia ke-69 tahun kemerdekaan RI memang penuh dengan tantangan. Tetapi salah satu solusi sebenarnya adalah menciptakan dan menguatkan daerah dalam hal pembangunan. Di berbagai perbatasan wilayah NKRI, ada berbagai konflik dengan negara tetangga. Salah satu penyebabnya adalah karena negara lain lebih mengurus warga negara kita yang tinggal di perbatasan, daripada kita sendiri.
Ini jelas menjadi salah satu penyebab disintegrasi. Tidak ada keinginan untuk memisahkan diri jika masing-masing orang telah mendapatkan kebutuhannya. Itulah adalah prinsip hakiki. Tetapi sebaliknya, manakala kecemburuan sosial dan kesenjangan ekonomi terjadi di depan mata, maka yang terjadi adalah keinginan untuk menjadi wilayah yang mandiri.
Maka tidak bisa tidak, persoalan kita saat ini adalah bagaimana memperkuat masing-masing daerah sehingga tidak lagi tertinggal. Masih terlalu banyak kantong kemiskinan di negeri ini. Salah satunya terjadi di pulau-pulau, wilayah terluar dan wilayah terpencil. Tidak bisa juga dinafikan jika keinginan untuk menjadi mandiri, justru dimiliki oleh daerah dengan wilayah kekayaan banyak tetapi dikuras oleh negara dengan tingkat pengembalian yang rendah untuk masyarakatnya.
Kita berharap NKRI ini akan utuh sampai kapanpun karena NKRI adalah pilihan terbaik dan terbesar kita. Hanya Indonesialah negara dengan berbagai keberagaman bisa tetap terpelihara dan berdiri dengan kokoh, sampai saat ini, di antara berbagai negara dengan etnisitas yang berbeda di dunia ini. Itu adalah warisan yang sangat agung, yang diberikan kepada kita untuk kita pelihara dan jaga. Tanpa itu, kita hanya menyisakan penderitaan akibat konflik yang berkepanjangan.
Di usia ke-69 tahun ini, NKRI adalah pilihan hidup kita sebagai warga negara. Apapun Indonesia, inilah negeri kita. Dirgahayu HUT ke-69 Kemerdekaan RI.
(***)