Masyarakat menyambut gembira berita Gubernur Edy Rahmayadi yang menyatakan objek wisata di Sumut sudah diperbolehkan dibuka kembali untuk umum, setelah dua bulan lebih, sejak merebaknya kasus pandemi Covid-19, ditutup. Ini pertanda kehidupan new normal bakal diberlakukan di daerah ini. Dan pada Minggu (7/6) kemarin, beberapa objek wisata seperti Berastagi langsung "diserbu" pengunjung.
Antusias tinggi mengunjungi objek wisata wajar sangat tinggi karena sudah beberapa bulan masyarakat "terkungkung" di rumah saja, demi mencegah penularan virus yang sangat berbahaya ini. Selama itu pula warga tak bisa ke mana-mana, sehingga dampaknya juga dirasakan warga yang kehidupannya terkait dengan sektor wisata.
Tak terkecuali juga dengan industri pariwisata yang benar-benar lumpuh. Hotel, restoran, cafe, pedagang dan lainnya tak mendapatkan penghasilan, bahkan ada yang merugi karena harus tetap mengeluarkan biaya operasional. Sehingga pembukaan objek wisata, meski saat ini masih terbatas untuk masyarakat lokal saja, tetapi bagai angin segar bahwa kehidupan new normal bakal berlaku.
Namun seperti pernyataan Edy Rahmayadi, pembukaan objek wisata kali ini lebih kepada untuk menyelamatkan ekonomi masyarakat yang sudah mulai terpuruk. Karena banyak masyarakat Sumut yang kehidupannya bergantung dari sektor pariwisata. Bahkan dari sektor wisata ini juga mempengaruhi sektor-sektor lainnya. Artinya, membuka akses objek wisata kali ini sebagai keterpaksaan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang lebih buruk lagi.
Coba lihat data yang dikeluarkan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 beberapa hari ini. Usai lebaran belum ada tanda-tanda kasus akan menurun, bahkan jumlah positifnya sangat meningkat. Berarti kebijakan membuka objek wisata kontras dengan kondisi sektor kesehatan yang belum pulih karena jumlah kasus positif Covid-19 yang terus meningkat.
Memang kebijakan kehidupan new normal di sebagian besar wilayah Sumut belum bisa diberlakukan, karena belum memenuhi syarat tim gugus tugas. Namun tanda-tanda mengarah ke sana lewat kebijakan Gubernur tadi merupakan sebuah fakta lain yang tak terbantahkan.
Di sini keinginan pemerintah dan masyarakat seperti bersinergi. Jadi mau tak mau keduanya juga harus disiplin mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah berkembang pesatnya virus sekaligus menghindari keterpurukan ekonomi.
Keduanya juga (pemerintah dan masyarakat) harus benar-benar memiliki komitmen yang kuat untuk semakin disiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan. Pemerintah, misalnya, harus membuat aturan yang jelas objek wisata apa saja yang sudah bisa dibuka, kelompok warga dan jumlahnya serta lain-lainnya. Kemudian dalam menegakkan aturan benar-benar konsisten dan objektif, sehingga tidak menimbulkan masalah baru.
Masyarakat merupakan bagian sangat penting dalam masalah ini. Persoalan kesadaran pribadi harus lebih ditanamkan, karena dengan dibukanya akses ke objek wisata dalam kondisi pandemi belum aman justru akan semakin rentan terinfeksi virus. Masyarakat harus update dengan data dan info dari tim gugus tugas supaya terus mengetahui perkembangan keadaan dan senantiasa mawas diri. Sehingga tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan (social/physical distancing, menggunakan masker, cuci tangan dan lainnya).
Setiap keluarga juga harus saling melindungi dan mengingatkan untuk tidak melepas bebas anggota keluarga lainnya mengunjungi suatu objek wisata. Lebih baik melindungi diri dari pada bersenang-senang namun akhirnya menderita. Bila merasa badan tidak nyaman atau fasilitas tak memadai untuk mendukung protokol kesehatan, lebih baik abaikan untuk bepergian.
Apapun kebijakan yang dilakukan tanpa didukung komitmen yang kuat oleh semua pihak, hasilnya tentu tak akan memuaskan. Namun bila kesadaran sudah ada, kebijakan apapun yang dilakukan akan memperoleh hasil maksimal. Niat menyelamatkan ekonomi sekaligus menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat merupakan sebuah keinginan baik yang harus didukung dengan komitmen yang baik pula. Semoga pembukaan objek wisata di Sumut menjadi awal kehidupan new normal. (***)