Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 15 Juli 2025
TAJUK RENCANA

Pandemi dan Pemanfaatan Teknologi

Redaksi - Selasa, 16 Juni 2020 10:33 WIB
600 view
Pandemi dan Pemanfaatan Teknologi
liputan6
Ilustrasi
Belakangan ini banyak siswa dan orangtua yang bingung dan mempertanyakan kapan tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai. Hal ini terkait dengan kondisi pandemi Covid-19 yang menyebabkan para pelajar sudah lebih tiga bulan mengikuti sistem belajar mengajar tanpa tatap muka. Dengan metode daring (online), banyak siswa dan orangtua bingung, tak maksimal menyerap pelajaran yang disampaikan guru.

Pertanyaan para siswa dan orangtua dijawab Kepala Biro Kerjasama dan Humas Kemendikbud Efi Mulyani yang mengatakan, tahun ajaran baru kemungkinan akan dilakukan pada Senin ketiga Juli 2020. Meski begitu, tahun ajaran baru ini tak berarti membuat kegiatan belajar mengajar dilakukan secara tatap muka. Menurut Efi, banyak alternatif yang bisa dilakukan, mulai melalui internet hingga siaran televisi dan radio.

Tersedia juga modul yang bisa dipelajari mandiri, dengan memerlukan kerjasama yang baik antara guru dan orangtua.
Saat ini, Kemendikbud masih melakukan pengkajian yang komprehensif bersama Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Hal ini dilakukan untuk mengatur ulang skala prioritas di bidang pendidikan.

Pernyataan ini sekaligus menjawab para orangtua yang masih sangat khawatir dengan kondisi kesehatan anaknya bila belajar nengajar dilakukan dengan tatap muka. Karena data kasus pandemi Covid-19 di Indonesia belum ada tanda-tanda menurun. Bahkan sesuai data, hingga Minggu (14/6) sore, pemerintah mengungkapkan, total ada 36.277 kasus Covid-19 di tanah air. Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, tercatat penambahan 857 pasien. Sudah dilakukan pemeriksaan 18.760 spesimen dan didapat 857 kasus baru, sehingga total kasus sebanyak 36.277.

Kondisi ini yang kerap menjadi pro-kontra di masyarakat, antara ketakutan terinfeksi virus mematikan itu dengan kendala penggunaan teknologi dengan sistem daring. Para orangtua masih takut kalau anak-anaknya tertular, sementara banyak pelajar dan orangtua terkendala menggunakan teknologi internet.

Padahal di tengah pandemi saat ini telah memberikan banyak pelajaran bagi pihak Kemendikbud, salah satunya adalah mencari dan menemukan bagaimana teknologi bisa dimanfaatkan oleh insan pendidikan, mulai dari anak, orangtua murid, hingga guru. Meskipun ada beberapa daerah yang harus beradaptasi dengan teknologi, namun menurut Efi Mulyani, terjadi percepatan adaptasi teknologi.

Dari keterangan di atas, para orangtua tak perlu lagi khawatir dengan keselamatan dan kesehatan anak-anaknya, karena Kemendikbud akan membuat aturan selaras dengan Tim Gugus Tugas. Sementara untuk mendapatkan hasil pembelajaran, Kemendikbud terus berupaya melakukan terobosan baru dan akan menjadi catatan sejarah terkait teknologi.

Dalam hal ini para orangtua seharusnya tidak terlalu khawatir berlebihan. Hanya saja harus fokus memperhatikan psikologi anak-anaknya dan membantu agar pelajar bisa mandiri dan maksimal memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan. Jika orangtua khawatir, diyakini akan menambah beban pikiran anaknya, sehingga akan sulit untuk menyerap pelajaran dengan baik. Peran orangtua di sini harus jadi pelindung dan penyejuk bagi anak-anaknya.

Di bidang pembelajaran, kondisi dan teknologi membuat terjadi perubahan yang sangat besar. Dengan berbagai cara, pemerintah melakukan perbaikan dan terobosan dengan memanfaatkan teknologi internet, televisi, radio dan lainnya. Perkembangan ini seharusnya dapat cepat ditangkap para orangtua supaya melek teknologi dan update dengan segala informasi. Orangtua tidak bisa seperti dulu yang hanya berharap kepada guru dan bahan pelajaran konvensional. Orangtua mau tak mau harus belajar menggunakan dan memanfaatkan teknologi.

Kondisi seperti ini sebenarnya sebuah "anugerah", bila semua memanfaatkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pendemi dan teknologi seperti sudah sepakat datang beriring agar manusia introspeksi sekaligus memanfaatkan kemampuan berpikir yang maksimal. Buang jauh kebiasaan "berleyeh-leyeh", kepo dan mengurusi hal-hal yang bukan urusannya.

Para orangtua tidak boleh lengah dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi. Harus kompak dengan anak membahas segala sesuatunya, agar keduanya bisa maksimal menggunakan kemampuan pikir. Bila ini dilakukan, sikap-sikap konvensional yang kerap melemahkan kemampuan akan terkikis habis. Jadikan anak sebagai bintang baru, agar bisa menjawab tantangan masa depan yang lebih besar, sehingga membawa kesuksesan.(***)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru