Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 15 Juli 2025
TAJUK RENCANA

Medan, Kota Ideal Masa Depan?

Redaksi - Kamis, 02 Juli 2020 10:20 WIB
411 view
Medan, Kota Ideal Masa Depan?
Dribbble
Ilustrasi
Kota Medan, berawal dari sebuah kampung yang didirikan Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, hari jadinya ditetapkan pada 1 Juli 1590. Selanjutnya pada tahun 1632, dijadikan sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli (Kerajaan Melayu). Dan kini usianya sudah genap 430 tahun.

Sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, Medan juga sangat populer karena keragaman budaya, suku dan agamanya. Wisata kuliner dan keindahan peninggalan sejarah budaya Melayu menjadi daya pikat tersendiri.

Dalam perjalanannya dengan luas awal 4000 hektare menjadi 265,10 Km dengan jumlah penduduk hampir 2,5 juta jiwa, tentu sudah mengalami banyak perubahan sejarah, politik, ekonomi, sosial budaya dan lainnya.

Seiring perjalanan waktu, apakah saat ini Kota Medan sudah sukses menjadi tempat yang ideal bagi warganya?

Memang pandangan mengenai kota yang ideal selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan konteks perkembangan peradaban manusia. Perencanaan dan perancangan kota selalu mengikuti perkembangan untuk dapat menciptakan kondisi yang ideal pada sebuah kota.

Begitu juga dalam hal penataan suatu kota. Tak bisa instan. Upaya perencanaan saat ini akan berdampak pada masa mendatang, entah hitungan bulan, tahun, maupun abad.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata memiliki pandangan tersendiri mengenai idealnya sebuah kota masa depan tersebut.

Menurutnya, kota masa depan adalah kota yang direncanakan sedini mungkin, sehingga tetap bisa dinikmati dengan baik oleh anak cucu generasi mendatang (berkelanjutan).

Ia menuturkan, kota-kota di Indonesia perlu mengejar ketertinggalan dari negara lain dalam hal pembangunan kota. Dengan Singapura, misalnya. Negara tetangga itu memiliki keunggulan dalam hal penggunaan tanah secara efisien.

Namun untuk membandingkannya dengan Kota Medan, harus dilihat dari banyak aspek, antara lain geografi, sejarah, sosial politik, budaya (termasuk karakteristik masyarakat) dan lainnya.

Sayangnya, jangankan membandingkan dengan kota-kota di negara maju, dengan kota-kota lain di Indonesia saja Medan sudah sangat tertinggal di banyak hal, terutama bidang infrastruktur (tata ruang kota) dan kesadaran masyarakatnya sebagai warga metropolitan.

Ketua DPRD Medan Hasyim SE dalam membuka rapat paripurna HUT ke-430 Kota Medan kemarin mengungkapkan sejumlah catatan dan persoalan Kota Medan. Ia menyoroti persoalan klasik yang tidak kunjung selesai seperti banjir, sampah dan kota yang gelap gulita ketika malam hari.

"Persoalan banjir terjadi karena masalah drainase yang buruk. Sedangkan persoalan sampah karena perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan,” ujar Hasyim seraya menyoroti masih adanya LPJU yang padam sehingga menyebabkan sejumlah lokasi gelap, sehingga rentan terjadinya tindak kejahatan.

Mengapa ini bisa terjadi? Sebagai kota yang memiliki posisi strategis dan pintu gerbang wilayah Indonesia Barat, Kota Medan memang sangat terkenal, baik di dalam maupun luar negeri. Namun terkenalnya selalu terkait dengan sikap dan karakter masyarakatnya yang keras. Sehingga ada yang menjuluki sebagai kota preman. Posisi dan sumber daya alam (SDA) yang sangat baik belum mampu dikembangkan secara optimal.

Bila mampu mengembangkan, tak mustahil Kota Medan bersama kota/kabupaten lain di Sumut, mampu tumbuh pesat sekaligus menyejahterakan warganya. SDA melimpah bila dikelola sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tentu akan mendapatkan hasil yang luar biasa. Lalu dari sini, sudah kelihatan bahwa SDM masyarakat daerah ini belum mampu memanfaatkan SDA yang ada.

Kita selalu menyoroti kelemahan masyarakat Kota Medan yang kesadarannya sangat rendah, kurang peduli lingkungan dan lain-lain yang mengarah negatif. Bila selalu berpikir negatif, tentu sulit untuk maju. Untuk membangun motivasi masyarakat dibutuhkan pemimpin yang bisa diteladani, cerdas, bijak dan memiliki naluri tinggi berinovasi serta kreatif. Memang sangat sulit mencari pemimpin sesempurna itu. Buktinya, sudah sekian lama, adakah pemimpin kota ini mendekati kriteria itu?

Momen HUT ke-430 ini, seluruh masyarakat berkesempatan memilih pemimpin yang seperti diharapkan pada Pilkada 9 Desember 2020 nanti. Seluruh warga berkesempatan memilih calon pemimpin yang bisa mengubah kota menjadi lebih baik. Tetapi ingat, peran partai politik (parpol) juga sangat menentukan. Parpol harus benar-benar mengusung calon pemimpin berdasarkan kriteria yang dibutuhkan warga kota tadi. Bukan mengusung calon berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu. Kalau kita tak punya "hati" untuk mengubah semuanya, jangan harapkan anak cucu generasi nanti bisa menikmati pembangunan berkelanjutan sesuai nurani. (***)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru