Kita sering mendengar keluhan, bahwa saat ini sangat banyak penyakit yang menyerang manusia. Ragam penyakit sering menyerang tiba-tiba, baik yang ringan maupun berat. Bahkan penyakit mematikan seperti kanker pun bermacam jenisnya. Sehingga tak jarang, orang yang terlihat sehat, tak berapa lama sudah tiada.
Banyak juga yang membandingkan dengan kehidupan para orangtua pada puluhan tahun lalu. Mereka selalu hidup sehat tanpa mengenal banyak obat. Lingkungan yang asri pun selalu dihubung-hubungkan sebagai penyebabnya.
Bertolak belakang dengan kondisi saat ini. Pencemaran lingkungan terjadi di mana-mana. Hal ini tentu terkait dengan kehidupan modern yang serba instan, tanpa menyadari dampak buruknya bagi kehidupan manusia. Penggunaan plastik mendominasi di mana-mana demi mempermudah semua. Padahal plastik sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Lihat saja, kantung plastik yang dibakar bisa menyebabkan pencemaran udara dan gangguan pernapasan. Selain itu, kantung plastik yang digunakan sebagai wadah makanan berpotensi mengganggu kesehatan manusia karena racun pada kantung plastik bisa berpindah ke makanan.
Sementara itu kantung plastik (dan jenis plastik lainnya) sulit terurai di tanah karena rantai karbonnya yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikro-organisme. Kantung plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian. Kantung plastik yang diklaim ramah lingkungan pun akan terurai lama dan tetap akan menjadi sampah. Terlebih lagi karena sifatnya yang cepat terurai menjadi mikro plastik, akan lebih mudah untuk mencemari lingkungan.
Sebuah penelitian memprediksi, 710 juta ton plastik akan mencemari lingkungan pada 2040. Polusi plastik adalah masalah global. Plastik ditemukan di seluruh lautan, danau, sungai, tanah, sedimen, atmosfer, hingga biomassa hewan. Imbas pertumbuhan industri dan ekonomi yang mengabaikan limbah.
Dalam jurnal Science, para peneliti mengatakan, peningkatan tajam dalam konsumsi plastik sekali pakai yang meluas telah memperburuk masalah polusi plastik. Selain itu, sistem daur ulang dan pengelolaan limbah yang tidak memiliki kapasitas memadai di tingkat global juga semakin memperburuk situasi.
Secara khusus, studi sebelumnya sudah memperkirakan sekitar 8 juta ton makroplastik dan 1,5 ton mikroplastik primer mencemari lautan setiap tahun.
Sungguh sesuatu yang sangat berbahaya dan sangat mengerikan. Sayangnya kita selalu tak menyadari dengan kondisi ini. Karena plastik sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan manusia seperti sudah ketergantungan dengan benda yang kuat, ringan dan murah itu.
Dengan diungkapnya fakta-fakta di atas, sebaiknya masyarakat mulai mengalihkan perhatian ke benda-benda yang ramah lingkungan dan alami seperti daun, kertas atau kain. Hindari sebisa mungkin menggunakan plastik. Misalnya, pergunakanlah tas kain untuk berbelanja berskala banyak dan gunakanlah kantung kertas atau daun untuk ukuran kecil.
Sepertinya sosialisasi tentang pencemaran lingkungan dan bahaya limbah plastik sudah sering didengar. Pemerintah dan pegiat lingkungan sudah gencar kampanye untuk menyelamatkan lingkuhan. Bahkan sudah ada peraturan pelarangan penggunaan kantung plastik untuk belanjaan di supermarket.
Namun faktanya, peraturan hanya ditaati sebentar. Tidak ada tindakan tegas aparat dalam menjalankan peraturan. Secara perlahan, penggunaan kantung plastik (plastik kresek, kata orang Medan) kembali terjadi seolah tanpa ada larangan. Apalagi kesadaran atau pemahaman masyarakat tentang bahaya plastik sangat rendah.
Mulai saat ini hendaknya kita kembali menyadari secara sukarela, walau ada larangan maupun tidak, untuk menggunakan plastik seminim mungkin. Karena kita tidak ingin diri dan lingkungan hancur akibat ulah sendiri. Menyayangi diri sendiri, keluarga, lingkungan dan anak cucu kita kelak merupakan sikap terpuji untuk melindungi kehidupan. (***)