Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 11 Mei 2025

Mengenal Karakter Masyarakat Sumut

Redaksi - Jumat, 07 Agustus 2020 11:49 WIB
1.677 view
Mengenal Karakter Masyarakat Sumut
Analisadaily/Istimewa
Ilustrasi Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, saat menghadiri Festival danau Toba di Parapat, Simalungun, Desember 2019 
Di tengah masih tingginya kasus positif Covid-19, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut) sudah memberlakukan kebijakan new normal yang berganti nama menjadi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengatakan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 segera melakukan koordinasi dengan kabupaten dan kota dalam menerapkan peraturan gubernur tersebut.

Koordinasi dikhususkan terhadap pemerintah Kota Medan, Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang (Mebidang). Ketiga daerah ini harus dicegah dari peningkatan jumlah kasus penyebaran virus corona.

Mantan Pangkostrad ini menyampaikan, masih banyak masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan meski peraturan tentang AKB itu sudah diterapkan. Padahal, peraturan itu dibuat demi kebaikan dan keselamatan masyarakat.

Pernyataan Gubernur ini sebagai gambaran betapa sulitnya seorang pemimpin membuat kebijakan di tengah kondisi pandemi. Satu sisi menjaga keselamatan warga, sisi lainnya menghindari keterpurukan ekonomi masyarakat.

Apalagi mengatur masyarakat Sumut yang memiliki latar belakang yang beragam. Di sini penduduknya terdiri dari berbagai suku dan agama. Sehingga budayanya juga bermacam-macam dan menimbulkan karakter yang keras. Inilah ciri khas Sumut yang berbeda dari kebanyakan daerah lain di Indonesia. Sehingga pernah ada pameo, siapa yang sukses memimpin Sumut, pasti bisa memimpin Indonesia.

Keragaman ini bisa menjadi hal yang positif, tetapi juga sangat bisa menjadi negatif. Tergantung bagaimana cara melihat, mengetahui, mengenal dan mengelola Sumatera Utara. Karakter keras merupakan hal positif masyarakat Sumut dalam bersaing mendapatkan kesejahteraan.

Dengan ngototnya meraih pendidikan tinggi dan berani bersaing dengan siapa saja, membuat tak sedikit orang Sumut menjadi sukses. Ini satu bukti yang tak terbantahkan. Banyak orang asal Sumut menjadi tokoh nasional, selebritis, pengusaha kaya, pengacara terkenal dan lain sebagainya.

Namun banyak juga sisi negatifnya. Dengan karakter yang keras, orang Sumut dikatakan sulit diatur dan selalu merasa benar sendiri.
Karakter ini pula selalu dihubungkan dengan tingkat disiplin yang rendah. Bisa dicontohkan dengan kondisi saat ini di tengah pandemi Covid-19, dibutuhkan kedisiplinan masyarakat untuk memutus mata rantai penularan virus mematikan itu dengan menerapkan protokol kesehatan.

Gubernur Edy mengaku sangat menyesalkan sikap masyarakat yang terlihat seperti tidak mengakui adanya pandemi Covid-19. Padahal, tidak sedikit jumlah korban yang sudah terpapar, termasuk meninggal dunia akibat virus corona.

"Seperti yang sering kita lihat sendiri, tidak ada kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan. Untuk memakai masker itu saja harus dipaksa-paksa. Begitu kita lewat dibukanya. Disuruh cuci tangan, wah boro-boro dia disuruh atur jarak, nggak mau dia," ungkapnya.

Memimpin Sumut memang tidak mudah, dibutuhkan trik khusus supaya bisa mengelolanya dengan baik dan mendapatkan output maksimal. Dibutuhkan kesabaran dan kemampuan yang tinggi. Sebagai seorang pemimpin yang andal tentu punya cara khusus untuk "menaklukkan" hati warganya. Terkadang sikap keras tidak harus dihadapi dengan cara yang keras pula. Misalnya, secara perlahan titisan air bisa menghancurkan batu yang besar.

Masyarakat Sumut diyakini akan "takluk" dengan pemimpin lemah lembut dan mampu memberikan contoh teladan yang baik. Karena biasanya orang keras membutuhkan perhatian dengan lemah lembut dan simpatik. Tentunya dengan sikap dan niat yang tulus. Dengan begitu, segala aturan yang dibuat akan berhasil diterapkan secara baik sesuai harapan bersama.(***)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru