Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025

Kota Medan Semakin Merana

Redaksi - Minggu, 20 September 2020 11:50 WIB
1.108 view
Kota Medan Semakin Merana
Internet
Ilustrasi Menara Air
Dalam beberapa hari terakhir, hujan deras dan angin kencang melanda kota Medan. Akibatnya, banjir di mana-mana, terutama jalan dan rumah masyarakat digenangi air. Kondisi masyarakat pun semakin merana, terutama di Medan Labuhan,
Marelan, Belawan dan wilayah lainnya. Kabar menyedihkan lagi, masalah tahunan ini kemungkinan bakal lebih parah lagi karena pembangunan infrastruktur dan drainase tahun ini sangat minim, karena anggarannya direfocusing menangani Covid-19. Sementara kondisi infrastruktur yang ada pun bakal semakin merosot.

Sebagaimana dikemukakan Kadis PU Kota Medan Zulfansyah pada rapat pembahasan PAPBD 2020 dengan Komisi IV DPRD Medan, Selasa (15/9), anggaran.

untuk pembangunan infrastruktur di PAPBD 2020 hanya Rp 4 miliar. Bisa dibayangkan, apalah yang bisa dibangun dengan anggaran sebesar itu dibanding kompleksnya permasalahan infrastruktur dan luasnya kota Medan.

Bahkan akibat anggaran yang sangat terbatas itu ditambah dengan waktu yang sudah mendesak maka pelaksana kegiatan pun langsung ditunjuk dengan nilai proyek di bawah Rp 200 juta setiap paket. Ini memberi peluang terjadinya KKN karena dikhawatirkan bakal menunjuk kroni-kroninya dan keluarga sebagai pelaksana. Pemilihan pelaksana melalui tender saja bisa dikelabui agar tetap dimenangkan kroni-kroninya, konon dengan penunjukan langsung.

Dalam beberapa tahun terakhir, anggaran pembangunan infrastruktur dan drainase mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahun. Mulai dari masa Wali Kota Abdillah, Rahudman, Dzulmi Eldin hingga diteruskan Plt Akhyar Nasution. Hasilnya asal hujan, banjir. Hal ini terjadi bisa saja karena anggaran pembangunan infrastruktur.

dan perbaikan drainase masih dianggap belum maksimal. Namun bisa saja karena tidak tepat sasaran, sehingga hanya untuk menguntungkan pihak tertentu saja. Diduga karena kondisi sering banjir ini maka jalan-jalan cepat rusak dan hancur, dan biaya pembangunan dan perawatannya pun terus meningkat.

Hal ini terlihat dan terasa saat menelusuri Kota Medan, sebagian besar sudah kurang nyaman dan jelek dipandang mata. Baik di pusat kota apalagi di pinggiran kota, tidak jarang ditemukan jalan rusak dan berlobang. Dengan anggaran ratusan miliar saja setahun, kondisinya masih memprihatinkan, apalagi hanya Rp 4 miliar, tak terbayangkan bagaimana kondisi jalan dan drainase di Kota Medan ke depan.

Selain kondisi infrastruktur dan drainase itu, sehari-hari juga terlihat kesemrawutan di Kota Medan, baik lalu lintas dan perparkiran. Pengaturan dan penertiban kawasan parkir juga sangat minim, padahal 90 persen jalan di Medan sudah menjadi lahan parkir. Anehnya, meskipun potensi lahan parkir sangat besar tetapi realisasi penghasilan.

(PAD) sangat rendah, hanya Rp 20-an miliar pada tahun 2019. Untuk itu maka pelayanan petugas parkir ke depan harus semakin ramah dan manajemen pengelola ke depan harus semakin baik, sehingga selain memberi rasa nyaman kepada masyarakat juga sekaligus menjadi sumber PAD kepada Pemko Medan.

Selain itu, sejumlah traffic light juga tampak rusak dan tidak menyala lagi, tetapi lambat diperbaiki. Akibatnya banyak terjadi kesemrawutan lalu lintas di persimpangan jalan dan kehadiran aparat mengatasi permasalahan itu sangat jarang dan lambat.
Akhir-akhir ini juga terlihat semakin banyak pengemis, orang-orang penyandang disabilitas, anak-anak/manusia silver dan badut beraksi di persimpangan-persimpangan.

jalan di lokasi traffic light. Mereka melakukan aksinya mengais rejeki, di tengah jalan, dan kadang menakutkan saat menunggu lampu hijau menyala. Selanjutnya mereka melakukan permintaan uang kepada pemilik kendaraan yang berhenti. Kegiatan ini sudah sering berlangsung, tetapi tidak pernah terlihat aparat terkait di Pemko Medan melakukan penertiban. Kita tidak yakin bahwa hal itu tidak pernah terlihat aparat terkait. Tetapi sepertinya mereka membiarkan hal itu terjadi, membuat kota Medan semakin tidak nyaman.

Hal-hal lain yang membuat kurang nyaman di Medan juga adalah kurangnya perhatian terhadap kebersihan kota. Di samping kesadaran masyarakat yang masih kurang atas kebersihan karena membuang sampah sembarangan, tetapi juga karena manajemen penanganan sampah yang masih kurang baik. Padahal anggaran kebersihan
kota Medan tergolong besar, mencapai ratusan miliar rupiah setiap tahun.

Tempat pembuangan sampah sementara sebaiknya jangan ditempatkan dekat perumahan penduduk, karena begitu angkutan sampah terkendala atau over kapasitas maka penduduk akan merasakan bau menyengat dan sangat mengganggu
kesehatan dan kenyamanan. Selain itu, diharapkan aparat melarang warga untuk membongkari sampah mencari botot sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Kegiatan warga mencari botot di tempat pembuangan sampah sementara itu akan menambah joroknya lingkungan warga. Namun hal itu dibiarkan begitu saja oleh aparat, sehingga warga dekat pembuangan itu sangat merasakan dampaknya.

Melihat dan merasakan kondisi ini, dan kondisi lainnya yang belum terurai, maka siapa pun nanti yang terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan, kita harapkan bisa membuat Kota Medan berubah semakin nyaman dan bergairah
kembali. Tidak cukup hanya dengan minta maaf kepada masyarakat, tetapi bekerjalah. Sehingga siapa pun yang berkunjung ke Medan akan merasa nyaman dan menjadi role model bagi daerah lainnya dalam mengelola kota. Semoga. (*)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru