Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 07 Juli 2025

Mengantisipasi Bencana Akhir Tahun

Redaksi - Rabu, 23 September 2020 11:04 WIB
1.008 view
Mengantisipasi Bencana Akhir Tahun
MTVN/M Rizal
Ilustrasi
Memasuki bulan-bulan akhir tahun, masyarakat diminta waspada dan bersiap mengantisipasi segala kemungkinan buruk terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan sebagainya. Sebagai negara yang berada di alam tropis, Indonesia kini sudah hampir memasuki musim penghujan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan untuk wilayah di Indonesia yang telah memasuki kondisi pancaroba jelang musim hujan pada 2020/2021.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, prakiraan awal musim hujan di Indonesia kemungkinan terjadi pada akhir Oktober-November 2020. Namun selama September-Oktober ini terjadi periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke penghujan.

"Pada masa peralihan musim ini, perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es," kata Guswanto dalam keterangan resminya, Selasa (22/9).

Seperti diketahui, pada Senin 21 September 2020, terjadi banjir bandang di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi yang diakibatkan oleh hujan lebat dengan intensitas tinggi hingga 110 mm dalam periode 4 jam sejak 15.00-19.00 WIB yang teramati di Citeko.

Hujan lebat ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat dengan adanya fenomena gelombang Rossby ekuatorial serta adanya daerah pertemuan angin (konvergensi).

Kombinasi dari ketiga fenomena atmosfer ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Jawa Barat.
BMKG sendiri telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem berkala dalam rentan waktu 3 jam untuk wilayah Jawa Barat sebelum terjadinya banjir bandang pada tanggal 21 September 2020 tersebut sebanyak 5 kali mulai dari jam 13.45 WIB hingga 22.50 WIB.

Selain itu BMKG memprediksikan dalam periode sepekan ke depan, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Sumut, Aceh dan Sumbar.

Bahkan pekan lalu di beberapa wilayah Sumut seperti Langkat, Deliserdang dan Sergai sudah terjadi bencana angin puting beliung yang menyebabkan ratusan rumah warga rusak. Intensitas hujan di wilayah Kota Medan dan sekitarnya juga tinggi yang mengakibatkan banjir di berbagai kawasan.

Memasuki musim penghujan dengan itensitas tinggi nanti, segala kemungkinan bencana bisa saja terjadi. Seperti akhir tahun lalu, selain terjadi banjir di beberapa wilayah karena meluapnya air sungai, juga terjadi banjir bandang di beberapa lokasi yang menyebabkan korban jiwa manusia.

Kita tentu tidak ingin bencana itu terjadi lagi pada akhir tahun ini. Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan tentu tak mau mengulang kembali peristiwa-peristiwa memilukan itu. Cuma masalahnya, manusia selalu lupa atau sepele karena merasa bencana itu tidak berdampak langsung kepada dirinya. Sebuah kebiasaan buruk yang harus dihilangkan.

Pemangku kebijakan, orang-orang penting atau terpelajar selalu berada di tempat yang aman, di perkotaan asri atau klaster yang sudah memiliki standar kenyamanan tinggi. Tetapi lihatlah masyarakat yang berada di wilayah desa yang tak jauh dari sungai, atau di bebukitan pinggir hutan. Ancaman banjir dan tanah longsor siap mengintai.

Sehingga diperlukan empati tinggi bagi masyarakat yang nyaman untuk menyelamatkan masyarakat yang tinggal di wilayah kurang beruntung tadi. Pemangku kebijakan jangan hanya diam menunggu bencana baru memberikan bantuan. Kaum terpelajar pun harus bersuara menggedor mereka agar turun sebelum kejadian.

Banyak cara yang bisa dilakukan, antara lain serius memberantas illegal logging, konservasi hutan dengan baik, termasuk memperlancar alur sungai. Di wilayah perkotaan sekitarnya juga harus cepat membersihkan parit dan melancarkan drainase. Tak kalah penting, sosialisasi secara terus menerus di masyarakat.

Lebih baik repot atau mengantisipasi di depan daripada membantu korban setelah ada bencana. Apalagi kejadian itu berulang pada masa yang sama, karena keledai pun tak ingin terperosok ke lubang yang sama pula. (***/a)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru