Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 14 Juli 2025

Mencintai Sumber Kehidupan

Redaksi - Sabtu, 14 November 2020 10:40 WIB
627 view
Mencintai Sumber Kehidupan
www.mypurohith.com
Ilustrasi
Indonesia setiap tahun tak lepas dari bencana. Negeri bencana, mungkin sebutan itu tak berlebihan buat Indonesia. Betapa tidak, kala musim kemarau, bencana kekeringan, sampai kebakaran hutan melanda negeri. Kala masa penghujan, banjir, longsor, puting beliung jadi langganan di berbagai daerah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, 99% bencana merupakan bencana hidrometrologi.

Banjir, angin puting beliung dan tanah longsor, jadi tiga bencana paling dominan. Peningkatan bencana terus terjadi dan makin parah karena daya tampung dan dukung lingkungan tak memadai.

Secara umum tren bencana terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, ada 3.662 bencana di Indonesia. Dari angka itu, 3.586 merupakan bencana hidrometeorologi, dengan puting beliung paling tinggi, 1.282 kejadian, diikuti banjir (734) dan tanah longsor (685).

Banjir, puting beliung, tanah longsor dan gelombang pasang atau abrasi pada 2019, terjadi pada masa penghujan, yakni, Januari-April dan Oktober-Desember.

Pada 2019, ada 472 orang meninggal dan 108 orang hilang, turun hingga 88,1% dari tahun 1998. Penyebabnya, bencana geologi tak sebanyak tahun sebelumnya.

Bencana geologi terjadi 36 kejadian (1%), namun menyebabkan dampak bencana besar, terutama gempa bumi. Sebanyak 29 kali gempa bumi merusak dan menimbulkan korban jiwa ketiga terbanyak (69) setelah banjir (259) dan tanah longsor (115).

Belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kita harus lebih siaga supaya mengurangi jumlah korban bencana. Karena bencana memang tidak bisa diprediksi apalagi dihambat, tetapi bisa dikurangi jumlah korban dan kerugiannya.

Di Sumatera Utara juga, bencana angin puting beliung terjadi. Bahkan belakangan ini di Langkat, Sergai da Deliserdang merupakan kabupaten yang sering terkena musibah sehingga ratusan rumah rusak dan ribuan hektar tanaman padi juga hancur.

Belum lagi dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, banjir bandang, banjir rob dan lainnya. Bahkan erupsi Gunung Sinabung harus terus diwaspadai. Apalagi saat akhir tahun seperti sekarang ini, potensi bencana semakin mengancam.

Guna mengatasi cuaca ekstrim di Indonesia, BNPB bersama TNI dan Polri menyusun kesiapsiagaan untuk seluruh provinsi dan kabupaten/kota dalam mitigasi bencana, seperti kesiapsiagaan personil, transportasi, logistik, fasilitas medis, lokasi pengungsian dan lain-lain.

”Persiapan bencana hidrometeorologi, kami memberikan informasi kepada masyarakat untuk bersiap menghadapi curah hujan yang tinggi,” kata Kepala BNPB Doni Munardo seraya berpesan agar masyarakat menghindari tempat-tempat yang memiliki risiko ancaman bencana tinggi, terutama di sepadan sungai dan di dataran rendah berisiko longsor.

Masyarakat juga diingatkan untuk mengantisipasi risiko puting beliung dengan memangkas cabang, ranting hingga beban pohon tak terlalu berat ketika ada angin. Sementara aparat terkait di daerah agar mengecek anak-anak sungai dengan susur sungai terkait aliran air dari hulu hingga hilir. Hal ini untuk mengantisipasi banjir bandang, karena bencana ini cukup mematikan. Upaya-upaya pengurangan risiko perlu dilakukan sedini mungkin.

Sementara itu Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengapresiasi Kapolda Sumut Irjen Pol Martuani Sormin beserta jajaran yang sigap dalam menghadapi potensi bencana alam yang mungkin terjadi di daerah ini. Hal ini disampaikannya saat memimpin Apel Kesiapan Antisipasi Bencana Alam Wilayah Sumut di Mapolda Sumut, Senin (9/11).

Ia menyebutkan apel ini sebagai wujud tanggung jawab dan solidaritas antarinstitusi untuk mengantisipasi bencana alam di wilayah Sumut.

Ada tiga kata kunci pegangan untuk mengantisipasi bencana alam, yakni pertama harus siaga, kedua tanggap, dan ketiga adalah galang.

Gubernur juga meminta apabila bencana terjadi di wilayah Provinsi Sumut harapannya tidak ada korban dan dipastikan semuanya selamat, dan akan bekerjasama mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.

Semua unsur dari Kepolisian, TNI dan Provinsi harus solid dan bahu-membahu serta saling support dalam memastikan perilindungan di Provinsi Sumut berlangsung dengan baik.

Kali ini kesiapan aparat sudah cukup matang dalam menghadapi risiko bencana. Siapa pun tak akan mau tertimpa bencana, tetapi bila dia datang tak ada yang bisa menolak. Kita hanya bisa berupaya mengurangi risiko korban jiwa dan materi yang banyak.

Namun yang tak kalah penting adalah pemeliharaan atau pelestarian alam. Karena alam diciptakan Tuhan untuk kebutuhan hidup manusia. Sehingga pantaslah manusia wajib merawat, melestarikan dan mencintai sumber kehidupannya. Sayangnya sampai sekarang masih banyak yang tidak peduli atau tak sadar akan hal itu. Jangan sampai tertimpa bencana dulu baru sadar dan menangis.(***)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru