Belakangan ini persatuan dan kesatuan bangsa sepertinya kembali terusik. Hal ini terlihat dari kehadiran Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang mendadak memberikan pernyataan terkait pentingnya persatuan dan kesatuan demi menjaga stabilitas nasional, di Subden Denma Mabes TNI, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11) malam.
Seorang panglima memberikan pernyataan tersebut memang sudah biasa. Tetapi ketika dalam mengeluarkan pernyataannya, Panglima Hadi didampingi dan dikawal jenderal-jenderal penting di tubuh TNI merupakan sesuatu yang istimewa.
Ada Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen Eko Margiyono. Kemudian, Komandan Komando Operasi Khusus (Koopssus) TNI, Mayjen Richard TH. Tampubolon. Ada lagi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayjen Mohamad Hasan. Lalu ada Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen Suhartono. Serta Komandan Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) Marsda Eris Widodo Yuliastono.
Tak dapat dipungkiri, belakangan negeri ini agak "ramai".
Situasi panas juga sangat terasa di dunia maya. Medsos seperti Twitter, Instagram, facebook ramai kembali dengan ujaran kebencian dan caci maki layaknya ketika suasana pertarungan dua kubu saat Pilpres dulu. Dari medsos juga para netizen mengungkapkan kegeramannya kepada penguasa seperti tak berdaya atau tak berani menegakkan hukum atau peraturan yang ada terhadap pembuat "keonaran" itu.
Situasi ini seakan membuat kerunyaman, karena masyarakat yang anti intoleransi semakin ramai di dunia maya, menyatakan ingin mencari figur pemberani yang bisa menumpas gerakan yang mengarah radikal. Mungkin hal ini pula penyebab munculnya kembali pernyataan sikap tegas pemerintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Panglima TNI tak mau persatuan dan kesatuan bangsa hilang atau dikaburkan oleh provokasi dan ambisi yang dibungkus dengan berbagai identitas.
"Ingat. Siapa saja yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa, akan berhadapan dengan TNI. Hidup TNI! (Hidup Rakyat!). NKRI (Harga Mati!)," pungkas Pak Hadi.
Tak ketinggalan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengimbau kepada masyarakat Indonesia, terutama umat Islam, agar menjaga, merawat, dan mengawal keutuhan NKRI. Dia menyerukan jangan mudah terprovokasi sekelompok orang yang ingin memecah belah bangsa.
Said Aqil yang juga mengatasnamakan ketua umum persahabatan ormas-ormas Islam dan ketua umum persahabatan ormas keagamaan nasional, turut mengajak masyarakat mempertahankan dan memperkuat eksistensi keutuhan bangsa menyongsong 100 tahun NKRI.
Dia juga mengajak masyarakat untuk melawan apapun dan siapapun yang mengganggu persatuan NKRI. Pihak demikian dianggap sebagai musuh bangsa, musuh bersama.
"Mari apa yang telah diperjuangkan oleh founding fathers kita, yaitu sebuah negara kebangsaan yang bersatu dalam satu wadah NKRI, lintas agama, lintas budaya, lintas suku, lintas peradaban, mari kita rawat dan pelihara," ujarnya lagi.
Dukungan NU sebagai ormas Islam terbesar di dunia ini untuk memperkokoh NKRI bukan main-main. Selain pengaruh moralnya sangat besar, NU mempunyai kekuatan massa dan alat kelengkapan yang cukup mumpuni seperti Banser. Ini sinyal yang tak main-main yang disampaikan organisasi yang dikenal anti radikal dan anti intoleransi ini.
Seharusnya tidak ada lagi kegamangan pemerintah untuk menegakkan hukum yang sebenar-benarnya di bumi pertiwi ini. Sikat habis pelanggar hukum yang berupaya memprovokasi masyarakat dan memecah belah NKRI. Usut tuntas pelanggaran hukum yang sudah dilakukan, jangan sampai ada tindakan pemutihan dengan alasan demi stabilitas.
Tindakan tegas harus dilakukan untuk menegakkan wibawa hukum dan wibawa negara. Juga sebagai pembelajaran bagi siapapun dengan alasan apapun untuk tidak main-main dengan aturan dan kokohnya NKRI. Karena bila tak tegas, kehancuran bangsa bukan tak mungkin terjadi. Sudah banyak contoh buruk di luar sana bila membiarkan sebuah ideologi bernuansa radikalisme berkembang.
Dukungan masyarakat terhadap pemerintah untuk bertindak tegas kepada pihak yang melanggar hukum, apalagi berniat memecah belah bangsa, sudah sangat kuat. Karena masyarakat sudah sangat yakin dengan NKRI harga mati. Ideologi Pancasila sudah teruji mempersatukan bangsa dan diyakini tidak ada lagi ideologi yang lebih baik untuk menggantikannya. Keragaman suku, agama, adat, budaya, bahasa dan lainnya merupakan kekayaan dan keindahan yang tak bisa dibeli dengan apapun. Mari kita bersama membangun bangsa yang kaya ini dengan rasa cinta terhadap sesama. (***)