Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Mewaspadai Banjir dan Longsor

Redaksi - Kamis, 26 November 2020 10:35 WIB
540 view
Mewaspadai Banjir dan Longsor
Internet
Ilustrasi
Ramalan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait dengan bencana alam akibat hujan deras yaitu banjir dan longsor sudah mulai terasa. Di sejumlah daerah, khususnya di Sumut sejumlah ruas jalan mengalami longsor akibat intensitas hujan yang tinggi.

Seperti yang terjadi di ruas jalan Tanah Jawa-Pasir Mandoge yang putus total dan ruas jalan menuju daerah wisata Parapat, Danau Toba tepatnya di Balata Jorlang Hataran, Simalungun dan di beberapa titik lainnya menjelang Parapat. Arus lalu lintas di lokasi tersebut terpaksa ditutup dan ada juga yang buka tutup. Akibatnya jalur transportasi dan mobilisasi masyarakat terganggu dan lambat. Tak jarang kendaraan harus menunggu berjam-jam untuk bisa keluar dari kemacetan akibat kerusakan jalan dan jembatan itu.

Selain sejumlah ruas jalan longsor dan putus, hujan deras yang hampir rutin setiap hari itu juga mengakibatkan banjir bandang Sungai Bohorok, Langkat. Banjir tersebut juga mengakibatkan jembatan putus dan rumah-rumah wisata di sepanjang sungai luluh lantak disapu arus air bah yang bercampur lumpur dan batang dan ranting kayu. Namun kita bersyukur, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

Selain sungai Bahorok, kemarin juga diberitakan Sungai Air Tenang dan Sungai Batangserangan juga di Langkat meluap akibat intensitas hujan yang tinggi. Seribuan rumah tergenang di satu kelurahan dan dua desa di Kecamatan Batangserangan. Selain itu di sejumlah daerah seperti di Medan, Sergai dan Tebingtinggi juga dikabarkan banjir karena debit hujan yang tinggi.

Tak terbayangkan bagaimana penderitaan masyarakat akibat banjir yang menggenangi rumah mereka dan juga merusak ternak dan pertanian mereka. Sehingga secara langsung akan merusak perekonomian dan kesehatan masyarakat yang langsung terdampak.

Dengan maraknya media sosial, kabar terkait kondisi ini juga cepat menyebar, tidak saja di dalam negeri tetapi juga luar negeri. Akibatnya sangat mempengaruhi kunjungan para wisatawan ke daerah tujuan wisata tersebut, baik lokal maupun mancanegara. Mereka akan takut berkunjung jika kondisinya mengkhawatirkan bagi keselamatannya selama berlibur dan berwisata.

Hal ini juga sangat berdampak luas, baik bagi perekonomian masyarakat di daerah tujuan wisata maupun aktivitas ekonomi pendukung, seperti transportasi, hotel dan restoran. Selain itu, karena jalan putus maka pengangkutan hasil pertanian masyarakat dan perusahaan seperti perkebunan juga akan terhambat. Jika memilih jalur lain maka ongkos nya semakin mahal karena jarak tempuhnya semakin jauh dan menambah waktu perjalanan ke tujuan, sehingga kurang efisien.

Kondisi seperti ini sebenarnya bukan hal baru lagi karena hampir setiap tahun terjadi meskipun tingkat keparahannya tidak sama. Namun hampir setiap menjelang hingga akhir tahun, intensitas hujan sangat tinggi, khususnya di Sumatera Utara yang sering mengakibatkan jalan longsor dan banjir.

Badan Metereologi juga jauh-jauh hari selalu menyampaikan prakiraan cuaca dan daerah-daerah mana yang akan mengalaminya. Dengan tujuan agar masyarakat dan instansi pemerintah siap-siap mengantisipasinya sehingga tidak sampai menimbulkan kerugian besar dan korban nyawa yang sia-sia.

Sayangnya, prakiraaan BMKB itu sering diabaikan, baik oleh masyarakat maupun instansi pemerintah yang terkait dengan bencana dan kelancaran arus transportasi ini. Harusnya jauh-jauh hari sudah dilakukan antisipasi dengan berpatroli mengecek jalan-jalan dan jembatan mana yang rawan longsor dan yang kondisi tanahnya labil. Tidak perlu semua jalan dan jembatan diawasi, tetapi cukup di jalur utama dan vital menuju daerah tujuan wisata yang banyak mobilisasi orang dan pengangkutan barang. Selain itu, juga drainase di lokasi-lokasi rawan banjir juga harus rutin dibenahi sehingga arus air hujan lancar dan tidak sampai tertahan.

Melihat kondisi saat ini di beberapa lokasi di Sumut, kelihatannya antisipasi itu tidak dilakukan sehingga jalan dan jembatan pun sampai putus. Padahal longsor itu terjadi akibat erosi perlahan yang disebabkan curah hujan dan aliran air menuju sungai kurang lancar. Sehingga jika rutin dibenahi dan diamati maka bencana pasti tidak akan terjadi. Bagi mereka yang diberi tanggungjawab, maka lakukanlah upaya pencegahan dan pengawasan secara rutin. Tidak cukup hanya duduk berdoa di meja kerja agar hujan tidak turun. Itu merupakan keinginan semata.(*)

Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru