Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Belum Saatnya Libur Panjang

Redaksi - Minggu, 06 Desember 2020 10:31 WIB
511 view
Belum Saatnya Libur Panjang
Kemenparekraf
Ilustrasi libur panjang
Banjir besar di Medan dan longsor di sejumlah titik menuju Berastagi dan Parapat akibat frekuensi dan curah hujan yang tinggi membuat masyarakat harus berpikir ulang untuk bepergian ke luar kota. Di samping itu, pandemi Covid-19 juga masih memburuk, jumlah pasien terkonfirmasi meningkat, sementara persentase yang sembuh menurun. Kondisi ini mengingatkan masyarakat agar lebih bijaksana, mengutamakan keselamatan dan kesehatan dibanding kesenangan menjalani liburan di akhir tahun ini.

Pemerintah juga menyadari perlunya kesehatan dan keselamatan para PNS agar terhindar dari serangan virus corona yang sudah mewabah sejak 8 bulan terakhir . Sehingga, libur panjang PNS akhir tahun yang sebelumnya ditetapkan selama 11 hari akhirnya dipangkas selama 3 hari. Akibatnya, pada hari-hari terakhir tahun 2020, aparatur pemerintah masih harus tetap bekerja, sehingga libur panjang pun batal.

Bagi sebagian orang, pembatalan cuti bersama sebagai pengganti libur Idul Fitri 2020 ini tentu sangat mengecewakan. Terutama bagi yang sudah memesan akomodasi di tempat-tempat wisata dan liburan bersama keluarga yang jauh-jauh hari sudah dipersiapkan.

Namun bagi sebagian orang, justru bersyukur karena pemerintah mengumumkannya di awal bulan Desember, sehingga masih bisa mengatur kembali pemanfaatan libur akhir tahun.

Di sisi lain, masyarakat yang sudah merasakan kejenuhan dan kebosanan selama pandemi Covid ini sebelumnya sudah membayangkan sukacita bakal menikmati libur panjang. Demikian juga halnya para pengusaha dan perusahaan yang menyediakan jasa juga pasti merasa terpukul dengan kebijakan ini. Karena mereka merasa, libur akhir tahun ini akan bisa mengkompensasi penurunan omset mereka dalam beberapa bulan terakhir.

Selain itu, para pengusaha kecil dan UKMK yang biasanya melayani kebutuhan para wisatawan juga pasti merasa kecewa. Karena pengurangan waktu libur bersama yang sangat mempengaruhi masyarakat untuk berlibur di daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata dan secara langsung juga akan mempengaruhi penghasilan mereka.

Namun kebijakan pemerintah ini, tentu sudah dikaji secara mendalam. Sehingga tidak sampai mengakibatkan semakin meluasnya kembali penularan Covid-19. Jika penularan meluas dan korban semakin meningkat, maka masyarakat bakal semakin takut beraktivitas. Sehingga di samping biaya yang ditanggung pemerintah semakin besar dalam menangani Covid, sektor perekonomian masyarakat juga akan mandek. Akibatnya resesi ekonomi semakin panjang dan pemulihannya pun semakin lama.

Hal lainnya yang juga menjadi masalah adalah rencana Kemendikbud yang mengizinkan kembali sekolah tatap muka tahun 2021 mendatang. Hal ini juga diragukan apakah bisa terlaksana, apalagi jika penularan Covid belum bisa terkendalikan.

Padahal dampak belajar secara online yang sudah berlangsung dalam beberapa bulan ini juga dikeluhkan kurang efektif. Bahkan karakter dan perilaku anak-anak sekolah dikabarkan semakin sulit dikendalikan para orangtua, karena terlalu banyak waktu anak-anak bermain. Selain itu, waktu anak-anak untuk bermain game dan media sosial semakin tidak terkendali.

Sementara itu usulan sekolah tatap muka juga dirasakan masih hanya wacana, karena tetap harus mendapat persetujuan orangtua. Hal ini juga dinilai merupakan sikap keraguan dari Kementerian Pendidikan, bahwa masyarakat pada umumnya belum bisa dijamin aman dari Covid. Sehingga Kementerian tidak mau mengambil resiko disalahkan, jika anak-anak didik tertular Covid setelah sekolah tatap muka dibuka kembali.

Atas dasar dan pertimbangan tersebut, maka sudah sangat tepat jika pemerintah mengambil kebijakan menghentikan semua kegiatan yang dianggap rawan dalam penularan Covid, termasuk mengurangi libur di akhir tahun ini. Selain itu, panduan yang dikeluarkan Kementerian Agama terkait dengan perayaan Natal juga patut diapresiasi. Bukan berarti, pemerintah membatasi umat beribadah, tetapi mengingatkan kembali makna Natal yang sebenarnya yaitu kesederhanaan. Sekaligus juga perenungan dan upaya menjaga diri dari penularan Covid.

Kepatuhan adalah kunci utama terhindar dari Covid, termasuk kepatuhan kepada pemerintah dan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan yang sudah disampaikan pemerintah. Kepatuhan itu membawa kita kepada kebaikan, maka selalulah ingat 3 M, yaitu memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan tetap menjaga jarak. (*)

Sumber
: Hariansib Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru