Suasana Natal tahun ini terasa sangat berbeda dengan Natal tahun-tahun sebelumnya. Kegalauan dan kekhawatiran sangat terasa akibat sejumlah hiruk pikuk di dalam negeri bersamaan dengan suasana Natal. Tanda-tanda meredanya pandemi Covid-19 juga belum kelihatan. Pasien masih terus bertambah, dan tak seorang pun dari sekira 7,8 miliar penduduk dunia yang bisa menjamin dirinya aman dari Covid.
Kekhawatiran itu juga dibarengi dengan aneka peristiwa yang terjadi di dalam negeri sepulangnya Habib Rizieq Shihab (HRS) dari Saudi Arabia beberapa waktu lalu. Sejumlah kegiatan yang mengumpulkan massa dalam jumlah besar melanggar protokol kesehatan, dimulai saat penjemputannya di Bandara Soekarno Hatta hingga pernikahan putrinya dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Bogor dan kegiatan lainnya telah menyeret sejumlah orang menjadi tersangka termasuk HRS sendiri yang sampai saat ini dalam tahap pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri.
Selanjutnya ada peristiwa penembakan yang menewaskan 6 orang pengikut HRS di jalan tol yang disebut-sebut melakulan penyerangan dan perlawanan terhadap polisi. Selanjutnya, sejumlah massa juga melakukan aksi demo 1812 di Jakarta, menuntut HRS dibebaskan hingga ada aparat polisi yang kena bacok.
Rentetan dari peristiwa itu, maka sejumlah tokoh yang berseberangan membentuk opini yang memojokkan pemerintah dengan pemberitaan dan penyebarluasan melalui media massa dan media sosial hingga menimbulkan isu kebencian. Sebaliknya sejumlah tokoh dan buzzer yang mendukung pemerintah juga menyebarkan sejumlah opini siapa-siapa yang terlibat di balik kepulangan HRS dan aksi-aksi demo. Bahkan menuding sejumlah tokoh terkenal yang memboncengi aksi-aksi HRS selama ini membuat suasana semakin gaduh.
Selain itu, lebih gaduh lagi terkait dengan terseretnya Menteri Sosial Juliari P Batubara sebagai tersangka dugaan korupsi dana bantuan sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat yang terdampak pandemi. Bahkan dalam ulasan dan liputan salah satu majalah mingguan ternama menyebut isu skandal bansos yang melibatkan anak Presiden Jokowi, yang juga calon terpilih Wali Kota Solo Gibran Rakabuming yang disebut merekomendasikan PT Sritex untuk pengadaan kantong sembako bansos, yang kemudian dibantah.
Di sisi lain, terkait penanganan Covid dan vaksinasi yang direncanakan dimulai awal tahun 2021 mendatang juga banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak termasuk sejumlah tenaga medis yang meragukan vaksin Sinovac produksi China yang membuat suasana semakin gaduh. Padahal perhatian pemerintah dalam penanganan Covid ini sangat besar, bahkan presiden Jokowi sudah menyatakan menggratiskan vaksin kepada rakyat Indonesia.
Padahal saat Covid melanda, sejumlah pihak berteriak minta vaksin. Setelah vaksin ada, minta lagi sertifikasi halal dan selanjutnya minta agar presiden yang pertama divaksin. Semua permintaan itu telah dipenuhi pemerintah, hingga Presiden Joko Widodo bersedia menjadi orang pertama yang divaksin, sebagaimana juga sudah dilakukan beberapa pimpinan negara di dunia seperti Wapres AS dan PM Israel Benyamin Netanyahu.
Semua hiruk pikuk itu terjadi bertepatan dengan peristiwa Natal, lahirnya Raja Damai Yesus Kristus di Betlehem sekira dua ribuan tahun lalu, yang akan dirayakan 25 Desember besok. Sesuatu momen yang diharapkan memberi perasaan dan pikiran yang baru untuk kesejukan, sekaligus juga melupakan hiruk pikuk yang diwarnai isu-isu kebencian bagi sesama.
Peristiwa Natal, bukan sekadar memperingati hari lahir Yesus Kristus, tetapi lebih jauh lagi adalah lahirnya kedamaian, keteduhan dan kesejukan dalam berbangsa dan bernegara. Itulah hakekat agama yang sebenarnya, yaitu jika kita bisa menghadirkan damai dan sukacita, tidak hanya kepada sesama, tetapi juga kepada penganut agama lainnya.
Sebagai umat yang beragama, khususnya kepada umat Kristiani, kelahiran Yesus merupakan kado terindah sebagai bukti Tuhan mengasihi umat manusia. Sehingga kita juga wajib memberikan kado terindah dengan menaburkan kasih bagi sesama, bukan menaburkan kebencian, ketakutan dan kegaduhan.
Jika kita juga tidak mampu menaburkannya, maka jangan sampai ikut-ikutan membuat gaduh. Maraknya media online dan media sosial bisa menjadi alat untuk menabur berita kesejukan yang meneduhkan, bukan mengisi berita-berita hoax yang bisa merusak kerukunan, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi saat Muktamar X PPP baru-baru ini. Bagi sesama pembaca yang merayakannya, selamat Natal 25 Desember 2020. (*)
Sumber
: Hariansib edisi cetak