Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Berharap Baik di Tahun Baru

Redaksi - Senin, 04 Januari 2021 11:40 WIB
387 view
Berharap Baik di Tahun Baru
Liputan6.com/Trieyasni
Banner Infografis Jangan Ada Kerumunan Saat Perayaan Tahun Baru 2021.
Perayaan menyambut Tahun Baru 2021 di seluruh daerah Indonesia, khususnya di Kota Medan dan Jakarta berbeda dari biasanya. Tak ada gegap gempita kemeriahan konser musik, konvoi, maupun pesta kembang api layaknya perayaan malam pergantian tahun-tahun sebelumnya.

Semua warga kota "dipaksa' untuk berdiam diri di rumah akibat pandemi Covid-19. Pemerintah berkoordinasi dengan polisi dan Tim Gugus Tugas Covid-19 tegas melarang warga menggelar kerumunan.

Sejumlah jalan protokol ditutup dari kendaraan bermotor, pesepeda, dan pejalan kaki. Di Ibu Kota Jakarta tercatat 95 lokasi mulai dari ruas jalan protokol hingga fasilitas publik harus ditutup dan dijaga ketat Kepolisian. Tujuannya adalah memastikan tidak ada kerumunan yang berpotensi menjadi klaster penyebaran Covid-19.

Mal dan restoran harus tutup lebih awal yakni pukul 19.00 WIB. Jam operasional transportasi umum juga dibatasi hingga pukul 20.00 WIB, sementara KRL beroperasi hingga pukul 22.00 WIB.

Seluruh warga Ibu Kota bahkan diimbau tidak bepergian ke luar kota. Bagi mereka yang ingin keluar kota menggunakan kereta api atau pesawat, maka mereka harus memiliki hasil negatif rapid test antigen.

Ruas jalan perbatasan Jakarta dan kota-kota penyangga juga disekat oleh Kepolisian agar tak ada warga yang merayakan malam Tahun Baru 2021.

Demikian juga di Kota Medan, penjagaan Tim Gugus Tugas sangat ketat. Restoran, kafe dan tempat-tempat biasa nongkrong anak muda tidak diizinkan beroperasi hingga jam 22.00 Wib. Akibatnya tidak banyak orang berkerumun. Meskipun ada, mereka didatangi tim diberi pengarahan lalu bubar. Kembang api dan mercon hanya dilakukan secara individu di kompleks maupun rumah penduduk.

Hal ini menyebabkan suasana agak sepi, namun kondusif. Tidak ada kecelakaan lalulintas maupun kejadian kriminal yang menonjol. Suasana yang berbeda ini cukup baik untuk mengantisipasi berkembangnya Covid-19 gelombang kedua yang sangat mengkhawatirkan.

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, risiko penularan Covid-19 saat ini berada di titik tertinggi. Rasio positif Covid-19 saat ini berada di angka 29,4 persen.

"Kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi di mana rasio positif Covid-19 berada di angka 29,4 persen," ujar Adib dikutip dari siaran pers PB IDI, Sabtu (2/1/2021).

Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M. PB IDI juga mengingatkan kepada pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan agar memperhatikan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para tenaga medis dan kesehatan. Tenaga medis dan kesehatan harus diberikan tes rutin untuk mengetahui status kondisi kesehatan terkini mereka.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Pulungan mengingatkan bahwa pandemi belum akan selesai dalam waktu dekat. Dia meminta semua pihak untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku, memastikan agar semua orang terutama anak tidak tertular penyakit, serta mulai mengajarkan perilaku hidup bersih sehat sejak dini semampu anak.

Sedapat mungkin tetap di rumah saja dulu, karena aktivitas di luar rumah tetap memiliki risiko pajanan infeksi yang jauh lebih tinggi.

Diberitakan sebelumnya, kasus Covid-19 di Indonesia belum juga memperlihatkan tanda-tanda membaik tepat 10 bulan pandemi berjalan di Indonesia hingga saat ini, Sabtu (2/1/2021).

Pemerintah belum dapat mengendalikan laju penularan virus corona, sehingga kasus baru terus bertambah.

Dari data, Sabtu pukul 12.00 WIB, terdapat penambahan 7.203 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 758.473 orang, terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Pengalaman dalam mencegah berkembangnya Covid pada malam tahun baru ini bisa menjadi awal yang baik untuk menerapkan prokes kepada masyarakat. Ketegasan pemerintah rupanya sangat penting agar masyarakat tidak main-main dalam menerapkan peraturan. Budaya "paksa" ternyata masih ampuh dibanding sekadar imbauan atau "membujuk".

Kita berharap di tahun baru ini bangsa Indonesia dan dunia terbebas dari pandemi maut ini. Walau kekhawatiran masih tinggi, harapan itu akan lebih tinggi lagi, bila semua mau bersama-sama mematuhi prokes dan bersama bekerja keras untuk mengakhiri bencana nonalam ini. (***)

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru