Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Tak Ingin Larut Berduka

Redaksi - Kamis, 28 Januari 2021 10:54 WIB
411 view
Tak Ingin Larut Berduka
Fernando Zhiminaicela via Pixabay (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi virus corona, Covid-19 
Saat ini total kasus Covid-19 di Indonesia dilaporkan telah tembus 1 juta.
Berdasarkan data di situs Satgas Penanganan Covid-19, Selasa (26/1), ada 13.094 kasus baru. Total sejak Maret 2020 sudah ada 1.012.350 kasus Covid-19 di Tanah Air.

Selain itu, dilaporkan ada penambahan pasien sembuh sebanyak 10.868, sehingga ada 820.356 pasien yang sembuh. Sementara itu juga ada 336 pasien meninggal akibat Covid-19. Total tercatat 28.468 pasien yang meninggal.

Pemerintah juga memantau kasus suspek Covid-19 sebanyak 82.156. Selain itu, ada 75.194 spesimen yang diperiksa kemarin.
Kasusnya juga telah ditemukan di 34 provinsi pada 510 kabupaten/kota. Berarti tidak ada lagi provinsi di Indonesia yang bebas Covid-19.

Dengan data terbaru itu, Indonesia mencatatkan diri sebagai negara ASEAN pertama yang angka kasus Covid-19 menembus 1 juta. Berdasarkan data statistik Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins, Indonesia berada di atas Filipina dengan angka kasus 516.166. Data Johns Hopkins ini dituliskan per pukul 4.22 waktu setempat.

Kabar tak baik ini seharusnya menjadi evaluasi bagi semua pihak dalam upaya pencegahan dan penanganan pandemi Covid-19 yang hampir memasuki masa setahun di Indonesia. Pandemi ini sudah meluluh-lantakkan hampir semua sendi kehidupan manusia. Sektor kesehatan, ekonomi dan sosial masyarakat yang paling terpuruk.

Hampir semua anggaran tersedot untuk mencegah dan menanggulangi keadaan, yakni di sektor kesehatan. Akibatnya sektor ekonomi yang paling terganggu, sampai pertumbuhan ekonomi kita minus. Untungnya tidak jatuh sampai minus angka dua digit, seperti yang dialami banyak negara di dunia. Belum lagi terkait masalah sosial, dimana akibat pandemi jumlah masyarakat miskin semakin berlipat.

Untungnya pemerintah masih bisa mengendalikan keadaan, tenang dan masih dipercaya masyarakat. Sehingga program pencegahan dan penanggulangan pandemi masih berjalan sesuai rencana. Meski banyak kendala dan kekurangan dalam teknis di lapangan, namun tidak sampai menimbulkan masalah berat.

Tercatat, dalam melakukan pencegahan, pemerintah sangat banyak mengalami kendala. Informasi yang salah soal pandemi Covid-19 menjadi kendala utama dan menjadi tantangan terberat. Tidak hanya masyarakat, tenaga kesehatan pun bisa menjadi korban atas informasi semacam ini.

Masifnya berita hoax tentang pandemi di masyarakat membuat sulitnya penanganan pencegahan dan penanggulangan. Sehingga Tim Satgas harus bekerja ekstra keras dengan mengimbangi penyajian informasi yang akurat, tepat dan menarik secara masif juga.
Tentu ini sangat sulit, tapi harus diupayakan
Kendala berikutnya, masih ada pejabat pemerintah di daerah yang mengeluarkan kebijakan informasi salah soal Covid-19 ini. Bahkan pejabat pemerintah ini tergolong dekat dengan masyarakat. Memang masih banyak pejabat yang memiliki ego tinggi, merasa banyak tahu, padahal belum mengetahui masalah sebenarnya. Hal ini harus ada kontrol oleh media maupun pejabat di atasnya. Sehingga upaya pencegahan Covid bisa maksimal dilakukan.

Kendala lain soal keterbatasan tenaga kesehatan sendiri untuk memahami Covid-19 ini. Sehingga dibutuhkan tenaga profesional khusus untuk menanganinya. Sebagai yang terdepan dalam menangani pasien Covid, tenaga kesehatan seharusnya memahami masalah Covid tidak di bawah 95 persen.

Peran masyarakat paling dibutuhkan dalam masalah pandemi ini agar tidak mudah menyerap informasi yang salah. Tetapi mencari tahu informasi yang akurat dari sumber yang benar. Sekali lagi menyangkut juga soal empati, dimana kita harus bisa merasakan bagaimana mengerikannya bila terpapar Covid, meski diri sendiri tidak terpapar. Dengan begitu kita juga sangat berhati-hati dan tetap melaksanakan prokes.

Kita pasti tidak ingin pandemi ini berlarut. Siapapun tidak ingin berduka dan menderita terus. Untuk kembali normal dibutuhkan tekad yang kuat, kerja keras, kesabaran dan semangat yang tinggi serta kehati-hatian yang dalam. Jadikan penderitaan sebagai cemeti untuk kebahagiaan di masa depan. (***)

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru