Akhir-akhir ini sering terjadi tawuran antar-warga di bagian Utara Kota Medan, Belawan. Masyarakat di kawasan pelabuhan itu memang dari dulu dikenal memiliki karakter yang keras. Bahkan banyak masyarakat dari luar wilayah takut datang ke sana. Mereka menganggap kawasan itu "angker" dan banyak copet.
Soal tawuran, juga bukan hal yang baru di sana. Masyarakat yang lagi berkunjung ngeri melihatnya, katanya bak kota preman. Uniknya, warga yang tinggal di sana seperti sudah terbiasa melihat tawuran semacam itu. Bagi mereka bagai "makanan" sehari-hari.
Keadaan ini bukan sesuatu yang positif, apalagi di saat kondisi bangsa sedang terpuruk akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Masyarakat sudah susah, semakin susah karena tawuran ini. Apalagi ketika malam tiba, suasana Belawan semakin mencekam. Karena biasanya tawuran terjadi dari malam hingga dinihari, bahkan sampai fajar menjelang.
Pihak-pihak yang melakukan tawuran pun para remaja, anak muda yang menjadi generasi bangsa. Mengapa ini bisa terjadi? Seharusnya pihak-pihak terkait turun mencari akar masalah dan membuat solusi agar Belawan bisa menjadi kawasan tenteram dan damai.
Masalah tawuran di Belawan ini harus benar-benar diselesaikan, karena sangat lucu rasanya di zaman milenial begini masih ada tawuran fisik. Di mana-mana orang sudah sibuk berbuat dan berlomba menuntut ilmu untuk "berperang" menguasai teknologi, di sini malah masih ada masalah remeh temeh tetapi sangat mengganggu.
Seperti diketahui, berbagai upaya sudah dilakukan aparat untuk mencegah terjadinya tawuran antar-warga di Belawan. Bahkan Muspika Belawan sudah berkali-kali melaksanakan razia pada sejumlah lokasi yang dianggap rawan bentrok di kawasan Kecamatan Medan Belawan itu.
Menurut Kapolsek Belawan, Kompol Daniel Jefri Naibaho, setelah terjadi tawuran antar-warga beberapa hari lalu di kawasan Jalan Stasiun Belawan, pihak kepolisian dan unsur Muspika Kecamatan Medan Belawan, usai melakukan apel, secara rutin pada malam hingga dinihari melakukan penertiban dengan membubarkan jika ada kelompok warga yang berkumpul pada waktu tengah malam, khususnya pada lokasi rawan tawuran.
Usai apel, dilaksanakan patroli menyusuri lorong yang dianggap rawan tawuran, dengan berjalan kaki maupun mengendarai roda dua dan roda empat.
Sejumlah lokasi yang akhir-akhir ini kerap berlangsung tawuran yakni di kawasan Jembatan Sungai yang menghubungkan Kecamatan Medan Belawan dan Medan Labuhan, jalan raya Pelabuhan serta kawasan Jalan Stasiun.
Dalam razia tidak ditemukan adanya kelompok tertentu warga, khususnya kalangan pemuda berkumpul yang dikuatirkan dapat memicu terjadinya tawuran. Namun apakah harus terus-menerus dilakukan razia seperti itu untuk menghilangkan tawuran antar warga?
Rasanya sangat naif bila kita menuruti alur warga yang sudah terbiasa melakukan tawuran. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasinya, yang penting ada kemauan serius dan menggunakan ilmu pengetahuan. Cari akar masalah dengan melakukan penelitian sosial budaya masyarakat dan aspek-aspek lain seperti narkoba, misalnya.
Meski Belawan tingkat kecamatan, jangan biarkan Muspika bekerja sendiri. Mereka harus dibantu, karena ini bukan persoalan kecil lagi dan harus melibatkan para ahli dan aparat di atasnya. Tuntaskan masalah-masalah di sana dengan cara yang disesuaikan karakter masyarakatnya. Jangan biarkan persoalan ini berkembang dan bisa menjadi masalah besar yang sulit dituntaskan.
Persoalan ini termasuk tugas berat Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan terpilih Bobby Nasution dan Aulia Rachman. Sebagai termasuk anak muda, segera tuntaskan dengan semangat muda dan pengetahuan yang muda pula. Tinggalkan cara-cara lama yang terbukti tak mampu menuntaskannya. Jadikan Belawan sebagai wilayah asri, nyaman, tenteram dan terpandang seperti yang dijanjikan itu. (***)
Sumber
: Hariansib edisi cetak