Belum seminggu dilantik, Wali Kota Medan Bobby Nasution sudah melakukan berbagai aksi yang mengundang banyak dukungan dan pujian. Menantu Presiden Jokowi ini selain mengingatkan OPD agar tak bermain-main dengan anggaran, ia juga langsung terjun ke lokasi membenahi jalan yang tergenang air di sekitar rumah warga Amplas.
Paling anyar, Kamis kemarin Bobby ikut bersama Satpol PP dan Dinas PU membongkar bangunan ilegal di kawasan cagar budaya Kesawan. Padahal bangunan itu ditengarai milik pengusaha ternama.
Tampaknya Bobby tak main-main dengan janjinya membaguskan Kota Medan. Sebagai generasi milenial, dia sangat memperhatikan pariwisata, termasuk bangunan cagar budaya dan kuliner sebagai salah satu pesona menarik yang dimiliki Kota Medan.
Memang sehari sebelum dilantik, Bobby bertemu bapak mertuanya dan mendapat banyak wejangan agar sungguh-sungguh menjadi seorang pemimpin. Semua orang tahu bagaimana gaya Jokowi bila turun ke masyarakat, mungkin begitu juga yang bisa ditiru anak dan menantunya yang kini jadi wali kota, Gibran dan Bobby.
Masyarakat Kota Medan dan sekitarnya (termasuk Deliserdang dan Binjai) wajar bersyukur dengan adanya pemimpin seperti itu yang benar-benar bekerja, tidak sekadar di meja kerja dan cakap-cakap. Seperti diketahui Bobby juga termasuk sosok yang tidak banyak cakap.
Sebelumnya, banyak yang meragukan kemampuan Bobby memimpin kota metropolitan dan terbesar ketiga di Indonesia ini. Alasannya, dia terlalu muda dan tidak sama kemampuan dan sikapnya dengan mertuanya Presiden Jokowi. Namun ternyata lebih banyak yang optimis bila Bobby akan meniru yang baik-baik dan tentunya di bawah pengawasan langsung sang mertua. Sehingga harus diakui juga kemenangan Bobby-Aulia memimpin Kota Medan tak terlepas dari sosok Jokowi.
Meski banyak yang kontra dengan politik dinasti ini, bila dinasti ilmu dan sikap baik yang diturunkan kenapa harus ditakutkan? Justru itu harus didukung, karena tidak ada yang bisa juga menjamin kalau bebas dinasti itu baik. Contoh konkrit, tiga wali kota terdahulu tersandung korupsi.
Memberi dukungan tidak harus memuja-muji apalagi sampai "angkat telur", tetapi ikut bekerja keras menyingsingkan lengan baju membenahi kota yang dianggap sudah "porak poranda" ini. Layani masyarakat dengan sebaik mungkin dan reformasi birokrasi yang berbelit. Hindari korupsi dan pungli, sehingga anggaran bisa optimal dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat.
Kemudian perbaiki mental pejabat, aparat dan masyarakat yang masih menganggap semua urusan harus dengan uang. Mudah-mudahan keberadaan Bobby bisa menjadi contoh bahwa tidak semua harus dengan uang, tetapi memanfaatkan uang sebagai fasilitas perbaikan infrastruktur dan ekonomi masyarakat. Karena bila infrastruktur dan layanan sudah baik tanpa korupsi serta pungli, otomatis uang akan optimal menjadi fasilitas pembangunan.
Masyarakat juga akan ikhlas membayar pajak, karena dananya benar-benar dimanfaatkan untuk pembangunan. Bahkan gaji atau tunjangan pejabat dan pegawai akan naik seiring naiknya kesejahteraan masyarakat.
Semua tahu kalau Kota Medan itu sangat potensial dalam segala hal, termasuk Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun selama ini kurang optimal dalam pengelolaannya. Banyak yang belum termanfaatkan, termasuk berbagai kebocoran yang tinggi dari berbagai bidang seperti perpakiran dan lainnya. Banyak pundi-pundi daerah masuk ke kantung pribadi atau kelompok yang tak layak menerimanya. Kondisi ini harus diperbaiki agar PAD bisa digali lebih optimal.
Selain itu, masyarakat dan pers harus ikut mengawasi pemimpinnya, jangan dilepas dan percaya begitu saja. Karena siapa pun dia, kalau masyarakat terlena dan menganggap semua tindakannya sudah benar, akan menjadi bumerang atau titik awal sebuah kegagalan.
Kali ini kita tidak ingin gagal dalam memilih pemimpin. Untuk itu semua pihak harus bekerjasama membantu pelaksanaan pekerjaan yang dijanjikan, sekaligus mengawasi dengan tegas dan berani. Sudah terbentang jalan menuju perubahan kota yang lebih baik, jangan sampai terlewatkan momen-momen bagaimana upaya pemimpin kota ini melakukan perbaikan. (***)
Sumber
: Hariansib edisi cetak