Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Mendorong Perempuan Supaya Maju

Redaksi - Senin, 08 Maret 2021 11:05 WIB
378 view
 Mendorong Perempuan Supaya Maju
Istimewa
International Women's Day (IWD)

International Women's Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional dirayakan seluruh dunia setiap 8 Maret. Hari ini jadi kesempatan bagi para perempuan berkumpul merayakan pencapaian, mulai dari aspek politik hingga sosial, dengan misi utama untuk menyerukan kesetaraan gender.

Tanpa ada afiliasi dengan kelompok politik tertentu, aksi tersebut berangkat dari kesadaran murni para perempuan yang kemudian mampu menyatukan perempuan dari seluruh jenis profesi, lalu dikemas dalam aksi unjuk rasa, penampilan karya seni, orasi dan pawai.

Penetapan tanggal perayaan tersebut bermula pada 1908, ketika 15.000 perempuan melakukan aksi demo di New York AS, menyuarakan hak mereka tentang peningkatan standar upah dan pemangkasan jam kerja.

Setahun kemudian, tepatnya 28 Februari 1909, terjadi peristiwa deklarasi oleh Partai Sosialis Amerika yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Nasional Pertama di Amerika Serikat.

Pada 1910, Pemimpin 'Kantor Perempuan' Clara Zetkin mengajukan sebuah gagasan untuk menetapkan Hari Perempuan Internasional yang menyarankan setiap negara merayakan satu hari dalam setahun untuk mendukung aksi tuntutan perempuan.

Gayung bersambut, gagasan itu diamini Konferensi Perempuan dari 17 negara yang beranggotakan total 100 perempuan. Sehingga disepakati 19 Maret 1911 sebagai perayaan pertama Hari Perempuan Internasional di Austria, Jerman, Denmark dan Swiss.

Pergerakan perempuan di Rusia menggelar aksi damai menentang Perang Dunia I pada 8 Maret 1913. Setahun kemudian, perempuan di seantero Eropa menggelar aksi yang sama di tanggal yang sama.

Di era Perang Dunia II, 8 Maret pun digunakan negara-negara dari semua benua sebagai penanda momentum advokasi kesetaraan gender.

Tanggal 8 Maret kemudian diakui keberadaannya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1975. Pada 2011, mantan Presiden AS Barack Obama menetapkan Maret sebagai 'Bulan Sejarah Perempuan'.

Hari Perempuan Internasional pun semakin riuh diperingati di seluruh penjuru dunia.
Aksi tersebut merupakan representasi protes kesetaraan gender yang sampai saat ini masih timpang. Secara global, taraf pendidikan, kesehatan, posisi perempuan masih lebih rendah daripada laki-laki. Sementara, angka kekerasan seksual terhadap perempuan semakin bertambah.

Pada perayaan Hari Perempuan Internasional tahun 2021, tema yang diusung 'Choose to Challenge' atau 'Memilih untuk Menantang'.
Bermakna sebagai seruan kepada semua pihak untuk menantang dan menyerukan tentang bias dan ketidaksetaraan gender, serta merayakan pencapaian perempuan.

Biasanya kaum perempuan Indonesia menyampaikan aspirasinya lewat demo ke Istana Negara. Namun kali ini ketika masih dilanda bencana pandemi Covid-19, kemungkinan tak ada aksi serupa diikuti ribuan perempuan. Tentu dengan cara lain yang aman seperti Webinar atau aksi bentang poster atau spanduk.

Perempuan Indonesia harus cerdas dan kreatif menyampaikan pendapatnya. Banyak cara yang bisa dilakukan, tanpa harus terhalang keadaan. Kita yakin perempuan Indonesia mampu, karena saat ini sudah banyak yang memiliki kemampuan luar biasa, bahkan lebih menonjol dari banyak laki-laki.

Sayangnya, kemampuan perempuan Indonesia sangat tidak merata. Di saat kalangan menengah ke atas menuntut kesataraan gender, jutaan perempuan lain yang berada di daerah atau pelosok desa masih terbelakang pengetahuannya. Mereka terlindas tradisi yang menganggap perempuan memiliki kodrat tetap di bawah laki-laki. Perempuan tempatnya cuma di kasur dan dapur. Sebuah tanggapan primitif yang nyata dan masih berlaku di banyak tempat.

Seharusnya para perempuan yang sudah maju memperhatikan perempuan lain yang masih tertinggal. Terlalu jauh untuk mendongkrak ambisi setara atau melebihi laki-laki, sementara banyak kaumnya masih tertindas karena pengetahuan dan kemampuan terbelakang.

Saatnya perempuan Indonesia mendorong kaumnya agar lebih maju dengan menuntut semua pihak agar memperhatikan pendidikan dan hak-haknya. Terus melakukan kampanye, sosialisasi dan memberi motivasi perempuan lain agar bertekad maju dan memiliki semangat meraih ilmu yang tinggi.

Sebenarnya perempuan Indonesia luar biasa, selain mengemban tugas berat di keluarga, banyak juga yang jadi tulang punggung keluarga mencari nafkah. Beban di pundaknya terlalu berat, karena memiliki tugas membimbing anak-anaknya agar menjadi orang sukses.

Lewat IWD ini semua harus menyadari (tak terkecuali laki-laki) bahwa perempuan makhluk sempurna yang bisa mengendalikan generasi. Alangkah ruginya kita bila makhluk sempurna itu ditindas dan tak diberi kesempatan maju, karena masa depan bangsa ada di tangannya. Mari kita dorong agar perempuan maju, sehingga bangsa juga maju. (***)

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru