Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Membantu pada Tempatnya

Redaksi - Jumat, 26 Maret 2021 10:57 WIB
596 view
Membantu pada Tempatnya
Istimewa
Ilustrasi

Masalah teroris saat ini hangat lagi dibicarakan. Densus 88 Antiteror Polri terus melakukan penangkapan terhadap terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI). Total, sejak Februari 2021 hingga kemarin, sudah ada 49 terduga teroris yang ditangkap, termasuk 18 orang di Sumatera Utara.

Mirisnya lagi, dari penangkapan itu Densus 88 Antiteror mengamankan barang bukti 31 kotak amal di Sumut. Diduga hasil dari kotak amal itu digunakan untuk biaya operasional sejumlah terduga teroris.

Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Hadi Wahyudi, Rabu (24/3) mengungkapkan, barang bukti 31 kotak amal yang diamankan itu terkait penangkapan 18 terduga teroris dari sejumlah daerah di Sumut yakni Tanjungbalai, Medan, Binjai, Langkat, Deliserdang dan Padangsidimpuan.

Melihat fakta ini, sebaiknya kita semua harus lebih berhati-hati berdonasi, tidak memberikan sumbangan di sembarang tempat. Karena seperti diketahui, saat ini banyak rumah makan, warung dan tempat-tempat umum lainnya terletak atau disediakan kotak amal bertuliskan sumbangan anak yatim, mendirikan rumah ibadah, pesantren dan sebagainya.

Sementara wartawan pernah menginvestigasi dan mewawancara pemilik usaha, sebagian besar mereka tidak tahu jelas siapa orang yang menitipkan kotak amal itu. Mereka percaya saja dengan penampilan orang yang mengenakan pakaian gamis datang rutin mengambil kotak amal seminggu dua kali atau seminggu sekali.

Memang kedermawanan masyarakat kita tidak perlu diragukan lagi. Mudah iba dan percaya dengan penampilan dan sikap seseorang, meski pun tak dikenal. Apalagi bila dikaitkan dengan hal-hal yang beraroma kebaikan atau agama. Rasanya berdosa bila tak memberi sumbangan.

Sikap dan karakter positif inilah yang dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab mengambil kesempatan untuk menjalankan misinya. Salah satunya tadi membangun jaringan teroris dan kegiatan negatif lainnya yang merusak keberadaan manusia sendiri.

Dengan pengungkapan kasus ini, kita bisa mengambil hikmah dengan tidak sembarangan memberikan bantuan. Berikan bantuan ke tempat yang sudah pasti dan jelas. Salurkan langsung bantuan ke rumah ibadah, panti asuhan, anak yatim, pesantren atau organisasi yang memiliki keabsahan.

Kita patut mengapresiasi Polri dalam mengungkap jaringan teroris belakangan ini. Sebuah kerja senyap namun mendapatkan hasil maksimal. Karena biasanya, sudah terjadi ledakan bom baru ditangkap pelakunya dan diusut siapa yang terlibat di dalamnya. Artinya, Polri sudah mampu mengantisipasi keadaan sebelum adanya kejadian yang memakan korban jiwa.

Namun keadaan ini tentu masih ada pro-kontra di masyarakat. Ada saja yang menganggap tindakan Polri ini sesuatu yang berlebihan. Malah ada yang menyangka sebagai tindakan memojokkan komunitas tertentu dengan merekayasanya. Kita berharap Polri tidak mundur sejengkal pun dalam memberangus jaringan teroris, karena sebagian besar masyarakat pasti mendukungmu.

Kita tidak ingin lagi ada peristiwa bom bunuh diri seperti di Markas Polrestabes Medan pada Rabu 13 September 2019 lalu.
Dalam peristiwa itu ada 6 orang luka-luka. Untungnya, ledakan bom tidak terjadi di tengah kerumunan orang banyak yang saat itu lagi mengurus SKCK. Bom meledak sebelum mencapai target.

Pengalaman adalah guru terbaik. Kita berharap peristiwa tragis yang dilakukan teroris itu tidak terulang lagi. Kinerja baik Polri harus didukung penuh oleh masyarakat dengan tidak sembarangan memberi sumbangan. Membantu orang pada tempatnya, jangan sampai bantuan itu justru jadi alat untuk menghancurkan. Sikap tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan logika juga harus dibangun. Pepatah "pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna" sepertinya relevan dengan masalah ini. (***)

Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru