Tiga peristiwa tragis berupa teror (bom di Makassar dan penyerangan Mabes Polri oleh seorang wanita muda) serta kebakaran kilang BBM Pertamina di Balongan, Jawa Barat menjadi berita besar di dalam negeri menjelang peringatan kematian Yesus Kristus, Jumat Agung dan Paskah (perayaan kebangkitannya), Minggu (4/4).
Namun patut disyukuri bahwa rangkaian peringatan Tri Hari Paskah yang diawali dengan ibadah Kamis Putih dan Jumat Agung dilaporkan berjalan aman terutama saat umat beribadah. Aparat pengamanan secara aktif terlibat mengamankan gereja, seperti terlihat di beberapa gereja di Kota Medan. Demikianlah harapan kita pada puncak perayaan Paskah hari ini, kiranya berjalan aman, damai, dan penuh sukacita.
Sebagai umat yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka kita tidak boleh hanya mengutuk dan menyesali terjadinya peristiwa beruntun yang menakutkan itu. Apalagi terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia dan Indonesia yang telah menyulitkan kehidupan masyarakat.
Semua pihak, baik pemerintah, aparat keamanan dan masyarakat diharapkan jangan saling menyalahkan, namun harus mengambil hikmah dari peristiwa itu. Sama seperti yang disampaikan Presiden Jokowi dalam menyambut Jumat Agung, akan ada kemudahan di balik pengorbanan. Diharapkan, pengorbanan masyarakat akibat peristiwa ini akan menghasilkan buah berupa perbaikan dalam pencegahan dan penanganan terorisme, Covid, pengamanan aset negara dan penataan kerukunan dalam kehidupan masyarakat.
Demikian halnya Jumat Agung. Umat Kristen memaknai kematian Yesus merupakan pengorbanan untuk memberi kebaikan bagi umat manusia. Yesus mati sebagai korban perdamaian antara manusia yang sudah jatuh dalam dosa sejak manusia pertama Adam dan Hawa, dengan Allah penciptanya.
Kematian Yesus tentu tidak sia-sia. Dengan pengorbanannya, maka Allah telah mengangkat Yesus setinggi-tingginya menjadi anak-Nya dan menobatkan-Nya sebagai juruselamat bagi seluruh umat manusia.
Peristiwa kebangkitan ini juga harus menjadi kabar sukacita dan menjadi tugas dan kewajiban umat yang percaya untuk memberitakan sukacita ini bagi masyarakat lainnya. Sehingga masyarakat yang saat ini sedang mengalami keterpurukan akibat pandemi Covid-19 maupun yang ketakutan akibat serangan teroris, juga beroleh semangat dan sukacita atas kebangkitan-Nya.
Sebagaimana diketahui, dampak pandemi Covid yang terjadi sejak setahun lalu telah menimbulkan keterpurukan di berbagai sektor, terutama kesehatan, ekonomi, sosial budaya dan sendi-sendi kehidupan masyarakat lainnya. Kondisi ini diharapkan jangan sampai membuat masyarakat apatis dan patah semangat, tetapi harus tetap berpengharapan dan bangkit untuk menata kehidupan yang lebih baik ke depan.
Dalam kaitannya dengan Paskah, maka tugas memberitakan sukacita harus dimaknai secara luas. Sebagai sesama anak bangsa, maka jangan hanya mementingkan diri dan kelompok sendiri, tetapi harus membuka hati peduli pada sesama sebagaimana juga disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam menyambut Jumat Agung. Menurutnya, kepedulian itu ibarat pupuk agar iman tidak mati, dan itu bagian dari makna dan bentuk pertobatan. Jika Allah peduli kepada kita dengan kematian Yesus Kristus dan kebangkitan-Nya maka kita juga wajib peduli bagi sesama.
Sehingga keberagaman harus dimaknai sebagai anugerah Allah. Perbedaan bukan alat untuk saling menjatuhkan, karena kita sama-sama ciptaan Allah. Jika hal ini diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, maka akan meneguhkan semangat kita untuk bersatu melepaskan diri dari kondisi sulit saat ini.
Selain itu, peduli kepada sesama bukan hanya dalam kata, tetapi juga dalam perbuatan nyata sesuai dengan kemampuan dan talenta serta ladang pengabdian masing-masing. Saling memberi, saling peduli dan saling mengasihi sesama akan memberi semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Demikianlah kiranya umat memaknai kebangkitan Yesus dari kubur (kematian) dan terus mewartakan kabar baik itu.
Selamat merayakan Paskah bagi umat Kristiani. (*)
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak