Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025

Menjaga Laut dengan Benar

Redaksi - Minggu, 25 April 2021 11:47 WIB
870 view
Menjaga Laut dengan Benar
Foto Istimewa
Menjaga Kelestarian Laut Berarti Menjaga Manusia.

Di tengah suasana memprihatinkan, Indonesia kembali mengalami musibah dengan hilangnya kapal selam KRI (Kapal Republik Indonesia) Nanggala-402 di perairan utara Pulau Bali saat melakukan pelatihan, Rabu (21/4).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta penyelamatan 53 awak kapal KRI Nanggala-402 diprioritaskan. Seluruh daya upaya terbaik dimintanya dikerahkan.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun memimpin langsung operasi penyelamatan yang berburu dengan waktu ini. Sementara ketersediaan oksigen di dalam kapal KRI Nanggala-402 hanya 72 jam terhitung sejak kondisi mati listrik (black out).

Setidaknya 21 KRI dikerahkan untuk mencari kapal selam yang hilang kontak tersebut. Selain itu, 4 kapal dari kepolisian juga turut membantu pencarian. Keempat kapal itu dilengkapi dengan ROV (remotely operated underwater vehicle).
Kemudian beberapa negara sahabat seperti Singapura dan Australia juga turut terjun membantu.

Hilangnya KRI Nanggala-402 ini sebagai drama mengharukan karena keselamatan 53 awaknya tergantung ketersediaan oksigen yang diperkiraan habis pada Sabtu kemarin. Semoga saja kapal ditemukan dan seluruh awaknya dalam keadaan selamat.

Seperti diketahui, sebagian besar masyarakat kita awam pengetahuannya tentang kapal selam. Disadari, lingkungan bawah laut berbeda 180 derajat dengan permukaan laut. Semakin dalam menyelam, cahaya matahari tak bisa menjangkau, dan tekanan air yang intens sangat membahayakan. Kapal selam adalah penemuan manusia yang dirancang untuk mengawal manusia mengarungi lingkungan bawah laut yang ekstrem. Selain untuk fungsi keamanan dan militer, kapal selam pun ada yang non-militer, dibuat lebih kecil untuk penelitian ilmiah.

Sebagai negara maritim, jumlah kepemilikan kapal selam hal yang sangat krusial bagi Indonesia. Sebelumnya, Indonesia memiliki lima kapal selam, dengan hilangnya KRI Nanggala-402 menjadi catatan penting bagi kita. Dalam dekade terakhir, Indonesia juga memesan tiga kapal selam buatan Korea Selatan. Ketiganya adalah KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405 yang merupakan kelas Nagapasa (Improved Chang Bogo Class).

Sehingga lima kapal selam yang dimiliki Indonesia adalah Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, KRI Alugoro-405, KRI Cakra-401, dan KRI Nanggala-402.

Kelima kapal selam yang dimiliki Indonesia mempunyai cakupan penjagaan wilayah yang cukup berat. Mengingat sebetulnya, negara dengan wilayah perairan yang sangat luas perlu memiliki setidaknya lebih dari 10 kapal selam.

Di wilayah Asia, Indonesia masih kalah jauh dari negara-negara lain dan hanya selisih satu dari Vietnam yang mempunyai 6 buah.

Negara lain seperti Singapura, mempunyai 20 buah. Sedangkan yang terbanyak China dengan 79 kapal selam.

Tugas kapal selam yang kita miliki ini sangat berat, karena satu kapal selam harus menjaga 650.000 km2 perairan Indonesia.
KRI Nanggala-402 dibuat Jerman pada 1977. Kapal seberat 1,395 ton ini berkemampuan melakukan penjelajahan 21,5 knot.
Kecanggihan yang dimiliki KRI Nanggala-402 adalah 14 buah torpedo 21 inci/533 mm dalam 8 tabung.

Kapal tersebut juga berkemampuan untuk menyelam hingga kedalaman 250 meter di bawah permukaan laut selama 3 bulan.

Hilangnya kapal selam KRI Nanggala-402 tentu sangat berdampak pada sistem pengamanan laut Indonesia yang memang telah memiliki "celah rawan". Karena menurut pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies ( ISESS), Khairul Fahmi, idealnya Indonesia memiliki 12 kapal selam, mengingat luasnya laut Indonesia.

Sementara itu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pernah mengatakan akan melalukan investasi lebih besar dalam bidang alutsista yang dinilainya mahal, tanpa memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan.

Namun seorang peneliti menanggapi itu dengan menyoroti anggaran Kementrian Pertahanan RI yang jauh lebih banyak digelontorkan untuk program-program di luar pengadaan alutsista.

Dengan hilangnya KRI Nanggala-402, sebaiknya pemerintah melakukan introspeksi kebijakannya di bidang pertahanan.

Jangan sepele dengan keadaan ini dan juga sampai menggelontorkan anggaran lebih banyak di luar program pengadaan alutsista.

Kita tidak ingin wilayah laut kita yang kaya ini dikuasai negara lain, sementara kita sendiri seperti tidak serius menjaganya. Mungkin kejadian ini sebagai bentuk kasih sayang atau teguran Tuhan kepada bangsa bahwa laut harus dijaga dengan benar supaya tidak diambil orang.(***)




Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru