Perayaan- Hari Sumpah Pemuda yang baru saja kita laksanakan kemarin kembali mengingatkan kita akan pentingnya ke-Indonesiaan. Tanpa bosan-bosannya kita kembali mengingatkan, isi Sumpah Pemuda yang diucapkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu adalah bicara soal tanah air Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia. Sebuah pemetaan yang sangat futuristik akan pentingnya menjaga ketiga hal itu sebagai perekat bagi persatuan Indonesia dulu, kini dan di masa yang akan datang.
Para pemuda masa itu seolah mengerti bahwa tantangan dan kehidupan bangsa Indonesia di masa depan akan sangat bervariasi dan dinamis. Diperlukan sebuah pemahaman bersama mengenai kehidupan masa depan yang akan menjaga Indonesia, dan itulah Sumpah Pemuda tadi sebagaimana intinya telah kita sarikan di atas.
Pada pekan-pekan ini kita juga mengingat banyak hal mengenai ke-Indonesiaan. Salah satunya adalah pada saat Presiden Jokowi mengucapkan sumpah pelantikannya. Ia mengingatkan bahwa Indonesia yang bermartabat adalah Indonesia yang menjadi tujuan pemerintahannya. Senada dengan itu kita mengingat juga motto pemerintahan sekarang yang terdiri dari beberapa Parpol, yaitu Koalisi Indonesia Hebat.
Inspirasi ini jelas penting untuk dijaga para pemuda. Sejak dulu, para pemuda selalu menjadi jalan pembaruan negeri ini. Di tahun 1945, para pemuda dengan kekuatan nasionalismenya mendorong dilaksanakannya pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta.
Pada tahun 1965/1966, peralihan kekuasaan juga didorong aksi para pemuda yang turun ke jalan. Pada tahun 1998, reformasi bisa terjadi karena para pemuda juga turun memaksa lengsernya Soeharto, dan kemudian pada saat-saat ini, banyak pemuda yang mengisi barisan kebangsaan, termasuk partai politik.
Tetapi pada titik yang sama, kini, kita juga mengerti betapa besarnya masalah yang terjadi dan menimpa para pemuda masa kini. Salah satunya sebagaimana disampaikan Ketua KPK Abraham Samad. Dalam sebuah wawancara dengan televisi ia menyebutkan para pemuda sekarang berada dalam ancaman hedonisme. Ia menyebutkan contoh para koruptor sekarang, yang di usia mudanya justru melakukan tindakan korupsi, sebuah kelakuan yang sangat tidak pantas jika disebut sebagai pemuda yang mengemban amanah Sumpah Pemuda tadi.
Pernyataan Abraham Samad tersebut menjadi sebuah refleksi kita betapa kini para pemuda harus melakukan perubahan penting dalam upayanya menjadi elemen penting perubahan bangsa. Disebut-sebut akan terjadi masa paling produktif dalam periode Indonesia sampai tahun 2030 nanti yang disebut sebagai bonus demografi. Tetapi bagaimana jika mereka yang berada dalam usia produktif di masa tersebut ternyata banyak melakukan perbuatan tercela. Alih-alih menjadi bagian penting bagi bangsa, jangan-jangan banyak para pemuda yang nantinya akan memasuki hotel prodeo dan menjadi generasi yang hidupnya tergantung kepada pihak lain?
Belum lagi kita merujuk kepada data-data yang juga menimpa kaum pemuda, di antaranya penggunaan narkoba, terkena penyakit HIV/ AIDS, rendah pemahamanan mengenai Iptek, dan sebagainya. Semuanya merujuk kepada para pemuda yang umumnya rentan terhadap masalah itu.
Kita harus mengembalikan semangat dan jejak Sumpah Pemuda itu dalam konteks ke-Indonesiaan dan kekinian. Kita harus menjadikan semangat Sumpah Pemuda itu sebagai semangat untuk membangun Indonesia dengan inspirasi yang sama, yaitu menjaga tanah air Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia untuk menjadikan kita sebagai bangsa yang bermartabat. Semua, tanpa kecuali, termasuk pemuda, harus terlibat.
(***)