Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 14 Juli 2025
Tajuk Rencana

Pahlawan dan Negarawan

- Selasa, 11 November 2014 10:44 WIB
372 view
Peringatan - Hari Pahlawan 10 Nopember kemaren dirayakan dengan meriah. Upacara kenegaraan dilaksanakan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sejumlah personil Polisi bertugas menggunakan pakaian pahlawan. Unik, dan inspiratif. Beberapa hari sebelumnya Presiden Jokowi mengumumkan gelar kepahlawanan. Salah satu di antaranya diberikan kepada Djamin Gintings, seorang putra daerah Sumatera Utara.

Pahlawan memang menjadi inspirasi, karena pahlawan berjuang tanpa pamrih. Mereka angkat senjata, berperang melawan penjajah, sering menderita, karena satu hal: membela negaranya. Mereka melakukan semuanya itu karena satu tujuan yaitu ingin mengusir penjajah yang mencoba merampas kemerdekaan negerinya.

Maka pahlawan tidak pernah cari pamrih. Mereka tidak pernah berhitung pengorbanan. Mereka tidak pernah mencari-cari pengakuan dari orang lain. Mereka tidak pernah mencari cara untuk menunjukkan bahwa mereka hebat. Sering, bahkan hampir semua, baru dikenang setelah mereka berpuluh tahun kemudian berpulang.

Kenangan mengenai pahlawan ini patut menjadi refleksi kepada sikap para politisi sekarang. Berbanding terbalik dengan pahlawan, politisi sekarang terkesan aneh. Mereka selalu memerhitungkan pamrihnya. Mereka selalu mencari kedudukan dan kekuasaan. Sering atas nama rakyat, mereka mencari pembenaran atas setiap ambisinya.

Tujuan politik sekarang amat absurd. Sudah tak lagi jelas. Tetapi jelas umumnya untuk kepentingan kekuasaan semata. Bicara atas nama negara? Maaf hampir sudah tidak penting lagi. Di depan mata kita sudah kita saksikan sendiri bagaimana mereka dengan elegannya menyebut soal Pancasila lalu kemudian aksi main ketok palu dan banting-banting meja serta ngotot-ngototan. Politik yang membumi sudah tidak ada lagi.

Kemungkinannya, jika Indonesia ini berperang, entah dengan negara mana nantinya, para politisilah yang kabur duluan. Mereka mana mau angkat senjata, karena bagi mereka senjata utama itu adalah kekuasaan. Mungkin mereka akan mencari suaka di negara lain, atau malah berkolaborasi dengan penjajah untuk dan supaya bisa berkuasa. Mungkin saja hal itu terjadi.

Negeri ini sepi negarawan. Negarawan persis pahlawan. Mereka lebih suka memikirkan nasib bangsa ini dan rakyatnya. Mereka-mereka itu adalah Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, bahkan juga Djamin Gintings. Ratusan pahlawan lainnya dan jutaan jasad yang tidak teridentifikasi, adalah pahlawan yang tidak pernah lari dari gelanggang hanya karena tidak memiliki kedudukan.

Para negarawan itu tidak memikirkan kedudukan. Bagi mereka yang utama adalah bangsa ini lebih baik dan lebih sejahtera. Urusan kursi dan bagi-bagi kekuasan bukan kejaran. Malu sekali rasanya ketika menyaksikan para politisi sekarang untuk dan demi kekuasaan mereka mengutak-atik kehidupan bangsa ini. Bukannya membangkitkan semangat membangun, mereka justru memantik perbedaan dan anti satu sama lain. Maka mereka tidak malu-malu lagi menyatakan diri sebagai kelompok ini dan kelompok itu.

Kita butuh pejuang, kita negarawan. Di masa seperti sekarang, semangat kenegarawan masih sangat kita rindukan. Sudah berbulan-bulan negara ini menyaksikan para politisi sibuk dengan diri mereka sendiri. Mereka tidak ingin menjadikan diri sebagai teladan, entah berpuluh tahun nanti. Yang mereka pikirkan adalah sekarang dan saat ini.

Generasi muda bangsa ini harus bisa bangkit dan menjadikan hari-hari ini sebagai pengalaman dan pelajaran yang tidak perlu diikuti. Baru Pahlawan maupun negarawan masa lalu yang bisa memberi inspirasi. Politisi sekarang, maaf, jarang memberikannya. (***)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru