Pengumuman pemerintah mengenai kenaikan harga BBM jenis premium dan solar sebesar Rp. 2000 per liternya segera saja disambut heboh warga masyarakat. Sebelum kenaikan berlaku pun, antrean SPBU tidak hanya dipenuhi pengendara roda dua saja, bahkan pengendara roda empat pun ikut antre demi untung beberapa ribu rupiah.
Di dunia maya, kenaikan harga tersebut disambut beragam ocehan oleh para pengguna Facebook dan Twitter. Sebagian memang menyesalkan keputusan Presiden Jokowi ini dan menghubung-hubungkannya dengan rangkaian akibatnya antara lain menurunannya produktivitas dan masalah kesehatan. Di Twitter, perang lebih ramai lagi karena masing-masing memberikan data-datanya dan komentarnya secara lebih terbuka dan vis a vis.
Di lapangan, mahasiswa mulai meramaikan jalan raya. Di Makassar, demonstrasi sudah mulai keras. Bahkan sopir angkutan kota di Solo juga berdemonstrasi ke Balai Kota. Yang belum diperkirakan dampaknya adalah beberapa angkutan kota sudah mulai menaikkan tarifnya. Di beberapa tempat, kenaikan itu mencapai Rp. 1.000 sd Rp. 3.000 per tripnya.
Di ranah politik, sudah ada yang bersuara. Di antaranya politisi Parpol yang selama ini berseberangan dengan Presiden Jokowi. Mereka meminta Presiden menjelaskan argumentasi kenaikan harga BBM ini. Terang saja tentunya mereka merujuk kepada buku putih yang pernah dibuat PDI-P sebagai alasan tidak menyetujui kenaikan harga BBM.
Itu semua adalah konsekuensi kenaikan harga BBM. Secara verbal, beberapa protes sebenarnya sudah ditujukan kepada Presiden Jokowi, melalui akun Facebooknya. Banyak di antaranya sangat keras dan pedas.
Tetapi beruntunglah beberapa hal sudah dikerjakan oleh Presiden Jokowi. Salah satu yang barusan saja dilakukan adalah ketika memilih mantan komisioner KPK, menjadi Kepala SKK Migas. Amien Sunaryadi, kini adalah Senior Governance and Anti-Corruption Officer di Bank Dunia. Kemampuannya dalam menangani korupsi adalah modal besar membenahi sektor Migas yang kini banyak dikelilingi mafia.
Sebelumnya, untuk membuktikan keseriusannya mendorong kemandirian BBM kita, Faisal Basri, yang selama ini dikenal sebagai ekonom independen juga telah dipilih untuk menjadi Ketua Komite Reformasi Tata Kelola Migas yang tugasnya salah satunya adalah menata dan mereformasi pengelolaan Migas yang selama ini lebih banyak dinikmati mafia. Dari tangan Faisal Basri, kita tahu bahwa premium dan solar, adalah BBM yang selama ini diimpor tetapi kemudian digunakan oleh mereka yang kaya. Ini jelas menunjukkan betapa uang yang seharusnya untuk masyarakat miskin telah "dikorup" oleh begitu banyak kepentingan sehingga melanggengkan harga BBM murah tetapi memperbesar hutang luar negeri kita.
Memang semua perlu waktu. Tetapi apresiasi atas keberaniannya untuk tidak populis patut kita sampaikan kepada Presiden Jokowi yang mengumumkan sendiri kenaikan harga ini. Ini adalah mental pemimpin yang patut kita berikan kesempatan untuk berbuat. Memang, selama ini kita dibuai oleh tersedianya BBM murah, dan lupa bahwa semuanya itu adalah uang kita yang berasal dari pajak tetapi kemudian menguntungkan mereka yang seharusnya bisa membeli dengan harga mahal.
Patut kita menilai dengan tidak subjektif. Negara ini perlu waktu untuk dikelola dengan baik dan di jalan yang benar. Masih banyak penyimpangan yang selama ini dilakukan para penikmat uang negara yang dekat dengan kekuasaan. Mereka telah membiarkan kita seolah nikmat, padahal warisan utanglah yang ditanggungkan ke pundak anak cucu kita. Pemerintah harus tetap berbicara menenangkan masyarakat
. (***)