Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 14 Juli 2025
FOKUS

Darurat Kenakalan Remaja

- Minggu, 14 Desember 2014 14:51 WIB
7.617 view
Kenakalan-  remaja menjadi bahasan penting akhir-akhir ini. Salah satunya hukuman 20 tahun yang diberikan kepada dua sejoli remaja pembunuh rekannya juga. Tetapi yang mencengangkan sekaligus menyeramkan adalah dua peristiwa lain. Ada seorang remaja SMA di Jakarta yang dibunuh para pelaku tawuran. Lalu satu cerita lagi, dimana seorang remaja SMP diperkosa rekan-rekannya satu sekolah.

Kenakalan remaja di Indonesia semakin meresahkan. Di Jakarta saja, kondisinya mungkin sudah darurat. Sepanjang tahun ini saja, tercatat 769 kasus tawuran pelajar. Dengan demikian, bila dibuat rata-ratanya, setiap hari terjadi dua tawuran. Dan ini sudah menelan 13 nyawa.

Dunia remaja telah merupakan hal yang mencemaskan. Kenakalan lain adalah menyangkut masalah Narkoba. Data menunjukkan, dari 4 jutaan pecandu Narkoba, sebanyak 70 persen atau ¾ di antaranya adalah anak usia sekolah yaitu yang berusia 14 sampai dengan 20 tahun.

Kenakalan remaja di Indonesia memang seolah tidak terbendung lagi. Hampir setiap hari ada saja masalah yang dilakukan anak remaja usia sekolah dari yang paling ringan di antaranya perkelahian dan bullying antara pelajar sampai kekerasan dengan pemberatan dan atau pembunuhan. Hendak jadi apa negeri ini jika kondisi pelajarnya seperti demikian?

Jamak dimengerti bahwa remaja adalah masa depan bangsa ini. Remaja dikatakan sebagai mereka yang akan menjadi tulang punggung kemajuan bangsa. Bahkan dalam beberapa komentar sering disebut jika masa depan negeri ini diletakkan pada bentukan remaja sekarang. Tetapi persoalannya sudahkah kita serius mempersiapkan remaja yang menjadi masa depan kita?

Salah satu sumber kenakalan remaja menurut literatur adalah adanya lingkungan yang tidak mendukung. Kawasan pemukiman yang kumuh ditambah sarana olahraga dan rekreasi yang minim menjadi salah satu penanda rawannya kenakalan remaja. Dalam lingkungan demikian, psikologis remaja yang sedang mencari jati diri tersebut bukankah yang positif melainkan banyak yang negatif. Di kawasan dimana tembok-tembok lebih mendominasi, remaja tidak berkembang menjadi pribadi yang mengerti orang lain, tetapi menjadi sosok yang arogan dan ingin mendominasi.

Belum lagi kemudian kita saksikan perkotaan semakin macet. Periode perkembangan remaja yang masih rentan dengan pencarian jati diri tersebut mendorongnya untuk bersaing dengan tidak sehat dan mempertontonkan kemampuan diri secara berlebihan. Itulah alasan kemudian mengapa gang motor dan kelompok remaja nakal bermunculan. Mereka ingin dilihat dan diakui.

Kita hampir-hampir tidak melakukan apa-apa supaya remaja-remaja kita tampil dengan lebih baik. Kita terbiasa membiarkan keadaan yang ada dan para remaja kita yang berada dalam situasi tersebut kemudian bertumbuh tanpa kita sadari bahayanya. Belum lagi dengan adanya arus komunikasi telekomunikasi yang sangat mendorong ekspresi arogansi tadi. Berapa banyak anak remaja yang justru dengan bangganya mempertontonkan adegan tidak senonohnya dengan lawan jenisnya menggunakan handphone yang dilengkapi alat perekam?

Harus diakui tidak mudah menangani masalah ini. Dibutuhkan lebih dari sekedar teguran-teguran moral kepada anak remaja. Mereka membutuhkan dukungan dari lingkungannya supaya pertumbuhan psikologis mereka menjadi lebih baik dan positif. Tanpa itu, tiga kasus di atas terus menerus berulang. (***)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru